tebuireng.co – Kunjungan Presiden RI Jokowi atau Joko Widodo ke Kabupaten Bungo jadi perbincangan banyak kalangan.
Terkhusus bagi pejabat di Provinsi Jambi. Gubenur Jambi Al-Haris berkali-kali mengecek kesiapan kunjungan Jokowi ke Bungo, Tebo dan Merangin.
Tidak ketinggalan pula, Pemerintah Kabupaten Bungo beserta Forkopimda ikut menyiapkan berbagai hal untuk kedatangan Presiden RI ke Kabupaten Bungo.
Pemerintah Kabupaten Bungo melakukan berbagai persiapan untuk menyambut kunjungan orang nomor 1 di Indonesia tersebut.Â
Salah satunya yakni menata para pedagang di Pasar Atas Muara Bungo untuk masuk ke dalam Gedung Pasar Tradisional Modern Bungo, yang bakal dikunjungi Jokowi untuk menyerahkan bantuan modal kerja kepada pedagang.
Presiden Joko Widodo menginap di salah satu Hotel di kawasan Kota Muara Bungo.
Menyikapi hal ini, tak kurang dari 1.100 personil gabungan TNI-Polri serta instansi terkait di Kabupaten Bungo ikut mengamankan kunjungan Presiden di Kabupaten Bungo.
Jika kita keliling Kabupaten Bungo jelang kedatangan Jokowi tanpa bersih dan indah. Nampaknya Pemerintah Daerah Jambi dan Bungo berusaha tampil sebaik mungkin di depan presiden.
Hal ini wajar tentunya, karena Presiden RI yang pernah datang ke Bungo adalah Seoharto pada 31 Juli 1976, Presiden Soeharto memulai kunjungan kerja selama dua hari di Jambi.
Di Pulau Punjung, ia meresmikan jalan Sawahtambang Muara Bungo, yang merupakan bagian dari jalan raya Trans Sumatera.
Senin, 7 Mei 1984 pukul 08.20 WIB, Presiden Soeharto menuju Jambi lagi dalam rangka peresmian proyek peningkatan ruas Jalan Lintas Sumatera di Muara Bungo.
Ruas jalan yang diresmikan itu adalah antara Muara Bungo-Lubuk Linggau sepanjang 284 kilometer dan antara Jambi-Muara Bungo sepanjang 151,4 kilometer.
Namun, ada hal yang luput dari perhatian pemerintah saat penyambutan Presiden Joko Widodo yaitu keruhnya sungai Batang Bungo.
Sungai Batang Bungo yang melewati Kota Muara Bungo tetap keruh akibat masifnya penambangan emas ilegal di hulu Sungai Batang Bungo yang berada di dekat Dusun Sei Telang, Kecamatan Batin III Ulu, Kabupaten Bungo.
Padahal Joko Widodo melewati jembatan yang berada tepat di atas sungai Batang Bungo.
Ini tentu miris, karena Pemerintah Kabupaten Bungo dan Pemerintah Jambi beserta aparat penengak hukumnya tidak bisa membebasakan Bungo dari PETI.
Aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di hulu sungai Batang Bungo memang sangat meresahkan banyak kalangan.
PETI masuk ke Dusun Sei Telang sejak pertengahan tahun 2022.
Namun, setelah berbagai upaya dilakukan, tidak ada tanda aktivitas tersebut akan berakhir.
Masyarakat sudah melaporkan kejadian ini ke KPHP Unit II & III Bungo.
Masyarakat sudah pernah melakukan aksi damai bersama warga Dusun Sei Telang.
Tidak hanya itu, masyarakat Dusun Sei Telang bersama Wakil Bupati Bungo Saprudin Dwi Aprianto, juga pernah melakukan kegiatan yasinan dan doa bersama.
Forum Komunikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Bukit Panjang Rantau Bayur Bukit Panjang Rantau Bayur (FK-PHBM) yang didampingi KKI Warsi sudah melaporkan ini ke GAKKUM KLHK.
Sebab titik PETI itu berada dekat dengan kawasan hutan desa dan berjarak bekisar 200 meter dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).Â
Berdasarkan hasil survei lokasi bahwa penambangan emas ini berada di kawasan Hutan Produksi atau HP.
Aktivitas penambangan emas ilegal di Dusun Sei Telang ini tidak bermanfaat bagi masyarakat Dusun Sei Telang.
Karena masyarakat Sei Telang sangat bergantung terhadap pemanfaatan sumber daya alam sehingga hanya memberikan kerugian secara ekologi, ekonomi, dan sosial di masyarakat.
Bagi masyarakat, air Sungai Batang Bungo ini adalah sumber air warga yang dulu bersih dan jernih sekarang berwarna kuning dan kotor.
Sehingga mereka tidak bisa lagi memanfaatkan air dan mencari rejeki di Sungai Batang Bungo.
Para penambangan emas ini seperti lintah yang mengisap darah orang sakit.
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa beberapa penambang emas menggunakan merkuri kimia berbahaya dan membuangnya ke Sungai Batang Bungo.
Orang Dusun Sei Telang dan dusun sekitar bergantung pada sungai itu untuk hidup dan penambang emas merusak lingkungan.
Kegiatan penambangan emas ilegal ini tetap berlangsung karena diduga melibatkan oknum APH yang membantu pelaku dalam melancarkan aktivitas pertambangannya.
Diduga hingga saat ini masih ada beberapa alat berat jenis excavator yang masih beroperasi di hutan produksi Dusun Sei Telang.
Semoga semua pihak yang berwenang tergerak hatinya menyelesaikan masalah PETI di hulu Sungai Batang Bungo.
Semoga Rahman dan Rahim-Nya membuka hati pelaku PETI untuk menghentikan aktivitasnya. Amin