• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Menghidupkan Gus Dur Lewat Yahya Staquf

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-11-08
in News
2
Gus Dur dan KH Yahya Cholis Staquf (Ist)

Gus Dur dan KH Yahya Cholil Staquf (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Buku menghidupkan Gus Dur segera terbit. Sudah lama saya ingin menuliskan pengalamannya sebagai juru bicara presiden—atau, menurut kelakar teman-teman, sebagai santri Gus Dur di pondok pesantren paling megah, istana negara.

Yahya Cholil Staquf adalah salah satu dari tiga juru bicara presiden Abdurrahman Wahid; dua lainnya Adhi Massardi dan Wimar Witoelar.

Dua puluh dua bulan kepresidenan Gus Dur (1999-2001) saya ingat sebagai masa yang ingar bingar dan sarat manuver politik—dan yang berkembang dalam silang susup manuver itu adalah situasi antagonistik antara presiden dan DPR.

Pada umumnya orang masih sulit mempercayai DPR. Orang lebih bisa mempercayai integritas personal Gus Dur, tetapi sekaligus sering bingung oleh langkah-langkah dan pernyataan-pernyataannya.

Pada masa-masa menjelang Gus Dur dilengserkan, Yahya Staquf sebagai juru bicara presiden terlihat bicara terlalu hati-hati dan membosan dan menyebalkan.

Padahal, saya mengenalnya di kampus sebagai orang yang tangkas bicara.Tidak lama setelah ia bukan lagi juru bicara presiden, sebagai konsekuensi dari diturunkannya Gus Dur melalui Sidang Istimewa MPR 2001, Yahya Staquf mengunjungi saya di daerah Duren Tiga dan ia menjadi tangkas lagi dan saya heran:

“Kok kamu sekarang jadi pinter lagi?”

Baca Juga: (Bukan) Wasiat Gus Dur

Ia mengaku tegang dan tersiksa ketika Gus Dur menjadi presiden. “Ia kiai NU,” katanya. “Dan ia presiden.

Sebetulnya tidak ada masalah jika orang menyerang kebijakannya sebagai presiden. Mengkritik kebijakan presiden adalah tindakan wajar.

”Tetapi, baginya, pertama-tama Gus Dur adalah kiai NU yang ia hormati, yang ia junjung tinggi, yang selalu ia ingat jasa besarnya: Gus Dur telah melakukan kerja besar, nyaris sendirian, membelokkan orientasi dan mewujudkan transformasi luar biasa pada kapal raksasa bernama NU.“

“Tanpa Gus Dur, NU kemungkinan besar menjadi fundamentalis,” katanya.

“Sebelum 1984, NU sangat fundamentalis. Saya sangat fundamentalis. Saya marah ketika pemerintah Orde Baru memaksakan asas tunggal Pancasila. Gus Dur yang telah membelokkan arah NU, memberi wawasan baru keagamaan sehingga NU menjadi seterbuka sekarang.“

Itu sebabnya saya sedih ketika Gus Dur diserang kiri-kanan. Saya pikir, saya saja yang diserang, jangan kiai saya. Jadi, saya kemudian memilih cara yang membuat kamu sebel itu.

Setidaknya, dengan cara seperti itu, saya berharap sasaran tembak tidak terkonsentrasi hanya kepada Gus Dur. Saya juga pantas diserang karena menyebalkan.

”Buku tentang pengalaman Yahya Staquf “nyantri” kepada Gus Dur, pengalaman intimnya selama menemani Gus Dur pada saat-saat presiden sedang sendirian di istana, sebentar lagi selesai.

Mudah-mudahan minggu ini siap masuk cetak. Dia memberi usul tentang judul buku itu: Menghidupkan Gus Dur. Saya setuju.

AS Laksana

Tags: AS LaksanaGus DurIndonesiaJubir PresidenYahya Cholil Staquf
Previous Post

Spirit Persatuan dan Keindonesiaan

Next Post

Perang Yaman dan Puluhan Ribu Korbannya

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Korban Perang Yaman dibawa penduduk setempat

Perang Yaman dan Puluhan Ribu Korbannya

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Benarkah Jurusan Kuliah STEM Punya Kesejahteraan Ekonomi Tinggi?
  • Syahadat Intelektual: Membumikan Nabi di Era Gen Z
  • Alumni Pesantren Gelar Aksi Damai di Depan Gedung Trans7, Tanggapi Tayangan Xpose Uncensored
  • Sigap, Menag Bakal Libatkan Pimpinan Pesantren Bahas Standar Bangunan
  • Lima Prinsip Dasar Menjaga Lingkungan Menurut Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng