• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Meluruskan Anggapan Sial Bulan Safar

Oleh: Thowiroh

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2022-08-29
in Galeri, Keislaman, News
0
Meluruskan Anggapan Sial Bulan Safar

Meluruskan Anggapan Sial Bulan Safar (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co- Bulan Safar termasuk bulan yang dianggap buruk oleh kaum jahiliyah zaman dahulu karena diyakini sebagai bulan sial utamanya pada hari Rabu dalam minggu terakhir di bulan Safar. Sehingga ketika memasuki bulan tersebut mereka biasanya enggan berdagang karena takut rugi atau enggan menikah karena khawatir tidak langgeng.

Diantara kebiasaan kaum jahiliyah di bulan Safar yang mereka anggap sial adalah menjadikan bulan Safar sebagai pengganti bulan Muharram dengan memajukan dan mengakhirkan bulan sesuai keinginan mereka karena mereka berkeyakinan bahwa pelaksanaan umrah pada bulan haji adalah perbuatan keji. Hal tersebut seperti yang disinggung dalam Al-Qur’an surah at-Taubah ayat 37:

اِنَّمَا النَّسِيْۤءُ زِيَادَةٌ فِى الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُحِلُّوْنَهٗ عَامًا وَّيُحَرِّمُوْنَهٗ عَامًا لِّيُوَاطِـُٔوْا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللّٰهُ فَيُحِلُّوْا مَا حَرَّمَ اللّٰهُ ۗزُيِّنَ لَهُمْ سُوْۤءُ اَعْمَالِهِمْۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

Sesungguhnya pengunduran (bulan haram) itu hanya menambah kekafiran. Orang-orang kafir disesatkan dengan (pengunduran) itu, mereka menghalalkannya suatu tahun dan mengharamkannya pada suatu tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang diharamkan Allah, sekaligus mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Setan) dijadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan buruk mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang kafir. (Q. S At Taubah :37)

Hal tersebut kemudian d luruskan dengan hadirnya ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi mencontohkan sendiri dengan melaksanakan pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah Al-Kubra di bulan Safar, Nabi juga menikahkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan putrinya Sayyidah Fatimah Az -Zahrah di bulan Safar dan Nabi juga memulai perjalanan Hijrah nya ke Madinah pada bulan Safar. Hal tersebut cukup menjadi bukti yang menandakan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial. Nabi bersabda:

“ لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر”

“Tidak ada ‘adwa (meyakini bahwa penyakit dapat menular sendiri tanpa takdir Allah), tidak ada thiyarah (menganggap sial karena melihat burung), tidak ada hamah (meyakini bahwa tulang tulang mayit menitis ke burung hantu) dan tidak ada safar (menganggap sial bulan safar).

Syaikh Ibn Mandzhur dalam kitab Lisanul ‘Arab menerangkan dua sebab penamaan bulan Safar. Yang pertama adalah Safar Diambil dari “صفر ” (sufara) yang artinya “kuning”, karena ketika orang Arab hendak menamakan bulan, saat itu cuacanya sangat dingin sehingga permukaan bumi nampak kuning karena rumput yang mati dan daun kering yang berjatuhan maka dinamakanlah bulan tersebut bulan Safar disusul dengan bulan rabi’ yang artinya semi (tumbuhan mulai tumbuh).

Kedua diambil dari kata “صفر” (shifara)  yang artinya kosong karena pada bulan tersebut orang Arab banyak keluar untuk berperang sehingga kota Mekah nampak kosong.

Dari uraian di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa bulan safar bukanlah bulan sial karena nabi Muhammad sendiri telah memberikan teladan bagi kita semua.

Dirangkum dari penjelasan habib Ahmad Bafagih tentang bulan Safari.

Previous Post

Tips Hemat dan Punya Penghasilan Online

Next Post

Mencium Al-Qur’an, Bolehkah?

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Mencium al-qur'an bolehkah

Mencium Al-Qur'an, Bolehkah?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng