• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Lulus Kuliah, Tapi Kok Susah Nyari Kerja? Ini Dia Biang Keroknya!

Oleh: Hari Prasetia

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2024-08-03
in Pendidikan
0
Lulus Kuliah, Tapi Kok Susah Nyari Kerja Ini Dia Biang Keroknya!

Lulus Kuliah, Tapi Kok Susah Nyari Kerja Ini Dia Biang Keroknya! (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pernah merasa jadi sarjana atau fresh graduate yang bingung mencari kerja? Padahal, kamu sudah bergelut dengan buku-buku tebal selama bertahun-tahun dan berhasil meraih gelar sarjana. Tapi, kenapa ya, peluang kerja yang sesuai dengan kualifikasimu terasa begitu terbatas? Jawabannya mungkin terletak pada masalah yang sering kita dengar: mismatch skills.

Mismatch skills adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dengan kebutuhan keterampilan yang sebenarnya dibutuhkan oleh dunia kerja. Sederhananya, kamu punya segudang teori, tapi dunia kerja lebih mencari praktik.

Ada banyak faktor yang berkontribusi pada terjadinya mismatch skills. Mari kita bahas satu per satu:

1. Kurikulum Pendidikan yang Kaku

        Banyak kurikulum perguruan tinggi yang masih terpaku pada teori dan kurang memberikan ruang untuk pengembangan keterampilan praktis. Akibatnya, lulusan seringkali kesulitan menerapkan ilmu yang mereka pelajari di dunia kerja yang dinamis.

        2. Perkembangan Teknologi yang Cepat

        Era digitalisasi membuat teknologi berkembang begitu pesat. Keterampilan yang dibutuhkan pun berubah dengan cepat. Lulusan yang tidak mengikuti perkembangan teknologi akan kesulitan bersaing.

        3. Kurangnya Pengalaman Praktik

        Selama kuliah, banyak mahasiswa yang lebih fokus pada tugas-tugas akademik dan kurang terlibat dalam kegiatan yang bersifat praktis seperti magang atau proyek nyata. Padahal, pengalaman kerja sangat berharga untuk mengasah keterampilan.

        4. Informasi Pasar Kerja yang Terbatas

        Banyak lulusan yang tidak memiliki informasi yang cukup tentang kebutuhan pasar. Mereka seringkali kesulitan mencari tahu pekerjaan apa yang sesuai dengan minat dan keterampilan mereka.

        5. Kesalahpahaman tentang Keterampilan

        Terkadang, ada kesalahpahaman antara lulusan dan perusahaan mengenai definisi keterampilan. Lulusan mungkin berpikir bahwa mereka memiliki semua keterampilan yang dibutuhkan, padahal perusahaan mencari kandidat dengan kombinasi keterampilan yang spesifik.

        Mismatch skills tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada perekonomian secara keseluruhan. Beberapa dampak negatifnya antara lain:

        1. Tingginya Angka Pengangguran

          Lulusan yang tidak memiliki keterampilan yang sesuai akan kesulitan mendapatkan pekerjaan, sehingga meningkatkan angka pengangguran.

          2. Penurunan Produktivitas Perusahaan

          Karyawan yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan akan kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga menurunkan produktivitas perusahaan.

          3. Biaya Pelatihan yang Tinggi

          Perusahaan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk melatih karyawan baru agar memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.

          4. Ketidakpuasan Karyawan

          Karyawan yang merasa keterampilannya tidak sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan akan merasa tidak puas dan cenderung untuk mencari pekerjaan lain.

          Untuk mengatasi masalah mismatch skills, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, dan masyarakat. Beberapa solusi yang bisa dilakukan antara lain:

          1. Reformasi Kurikulum

            Kurikulum perguruan tinggi perlu disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang terus berubah. Kurikulum harus lebih menekankan pada pembelajaran berbasis kompetensi, dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat dalam proyek-proyek nyata dan magang.

            2. Penguatan Kerja Sama Tri Dharma

            Perguruan tinggi perlu memperkuat kerja sama dengan dunia usaha dan masyarakat melalui kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat, dan penempatan kerja.

            3. Peningkatan Kualitas Program Magang

            Program magang perlu dirancang dengan lebih baik agar mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kerja yang relevan dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.

            4. Pengembangan Pusat Karir yang Komprehensif

            Perguruan tinggi perlu memiliki pusat karir yang menyediakan berbagai layanan, seperti konseling karir, pelatihan soft skills, dan job placement.

            5. Pemanfaatan Teknologi Informasi

            Pemerintah dan perguruan tinggi perlu memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah akses informasi tentang pasar kerja dan peluang karir.

            Mismatch skills merupakan masalah kompleks yang memerlukan solusi yang komprehensif. Dengan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan dunia kerja, kita dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia.ola wakaf secara modern, kita bisa memastikan bahwa generasi mendatang tetap mendapatkan akses pendidikan yang layak.

            Penulis: Hari Prasetia

            Editor: Zainuddin Sugendal

            Baca juga: Makna Slow Living menurut Fahruddin Faiz

            Tags: sarjana mudasusah nyari kerja
            Previous Post

            Gus Kikin: PWNU Tegak Lurus Bersama PBNU

            Next Post

            Cekcok Iuran 35 Juta antar Warga dan Sekolah Petra di Surabaya

            Zainuddin Sugendal

            Zainuddin Sugendal

            Next Post
            Cekcok Iuran 35 Juta antar Warga dan Sekolah Swasta di Surabaya

            Cekcok Iuran 35 Juta antar Warga dan Sekolah Petra di Surabaya

            Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

            Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

            No Result
            View All Result

            Pos-pos Terbaru

            • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
            • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
            • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
            • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
            • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

            Komentar Terbaru

            • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
            • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
            • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
            • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
            • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
            • About
            • Kontak
            • Privacy & Policy
            • Terms and Conditions
            • Disclaimer
            • Redaksi
            • Pedoman Media

            © 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

            No Result
            View All Result
            • Tebuireng
            • News
            • Keislaman
            • Pesantren
            • Kebangsaan
            • Galeri
            • Kolom Pakar
            • Politik

            © 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng