• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Kisah Cinta Abadi Rumini ke Sang Ibu

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-12-08
in Galeri, News, Seni & Budaya
3
Rumini saat msih hidup

Rumini saat msih hidup (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Kisah cinta abadi Rumini kepada ibunya viral di media sosial setelah ia memilih merengang nyawa saat erupsi Gunung Semeru bersama sang ibu.

Rumini yang masih berusia 28 tahun rela meregang nyawa bersama ibunda yang tak kuasa berlari menyelamatkan diri. Sang ibu, Salamah (71), yang sudah lansia tak sanggup berlari menyelamatkan diri.

Dikutip dari TribunJateng.com, kisah cinta abadi Rumini pada Salamah viral setelah keduanya ditemukan petugas dalam kondisi berpelukan di Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang pada Sabtu, 4 Desember 2021.

Saat erupsi Gunung Semeru terjadi, warga saling berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri. Rumini bisa saja lari dan menyelamatkan diri saat itu. Namun, hati Rumini tidak tega melakukan itu. Rumini memilih memeluk ibunya hingga wafat.

Jenazah keduanya ditemukan pada Ahad (5/12/21) di rumahnya dalam kondisi tertimbun pasir vulkanik sekitar 2 meter.

“Pagi kan saya cari kakak ipar sama ponakanku. Pas bongkar rontokan tembok dapur terus tangannya kelihatan dan langsung kami bersihkan dan dibawa ke rumah untuk dimakamkan,” kata Adik Ipar Salamah, Legiman, Selasa (7/12/2021).

  • Rumah warga korban Erupsi Semeru (ist)

Rumini wafat meninggalkan seorang anak dan suami bernama Imam Syafi’i (30). Menurut Syafi’i, sang istri memiliki gelagat yang ingin selalu dimanja sebelum wafat dan perhatian dengan anaknya.

Rumini biasanya tidur bertiga. Rumini, anak dan suaminya. Namun pada Jumat (3/12/21) malam, Rumini tidur di pundak suaminya sambil memeluk.

“Terus tidur pelukan terus sampe pagi, kepalanya di pundakku. Kerja sudah ndak tenang, kok ndak seperti biasanya,” imbuh Syafi’i.

Imam Syafi’i juga menyesal saat kejadian ia tidak berada di rumah karena sedang kerja. Erupsi Semeru yang begitu luar biasa membuat masyarakat berhamburan menyelamatkan diri. Namun, Rumini bertahan bersama ibunya yang tidak kuat berlari karena usia.

Imam Syafi’i dan anaknya sedang menjalani perawatan di puskesmas terdekat. Ketika berangkat kerja pada Sabtu (4/12/21), Imam Syafii merasa senang dengan kehangatan Rumini. Namun, ia tak menyangka, pelukan hangat Rumini pagi itu merupakan yang terakhir.

Saat erupsi Semeru, Imam bersama ayah mertuanya sedang menambang pasir di Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang. Ketika pulang, Imam melihat kepulan asap dan rumahnya sudah terendam abu vulkanik.

“Seandainya saya tidak kerja saat itu, mungkin istri dan ibu mertua saya bisa saya selamatkan,” tandasnya.

Tags: Erupsi SemeruIndonesiaLumajangRumini
Previous Post

Kerugian Melewatkan Salat Berjama’ah

Next Post

Waktu Muktamar ke-34 NU 23-25 Desember 2021

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Poros Tengah, Muktamar NU Ke-34 Penuh Maslahah

Waktu Muktamar ke-34 NU 23-25 Desember 2021

Comments 3

  1. echie says:
    4 tahun ago

    subhan allah ank yg begitu berbakti kepada krang tuanya semoga ditempatkan disyurganya allah amin…

    Balas
    • Tebuireng Initiatives says:
      4 tahun ago

      Amiin… Allahumma Amiin….
      لها الفاتحة

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil
  • Gus Ulil Sebut Platform X sebagai Medan Penting dalam Perang Narasi Global

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng