• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Ketika Allah Hanya Menerima Ibadah Haji 6 Orang dari 600 Ribu Jamaah

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2022-06-22
in Akidah, Keislaman, Kitab Kuning, Tasawuf, Tokoh
0
Ketika Allah Hanya Menerima Ibadah Haji 6 Orang dari 600 Ribu Jamaah Haji

Ketika Allah Hanya Menerima Ibadah Haji 6 Orang dari 600 Ribu Jamaah Haji

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co- Ketika Allah hanya menerima ibadah haji 6 orang dari 600 ribu jamaah haji. Alkisah salah seorang waliyulah bernama Ali bin Muwaffiq bercerita, bahwa pada suatu masa ia menunaikan ibadah haji. Ketika sampai pada malam Arafah, ia tertidur di Mina tepatnya di Masjid Khif karena keletihan.

Di mimpinya ia melihat dua malaikat turun dari langit. Keduanya mengenakan pakaian berwarna hijau. Ia mendengar betul percakapan keduanya.

“Sahabatku,” kata satu malaikat.

“Labbaik wahai sahabatku,” jawab temannya.

“Tahun ini berapa orang yang beribadah haji?”

“Akuku tidak tahu.”

“Yang berhaji tahun ini sebanyak 600 ribu orang. Tahukah kamu berapa dari mereka yang hajinya diterima Allah?”

“Aku juga tidak tahu.”

“Hanya 6 orang.”

Kedua malaikat itu pun kemudian naik kembali ke langit. “Keduanya lenyap dari pandangan mataku,” kata Ali. Ia kemudian terbangun. Betapa kagetnya ia atas percakapan yang didengarnya di mimpinya barusan.

Ali sangat bingung dan sedih. Percakapan malaikat tersebut masih saja terngiang di kepalanya. “Kalau hanya 6 orang jamaah yang diterima, apakah aku termasuk di 6 orang tersebut?” dalam hati ia bertanya-tanya.

Ali kemudian bergerak meninggalkan Arafah dan singgah untuk melebur bersama lautan jamaah haji pada Masy’aril Haram, yaitu Arafah, Mudzdalifah, dan Mina. Di tengah hamparan ratusan ribu manusia itu pikirannya terusik kembali. Ia mulai berpikir soal ketimpangan jumlah orang yang diterima dan ditolak hajinya.

Ali pun mengantuk lalu tertidur. Ia kembali menyaksikan dua malaikat yang disaksikannya kemarin turun dari langit. Ia mendengar persis keduanya mengulangi percakapan kemarin.

“Apakah kamu tahu apa keputusan Tuhan kita pada malam ini?”

“Tidak, kenapa?”

“Allah memenuhi permintaan setiap orang dari 6 jamaah yang diterima hajinya untuk 100 ribu orang jamaah yang hajinya ditolak.”

Ali terjaga. Ia begitu gembira atas percakapan kedua malaikat dalam mimpinya. Ia bergembira karena 600 ribu jamaah haji tahun itu kemudian diterima semua oleh Allah swt berkat doa 6 jamaah yang hajinya diterima.

Waktu pun berlalu. Ali bin Muwaffiq berkesempatan menunaikan ibadah haji pada suatu waktu. Setelah menyelesaikan rangkaian manasiknya, ia kemudian memikirkan nasib jamaah haji yang ditolak manasiknya.

Ali kemudian berdoa untuk mereka yang ibadah hajinya ditolak oleh Allah. “Wahai Tuhanku, kuserahkan hajiku dan pahalanya untuk jamaah haji yang Kau tolak tahun ini.”

Ketika tertidur, Ali mendengar suara, “Wahai Ali, kau bersikap pemurah pada-Ku. Sedangkan Aku yang menciptakan kemurahan hati dan orang-orang pemurah itu. Aku Dzat paling pemurah. Aku Dzat paling dermawan. Aku lebih berhak untuk bermurah hati dan berderma daripada sekalian alam. Sungguh telah Ku-terima  jamaah haji yang seharusnya Ku-tolak berkat doa orang yang hajinya Kuterima,” jawab Allah dalam mimpinya.

Kisah ini dikutip oleh Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Kitab Ihya’ Ulumiddin, (Beirut, Darul Fikr : 2018 M/1439 H-1440 H), juz I, halaman 305-306.

Oleh: Ustadz Khoirul Anam

Baca juga: Menata Niat Sebelum Haji dan Umrah

Tags: 6 dari 600 ribuibadah haji
Previous Post

Ketentuan Pembagian Daging Kurban

Next Post

Kiai Wahab dan Kiai Bisri Menurut Hadratussyaikh

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Kiai Wahab dan Kiai Bisri Menurut Hadratussyaikh

Kiai Wahab dan Kiai Bisri Menurut Hadratussyaikh

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Semarakkan HSN 2025, LTN MWCNU Diwek Gelar Bedah Buku
  • Benarkah Jurusan Kuliah STEM Punya Kesejahteraan Ekonomi Tinggi?
  • Syahadat Intelektual: Membumikan Nabi di Era Gen Z
  • Alumni Pesantren Gelar Aksi Damai di Depan Gedung Trans7, Tanggapi Tayangan Xpose Uncensored
  • Sigap, Menag Bakal Libatkan Pimpinan Pesantren Bahas Standar Bangunan

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng