tebuireng.co- Di antara buku karya KH. Saifuddin Zuhri adalah “K.H. Abdul Wahab Hasbullah, Bapak Pendiri NU” dan “Guruku Orang-Orang dari Pesantren.” Buku Biografi dibuat dalam peringatan seratus hari wafatnya Kiai Wahab, dan selesai pada 24 Maret 1972. Kemudian pada 2010 diterbitkan ulang Pustaka Pesantren (LKiS) dengan judul “Mbah Wahab Hasbullah Kiai Nasionalis Pendiri NU”.
Baca juga: Kiai Wahab Hasbullah; Ahli Diplomasi dan Saudagar
Buku “Guruku Orang-Orang dari Pesantren” karya KH. Saifuddin Zuhri berkisah perjuangan para kiai dan santri dalam menghadapi dinamika dan tantangan kebangsaan pada masa penjajahan dan masa krusial setelahnya. Keterlibatan langsung penulisnya, dan kepiawaiannya dalam berkisah, menjadikan buku ini diminati banyak pembaca. Bahkan pada 1993, buku karya Menteri Agama pada 1962-1967 ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Haruki Yamamoto, dan beredar luas.
Terbit kali pertama pada 1974 oleh Al-Ma’arif Bandung. Pada 2001 diterbitkan ulang LKiS, dan pada 2019 diterbitkan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI.
Kiai Saifuddin Zuhri dalam “Mbah Wahab Hasbullah Kiai Nasionalis Pendiri NU” menyatakan, bahwa Kiai Wahab Hasbullah usianya empat tahun lebih tua dari Kiai Bisri Syansuri. Pada halaman delapan dinyatakan,
Baca juga: Kiai Bisri Syansuri; dari Melawan Penjajah sampai Orde Baru
“Kami bertiga singgah di Pesantren Denanyar Jombang, -5 km dari Pesantren Tambakberas, untuk mengunjungi KH. Bisri Syansuri, Wakil Rais ‘Aam yang dengan setia selalu mendampingi KH Abdul Wahab Hasbullah dalam tiap perjuangannya, dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari boleh dibilang selalu berada di sisi KH Abdul Wahab Hasbullah. Dua tokoh Nahdlatul Ulama ini dalam sikap hidupnya amatlah ideal. Selisih umurnya hanya 4 tahun, KH. Bisri Syansuri lebih muda.”
Sementara itu Gus Dur dalam buku Biografi KH Bisri Syansuri menyatakan bahwa Kiai Wahab lebih tua dua tahun dari Kiai Bisri. Sementara biasanya para penulis belakangan menyatakan bahwa Kiai Bisri lahir pada 1886/1887, sementara Kiai Wahab lahir pada 1887/1888.
Dalam buku “Guruku Orang-Orang dari Pesantren”, KH. Saefuddin Zuhri menulis,
“Di Jombang, di bawah pimpinan Hadratus Syaikh dan KH A Wahab Hasbullah diselenggarakan Riyadhah Rohani di kalangan para ulama. Kecuali meningkatkan semangat pembelaan tanah air, juga mengamalkan beberapa wirid, Hizbur Rifa’i, Hizbul Bahr, Hizbun Nawawi, dan lain-lain doa dipompakan dalam Riyadhah yang berbentuk latihan rohani itu.”
“Menurut cerita KH. A Wahid Hasyim, putranya, jika pada satu saat Hadratus Syaikh menghadapi masalah yang cukup berat sehingga tak bisa diatasi sendiri, maka orang pertama yang dimintai pendapatnya adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah dan KH. Bisri Syansuri, dua ulama besar yang masing-masing memimpin Pesantren Tambakberas dan Denanyar, tidak jauh dari Jombang. Tiga tokoh ulama besar ini merupakan tri tunggal yang masing-masing mempunyai ma’iyah atau nilai kelebihan, tetapi saling memerlukan antara yang satu kepada lainnya.”
Oleh: Yusuf Suharto