• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Keistimewaan Kitab Ihya Ulumuddin

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-01-09
in Keislaman, Kitab Kuning, Tokoh
0
Keistimewaan Kitab Ihya Ulumuddin

Keistimewaan Kitab Ihya Ulumuddin.

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Tokoh intelektual Islam Nahdlatul Ulama (NU) KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) menjelaskan keistimewaan kitab Ihya Ulumuddin yang jarang dimiliki kitab lainnya.

Pernyataan ini disampaikannya saat melakukan dialog dengan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Dr. Phil. Al Makin, M.A di akun Youtube Al Makin Books, Kamis (7/01/2022).

“Kitab Ihya Ulumuddin ini sesuatu yang menarik, dikaji banyak kalangan,” jelasnya.

Dalam penuturan Gus Ulil, keistimewaan kitab Ihya Ulumuddin yang pertama karena pengarangnya yaitu Al-Ghazali. Imam Ghazali mengalami proses naik turun pemikiran. Banyak tikungan.

Kedua, kitab Ihya Ulumuddin ini memiliki pengaruh cukup besar dalam sejarah intelektual Islam dan umat Islam itu sendiri. Ihya merubah semacam modus keberagaman umat Sunni.

Kitab Ihya dikaji banyak pesantren di Indonesia. Bahkan beberapa pesantren menamakan dirinya sebagai Pesantren Ihya Ulumuddin.

“Sekarang saya menjadi pembela Ihya, karena ihya banyak dituduh macam-macam seperti sumber matinya rasionalitas, sumber kemunduran dunia Islam, sumber matinya filsafat,” ujarnya.

Bagi Gus Ulil, pesantren punya khazanah tekstual yang luar biasa kaya dan berisi banyak pengetahuan dan hikmah yang relevan di era medsos seperti kitab Ihya Ulumuddin.

“Kebetulan saya sudah mulai empat tahun lalu ngaji Ihya online, saat itu facebook baru menyediakan fitur live tanpa batas dan gratis. Ini kesempatan bagus,” ujar Gus Ulil.

Gus Ulil Bantah jika Al-Ghazali Membunuh Filsafat. Menantu Gus Mus ini membantah pendapat yang mengatakan bahwa Al-Ghazali penyebab kemunduran dunia Islam dan membunuh filsafat.

“Menurut saya tidak betul Ghazali membunuh filsafat. Karena banyak orang menganggap begitu. Ketika orang membaca kitab Al-Munqidz Min ad-Dlala, orang akan tahu bahwa Ghazali tidak anti filsafat,” jelasnya.

Baca Juga: Kritik Ibnu Taimiyah dan Kritik atas Ilmu Kalam-Filsafat

Menurutnya, tuduhan Ghazali membunuh filsafat itu tidak benar, yang tepat ialah yaitu Al-Ghazali punya konsepsi filsafat sendiri yang sesuai dengan akidah asy’ariah.

Dalam teori Ghazali, filsafat terbagi menjadi enam yaitu matematika, logika, terkait fenomena alam (fisika, biologi), ilmu ilahiah yaitu ontologi (ilmu ilhiahiat bermakna umum) dan teologi (ilahiat makna khos), lalu ada filsafat etika politik dan etika moralitas.

“Al-Ghazali keberatan pada filsafat hanya bagian menyangkut ilahiat, terutama bermakna khos (teologi),” ujar pria yang akrab disapa Gus Ulil ini.

Gus Ulil menambahkan, dalam masalah ilahiat tersebut, Al-Ghazali hanya mengkritik dalam 20 masalah. Di 20 masalah tersebut menurutnya ada pendapat filosuf yang bermasalah.

Penolakan yang diberikan oleh Gus Ulil ini sejalan dengan pernyataan Frank Griffel, seorang profesor dalam bidang Studi-studi Islam di Universitas Yale dalam bukunya yang berjudul Al – Ghazali’s Philosophical Theology.

“Ghazali tidak mempermasalahkan filsafat di bagian lima yang lain. Ia hanya mengkritik bagian kecil tentang filsafat. Bahkan Ghazali mengarang tiga kitab tentang logika,” imbuhnya.

Gus Ulil lalu menceritakan, di Indonesia para murid Al-Ghazali memiliki pemikiran yang moderat dan terbuka. Mereka menerima Pancasila sebagai dasar negara dan sistem demokrasi. Ini menandakan murid ideologis Al-Ghazali sangat logis dan realistis.

Baca Juga: Tips Memilih Calon Istri menurut Imam Al-Ghazali dan Imam Ahmad bin Hanbal

Di Indonesia kelompok yang menerima Pancasila, demokrasi, dan konsep keterbukaan adalah murid Al-Ghazali. Mereka adalah santri dari pesantren yang mempelajari pemikiran Ghazali seperti Gus Dur, Kiai Sahal Mahfudz dan Kiai Ishomuddin Lampung.

“Kalau lihat anak-anak NU adalah anak cucu Al-Ghazali. Karena mayoritas anak pesantren sejak dini akrab dengan pemikiran Al-Ghazali. Saya kembali banyak belajar Al-Ghazali di Amerika Serikat,” tandas Gus Ulil.

Tags: Gus UlilIhya Ulumuddin
Previous Post

Memperjuangkan Ilmu adalah Bagian dari Perjuangan di Jalan Allah

Next Post

Wanita yang Dirindukan Surga, Siapakah Itu?

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Wanita yang Dirindukan Surga, Siapakah Itu

Wanita yang Dirindukan Surga, Siapakah Itu?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Menata Ulang Relasi Rumah Tangga Antara Laki-laki dan Perempuan
  • Profil Gus Irfan, Menteri Haji dan Umrah Pertama di Indonesia
  • 21 Dalil Merayakan Maulid Nabi Menurut Sayyid Muhammad al-Maliki
  • Pendapat Gus Baha Terkait Demontrasi: Boleh Dilakukan Asal Tidak Mudarat
  • Pesan PCNU Jombang kepada Aparat Keamanan dan Masyarakat

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng