• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Kata ‘Husnul khatimah’ dan ‘Imsak’ dalam Kritikan Tanpa Esensial

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-07-04
in Keislaman, Kitab Kuning, Pesantren
0
Kata 'Husnul khatimah' dan 'Imsak' dalam Kritikan Tanpa Esensial

Kata 'Husnul khatimah' dan 'Imsak' dalam Kritikan Tanpa Esensial

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Beberapa waktu lalu, masyarakat awam dihebohkan dengan penulisan kata ‘khusnul khatimah’ adalah salah dan yang benar adalah ‘husnul khatimah’.

Permasalahan ini menjadi melebar ke mana-mana karena ada kelompok pro dan kotra. Karena begitu banyak tanggapan dari masyarakat awam tentang masalah ini.

Permasalahan ini muncul dari banyak status di facebook, whatsApp dan instagram yang mempermasalahkan dan menyalahkan tulisan Khusnul Khatimah. Menurut mereka penulisan ini salah dan yang benar adalah Husnul Khatimah. Alasannya, Khusnul Khatimah bermakna akhir yang hina sedangkan Husnul Khatimah bermakna akhir yang baik. Titik perbedaan terletak pada awal tulisan yang ada huruf “K”. Dianggap yang menambahkan “K” merubah huruf dalam bahasa Arab yang seharusnya ha (Ø­) berubah jadi kho’ (Ø®).

Dalam kehidupan sehari-hari, kalimat ini biasanya digunakan umat Islam untuk mendoakan seseorang agar mendapatkan akhir yang baik di akhir hidupnya. Dalam bahasa Arab ditulis dengan حسن الخاتمة.

Memang benar dalam bahasa Arab kalimat خسن dengan huruf Ø® bermakna hina atau tidak baik tapi kalimat ini sendiri jarang atau hampir tidak pernah dipakai, apalagi disandingkan dengan kata الخاتمة. Yang sering dipakai untuk akhir yang tidak baik adalah سوء الخاتمة atau Su’ul Khatimah.

Pada dasarnya sikap menyalahkan ini tidaklah diperlukan karena hanya masalah transliterasi dari tulisan arab ke tulisan latin. Lebih baik berprasangka baik saja bahwa yang mendoakan ini sedang bermaksud agar yang didoakan mendapat akhir yang baik bukan sebaliknya.

Baca juga : Waktu Imsak di Indonesia salah?

Hal ini dikarenakan, kalau kita bicara transliterasi tidak ada habisnya, terutama dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Masing-masing penulis punya standar sendiri tulisan yang tepat untuk mewakili vokal yang pas. Kalimat Husnul bisa saja dianggap tidak sesuai karena huruf H bisa berarti Ù‡ dalam bahasa Arab.

Karena bisa saja menulis Husnul Chatimah atau Chusnul Chatimah atau Khusnul Chatimah. Apa masih dipermasalahkan juga?,” Bila kita tarik ke negara lain masalah transliterasi, orang Somalia yang menulis Ø­ dengan huruf X serta perpaduan ejaan Bahasa Inggris. Sehingga bisa ditebak mereka orang Somalia akan menuliskannya begini “Xoonool Khaatimah.

Bahkan huruf ع dalam transliterasi Somalia adalah C, jadi kalau menulis آل عمران jadi Aali Cimraan, apa nggak tambah kejang-kejang?, bila kita terus mempermasalahkan ini.

Tidak tahu siapa yang awalnya memulai buat masalah seperti ini hingga ditiru oleh banyak sekali orang yang mungkin maksudnya baik tapi hanya membebek tanpa ilmu dan kurang mau menelaah. Meskipun maksudnya baik yaitu mengoreksi dalam mendoakan orang lain dengan cara yang tidak tepat.

Masalah akan berkembang lagi bila memasuki hal lain dengan begitu banyaknya orang Indonesia yang memiliki nama dalam tulisan Khusnul Khotimah. Padahal tujuan pemberian nama tersebut untuk mendoakan sang anak.

Jadi yang namanya Khusnul Khatimah, jangan sedih apalagi mau ganti akte kelahiran segala hanya karena nyinyiran orang-orang ini. Insyaallah nama anda sudah benar dan nama yang baik juga doa pemberian orang tua.

Tradisi lain yang sedang ramai yaitu terkait waktu imsak di Indonesia. Ada yang berbicara bahwa waktu imsak yang ada di Indonesia itu bukanlah waktu imsak yang sebenarnya. Bila ditelusuri lebih jauh, istilah imsak yang berlaku di Indonesia itu adalah bentuk kehati-hatian saja.

Hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat Indonesia sudah tahu bahwa batas makan adalah masuknya waktu subuh. Keterangan ini juga diajarkan di pelajaran fikih sejak kecil.

Berhenti makan beberapa menit sebelum salat subuh agar bersiap dan sebuah saran agar lebih baik berhenti makan. Kalau misalnya telat juga tidak apa-apa tetap makan sampai waktu subuh datang.

Dipandang dari ilmu balaghah, istilah imsak di Indonesia ini masuk ke dalam majaz mursal dengan alaqah “i’tibaaru maa sayakuunu”. Menyebutkan “yang telah terjadi”. Namun yang dimaksud adalah “yang belum terjadi”.

Seperti halnya orang Indonesia menyebut kata “kalimah” dalam bahasa Arab yang artinya adalah “kata”, digunakan untuk menyebut “kalimat” Bahasa Indonesia. Kemudian orang-orang dibilang salah kaprah karena memakai kata kalimat untuk menyebut kalimat padahal kalimat itu adalah kata. Bingung nggak? Makanya jangan ribet-ribet kecuali memang esensial.

Tags: fikihHasyim Asy'ariHumor Islamiislamramadhan
Previous Post

Tatakrama Bertamu Ke Rumah Allah

Next Post

Hadratussyaikh Menyorot Gereja

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Hadratussyaikh  Menyorot Gereja

Hadratussyaikh Menyorot Gereja

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng