• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Kaidah Gus Dur dalam Memimpin

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-12-22
in Tebuireng
0
Kaidah Gus Dur dalam Memimpin

Kaidah Gus Dur dalam Memimpin (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kaidah Gus Dur dalam memimpin menurut Hj Zannuba Arrifah Chafshoh atau akrab dipanggil Ning Yenny adalah tasharruful imam ‘alar ra’iyyah manuthun bil maslahah” yang artinya tindakan pemimpin terhadap rakyat itu harus didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan.

Hal ini disampaikannya dalam acara peringatan 13 Tahun wafatnya Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Rabu (21/12/22)

“Paling utama itu kepentingan bersama, yang dipegang Gus Dur تصرف الإمام على الرعية منوط بالمصلحة,” jelasnya.

Menurutnya, pengamalan kaidah ini tercermin saat Gus Dur menjadi Presiden ke-4 RI, Gus Dur lebih mengedepankan keseimbangan yang berdasar pada kemaslahatan.

Semisal dalam bidang ekonomi Gus Dur tidak mengejar econimic growth (pertumbuhan ekonomi) saja, akan tetapi juga mengejar economi equality (pemerataan ekonomi).

Karena jika hanya pertumbuhan ekonomi yang dikejar jangan-jangan yang kaya orang-orang itu saja, jurang antara si miskin dan si kaya semakin melebar.

“Itulah kenapa kebijakan yang digagas Gus Dur rata-rata berpihak kepada kaum kaum mustadh’afin (kaum lemah), kaum yang terdholimi,” imbuh Yenny.

Dikatakan, kaidah senada yang dipegang Gus Dur tentang kemaslahatan yaitu pemikiran Imam syafi’i:

 منزلة الإمام من الرعية منزلة الولي من اليتيم

Posisi seorang imam atas rakyatnya seperti posisi seorang wali pada anak yatim (dalam urusan mengetahui kemaslahatan dalam mentashorrufkan harta bendanya).

Dalam nash yang dihaturkan Imam Syafi’i ini, memberikan kepahaman bahwa kebijakan seorang pemimpin harus berdasarkan kemaslahatan bagi rakyatnya.

Tidak memandang apakah keputusan tersebut nantinya ditolak oleh rakyat atau diterima, sebagai mana seorang wali dari anak yatim yang berhak untuk tidak memberikan harta anak yatim untuk dihabiskan seketika, walaupun ia merengek menangis agar keinginannya terpenuhi.

Lebih lanjut Yenny menjelaskan tentang salah satu prinsip yang dipegang Gus Dur yaitu menanamkan diri di tanah kehampaan sebagaimana yang termaktub dalam kitab Al-Hikam karya Ibnu ‘Athoillah as Sakandari yang berbunyi:

ادْفِنْ وُجودَكَ في أَرْضَ الخُمولِ

Dengan pemikiran tersebut, menjadikan Gus Dur melakukan banyak hal dengan mudah, sebab Gus Dur tidak mencari popularitas, Gus Dur tidak mencari pujian-pujian.

Gus Dur hanya mencari ridha Allah dan hanya mencari hal yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Sehingga ketika mengambil keputusan atau kebijakan sudah tidak lagi memikirkan cacian orang banyak, karena ia tidak mencari dukungan.

“Gus Dur sebagai bapaknya masyarakat yang tidak melulu harus mengikuti apa yang diinginkan masyarakat namun harus mempertimbangkan kemaslahatan secara umum,” tandasnya.

Oleh: A Shiddiqur Rozaq

Tags: Gus DurTebuirengYenny Wahid
Previous Post

Pilar Tasawuf Menurut Imam Al-Ghozali

Next Post

Ketika Gus Dur Menilai Kitab Syamsul Ma’arif

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Ketika Gus Dur Menilai Kitab Syamsul Ma’arif

Ketika Gus Dur Menilai Kitab Syamsul Ma’arif

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng