Ketika Gus Dur menilai kitab Syamsul Ma’arif Kubro karya Syaikh Al-Buni sebagai sebuah kitab pengetahuan, ini tentu hal positif. Membuat kitab Syamsul Ma’arif bukan hanya dinilai sebagai kitab perdukunan di bumi.
Mayoritas masyarakat, khususnya pesantren hanya melihat kitab tersebut sebagai ilmu hikmah, ilmu ghaib, mistik, doa, azimat, wirid, hizib, wifiq, dan amalan.
Kitab ini juga jadi rujukan amalan mudah dalam perjodohan, keselamatan, pembuka rezeki, kekebalan, kekuatan, kanuragan, kesaktian, penglarisan, kerezekian, mahabbah (pelet), pengasihan, pengobatan, tolak santet atau sihir, pagar diri, jiwa dan rumah keluarga.
Hal tersebut disampaikan oleh putri ke-2 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yaitu Hj Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid saat peringatan 13 Tahun wafatnya Gus Dur di Tebuireng, Rabu (21/12/22).
“Kitab ini masyhur di kalangan pesantren sebagai kitab perdukunan, tidak dengan Gus Dur, ia berpandangan bahwa kitab Syamsul ma’arif kubro ini merupakan kitab pengetahuan,” jelasnya
Ia mengatakan bahwa Gus Dur merupakan sosok yang sangat mementingkan pengetahuan. Ia kagum dengan Syaikh Al-Buni, merupakan seorang ulama yang hidup pada abad ke-12.
Pada masa itu semua orang belum berfikir macam macam tentang bumi, tapi Syaikh Al-Buni sudah mengeluarkan statement Al-Qurah Al-Ardhiyah yang artinya bumi itu bulat.
Sejak sebelum manusia tercipta, Allah telah menyampaikan kepada malaikat bahwa makhluk yang akan diciptakan Allah itu akan ditugaskan-Nya menjadi khalifah di muka bumi. Sesuai kitab suci yaitu QS. Al-Baqarah: 30).
Fungsi penciptaan manusia yaitu memelihara keseimbangan yang mestinya mereka lakukan dengan mengindahkan tuntunan-tuntunan-Nya.
“Dunia baru seribu tahun kemudian mulai memperdebatkan apakah bumi itu bulat atau datar seperti yang dikatakan oleh Abdullah bin Baz bahwa bumi itu datar,” imbuhnya.
Syaikh Al-Buni, bagi Gus Dur cukup cerdas dan ilmunya meluas. Bahkan menguasasi ilmu geologi. Sebuah bidang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada.
Di bagian lain dari kitab syamsul ma’arif karya Syaikh Al-Buni mengatakan bahwa bumi itu memiliki garis yang dinamai khath al istiwa’ yang dalam hal ini diterjemah sebagai khatulistiwa,
“Tidak sampai di situ, Syaikh Al-Buni juga berbicara bahwa bumi memiliki kutub utara dan selatan,” tegas Yenny Wahid.
Oleh: A Siddiqur Rozaq