tebuireng.co– Mencipta maslahah sebagai nafas perjuangan di dalam perkembangan zaman yang erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Tolak ukur perkembangan sejak dulu terletak pada karya-karya para ahli yang mencipta kemudahan di setiap lini kehidupan. Santri dan pesantren sebagai bagian dari kehidupan masyarakat tidak dapat menghindar dari realita tersebut. Sehingga mau tidak mau, selain beradaptasi dengan perkembangan, santri dan pesantren hendaknya tidak alpa dalam mengisi ruang terkecil hingga terbesar dari hidup yang terus berputar.
Kehadiran generasi pesantren, seharusnya tidak hanya menjadi penikmat dari sebuah perkembangan. Sebisa mungkin ia juga harus mampu turut andil dalam mencipta perubahan yang baik bagi peradaban manusia. Tentunya, perubahan yang baik tadi ialah perubahan yang menghantarkan manusia kepada hidup yang penuh rahmah.
Hal tersebut selaras dengan visi besar Islam, yakni sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. Dengan penganut Islam yang berbudi luhur dan berkeilmuan, Islam rahmatan lil ‘alamin tentu tidak akan terlalu sulit untuk dicapai. Keduanya, bisa didapat di dunia pendidikan pesantren.
Sebagai tokoh panutan, Rasulullah Saw. adalah figur yang tidak hanya diakui oleh orang Islam saja. Bahkan, begitu banyak orang di luar Islam yang dibuat kagum oleh kebaikan hati dan kebesaran jiwanya.
Sedang mengenai sumber ilmu pengetahuan, al-Quran adalah pedoman agung yang tiada duanya. Mayarakat Arab Jahiliah kala itu dibuat termenung mendengar ayat al-Quran dilantunkan. Menurut Ibn ‘Asyur, nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua macam. Yakni, nilai universal bagi seluruh makhluk dan umat manusia, juga nilai parsial yang khusus untuk umat Islam saja.
Dalam dunia pesantren, nabi Muhammad Saw. dan al-Qur’an sebagai sumber ajaran kehidupan tidak henti-hentinya dikaji supaya bisa diambil darinya pelajaran untuk diinterpretasikan dalam kehidupan. Sehingga, sebuah keniscayaan apabila khalayak umum berharap para kader pesantren berakhlak baik dan mulia sekaligus memiliki ilmu yang luas dan mendalam agar bisa membawa peradaban manusia kepada peradaban yang baik dan maju sebagaimana telah dilakukan oleh para pendahulu.
Sebagian pendahulu dimaksud seperti KH. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdhatul Ulama’. KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Dan beberapa tokoh lainnya yang tidak alpa dalam membangun perubahan bagi bangsa Indonesia khususnya.
Di masa selanjutnya, ada pula nama-nama tokoh besar yang terlahir dari komunitas pesantren. Seperti KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang dikenal sebagai pejuang persatuan, persaudaraan dan kemanusiaan. Nurcholis Madjid dengan pemikiran pembaharuan Islamnya. KH. Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh dengan karya-karyanya mengenai fiqih sosial.
Hingga hari ini, Pesantren masih mampu memproduksi bibit unggul untuk bagi kehidupan. Para kader pesantren juga bermacam-macam kiprahnya dalam ikut membangun peradaban sesuai bakat dan keahlian yang dimiliki. Sebagai kiai, pejabat, pakar sains, seniman dan lain sebagainya, satu nafas perjuangan mereka ialah mencipta maslahah untuk bersama.
Dengan pencapaian-pencapaian besar tadi, tentunya pesantren sebagai instansi pendidikan yang dibangun dan terbangun oleh banyak pihak tidak boleh gampang terlena dan berpuas diri dengan apa yang telah dicapainya sejak awal. Evaluasi terhadap kinerjanya harus terus digalakkan untuk tetap bisa menghasilkan produk yang maslahah bagi umat.
Penguasaan teknologi dan diiringi ketakwaan bagi setiap individu santri di masa sekarang ini sudah mendekati kata wajib. Pasalnya, realita yang terjadi hari ini adalah ketika seseorang tidak memiliki kemampuan untuk mengoperasikan teknologi maka ia akan tergilas oleh waktu dan perputaran zaman. Sosoknya tidak mudah untuk terlihat, demikian pula dengan kiprahnya akan sulit untuk bisa dirasakan oleh banyak umat. Wallahu a’lam.
*Ahmad Fikri, jurnalis tebuireng.co