KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) menjelaskan terkait cara yang dilakukan Israel untuk mendapatkan dukungan dan membungkam kritik atas apa yang dilakukan terhadap Palestina.
“Ada banyak cara yang dilakukan Israel dalam membungkam kritik, diantaranya adalah menyebarkan mitos,” ungkapnya dalam acara diskusi yang bertajuk Peran Kita dalam Mendukung Palestina yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Al-Quran (PSQ), Sabtu, (1/6/24).
Menurut Gus Ulil, mitos tersebut sengaja dibuat dan disebar oleh Israel untuk meraup dukungan. Utamanya dari negara barat.
Narasi yang dibangun tidak sesuai fakta tersebut disebarkan pihak Israel untuk membungkam banyak kritik atas aksi brutal yang digencarkannya tehadap Palestina selama bertahun-tahun.
Salah satunya seperti pernyataan yang mengungkapkan bahwa Palestina merupakan tanah kosong sebelum adanya negara Israel. Menurut Gus Ulil, mitos yang digiring ini mulanya disebarluaskan oleh Israel di negara barat. Namun, karena kecanggihan teknologi, informasi tersebut juga turut diketahui oleh masyarakat di berbagai belahan dunia berkat adanya media sosial.
Ketua Lakpesdam PBNU ini menjelaskan, bahwa narasi yang diungkapkan oleh petinggi Israel ini seakan dengan tegas mengatakan bahwa Israel adalah negara yang benar-benar berdiri tanpa mengorbankan orang lain.
Hal ini sangatlah berseberangan dengan fakta yang sebenarnya terjadi ketika diteliti oleh para sejarawan bahwa Israel adalah negara yang berdiri dengan berdarah-darah karena harus menghancurkan banyak desa dan menyebabkan ratusan masyarakat etnis Arab (Palestina) yang mulanya menempati tanah tersebut harus terusir.
Data tersebut ditemukan oleh para sejarawan setelah membaca dokumen resmi negara Israel, termasuk dokumen terkait pendirian negara Israel pasca adanya deklasifikasi dan menemukan fakta bahwa pada dasarnya Israel tidak berdiri diatas tanah kosong.
Setelah mitos ini terungkap kebenarannya, Israel mulai membuat dan menyebarkan mitos lainnya. Seperti narasi yang mengungkapkan bahwa Palestina menolak perdamaian dan lebih memilih untuk berperang.
Menurut Gus Ulil, narasi yang dibangun tersebut sangat tidak fair. Sebab, pada mulanya perang tersebut dipicu atas keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memutuskan untuk membagi dua bagian tanah tersebut antara Israel dan Palestina. Keputusan yang tidak masuk akal ini kemudian membuat Palestina memilih untuk tetap berjuang mengambil kembali haknya.
Mitos tersebut kemudian berhasil memojokkan posisi Palestina dan mengiring masyarakat untuk tidak memberi dukungan terhadap Palestina karena dianggap tidak menyetujui perdamaian dan lebih memilih berperang.
Dengan maraknya aksi menyebarkan mitos oleh Israel sebagai salah satu cara untuk membungkam kritik ini membuat masyarakat di seluruh penjuru dunia harus lebih berhati-hati dalam memahami narasi yang tersebar luas, utamanya di media sosial.
Sebab, peristiwa genosida yang digencarkan Israel terhadap Palestina dengan menggiring berbagai mitos dan narasi bohong ini sudah banyak menelan korban jiwa.
Meluruskan mitos yang tidak sesuai fakta dengan melakukan kajian di berbagai literatur merupakan salah satu usaha dalam mendukung kemerdekaan Palestina yang telah bertahun-tahun direbut haknya.
Saat ini, mendukung Palestina bisa dilakukan dengan berbagai cara. Memboikot produk yang pro-Israel, hingga memberikan bantuan kemanusiaan atau dengan meluruskan narasi yang tidak sesuai fakta yang dibangun untuk keperntingan Israel dalam perang.
Masyarakat Palestina yang semakin menderita membutuhkan banyak uluran tangan manusia dengan berbagai perannya. Seperti yang disampaikan oleh Najeela Shihab dalam acara yang sama, bahwa apapun peran kita, dukungan terhadap Palestina bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Pewarta: Thowiroh
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca Juga: All Eyes on Rafah, Bukti Nyata Genosida Zionis Israel!

