• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Bahaya Kapitalisasi Panggilan ‘Gus’

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-08-06
in Seni & Budaya
0
Bahaya Kapitalisasi Panggilan 'Gus'

Gus Hans jelaskan bahaya kapitalisasi panggilan 'Gus'

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Bahaya kapitalisasi panggilan ‘Gus’ ini disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren asrama Queen Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang H  M Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans).

Ia mengatakan bahwa orang yang bukan keturunan kiai, tapi dipanggil ‘Gus’ adalah ‘Gus’ naturalisasi. Ini bahaya karena termasuk kapitalisasi panggilan ‘Gus’.

“Definisi ‘Gus’ itu simpel. ‘Gus’ adalah sebutan untuk putra seorang kiai. Sebutan ‘Gus’ untuk seseorang yang bukan putra kiai adalah ‘Gus’ jadi jadian, Gus naturalisasi, baik ciptaan media maupun panggilan seenaknya dari para pengikut atau pengagumnya,” jelasnya, Jumat (5/8/2022).

Menurutnya, mereka yang menyandang panggilan Gus tidak harus alim dalam bidang agama. Namun, sangatlah disayangkan jika panggilan Gus dikapitalisasi untuk menipu atau mencari keuntungan materi.

“Saat ini, siapa saja bisa mengaku Gus untuk mendapatkan privilege yang bisa dikapitalisasi,” jelasnya.

Baginya, sangat disayangkan juga ketika praktik pengobatan alternatif dibungkusi dengan atribut agama atau panggilan ‘Gus’ agar laris. Ada juga orang yang mendadak Gus saat menjelang pemilu agar orang lebih percaya. 

“Bisnis permainan kepercayaan ini memang lebih menggiurkan karena tidak perlu ada alokasi anggaran uji kompetensi, uji klinis dan penelitian. Penentuan tarifnya pun tidak ada HET (harga eceran tertinggi) layaknya obat pabrikan,” tegasnya. 

Dikatakan Gus Hans, praktik pengobatan alternatif atau biasanya disebut perdukunan akan semakin laris ketika ada label panggilan ‘Gus’ di depannya. Status sosialnya akan naik dan banyak yang datang minta obat. Harga biasanya seikhlasnya, tapi tanpa penentuan batas harga tertinggi. 

“Penghasilan tinggi ini yang dibutuhkan hanyalah kemampuan komunikasi dan teaterikal dalam meyakinkan pasien. Kemampuan yang tidak kalah penting  untuk dimiliki adalah tatag melawan hati nurani,” imbuh Wakil Rektor UNIPDU Jombang ini.

Seharusnya, kata Gus Hans, jika sebutan ‘Gus’ diberikan kepada seseorang karena dia putra kiai, lalu apa yang bisa dibanggakan? Justru yang ada adalah beban moral menjaga nama besar orang tuanya. Inilah bahaya kapitalisasi panggilan “Gus’.

“Ada beban mental ketika kemampuannya terkadang tidak dapat menjawab ekspektasi masyarakat,” ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren putri Tebuireng KH  Fahmi Amrullah Hadzik mengatakan bahwa gelar ‘Gus’ tidak sembarangan boleh dipakai seseorang. 

Menurutnya, menyandang gelar ‘Gus’, lora, ajengan dan lain sebagainya merupakan penanda bahwa dia putra ulama/kiai, tentu tidak sembarangan. Harus diiringi sifat, akhlak dan adab yang baik.  

“Sekarang banyak yang latar belakangnya tidak jelas, tapi punya kemampuan sedikit sudah dipanggil ‘Gus’. Repotnya lagi, banyak yang memanipulasi gelar Gus untuk keburukan. Tentu ini berbahaya bagi ‘Gus’ yang baik-baik dan betul-betul putra kiai,” tutup cucu Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari ini.

Menurut kalian apa bahaya kapitalisasi panggilan ‘Gus’?

Tags: Bahaya Kapitalisasi Panggilan 'Gus'Gus DurSantri
Previous Post

Suhaib ar-Rumi Meninggalkan Seluruh Hartanya Demi Hijrah

Next Post

Keutamaan serta Macam-Macam Pahala Sedekah

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Keutamaan serta Macam-Macam Pahala Sedekah

Keutamaan serta Macam-Macam Pahala Sedekah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng