Bahasa Arab dapat Mencegah Terorisme – Beberapa hari lalu kita dikejutkan dengan munculnya berita yang menyebutkan bahwa salah satu indikasi atau ciri teroris adalah mereka menggunakan bahasa Arab, sontak berita ini mengagetkan banyak pihak, utamanya umat Islam karena selama ini mereka yang bergelut dengan bahasa Arab, baik ketika beribadah, membaca kitab sucinya, belajar ilmu-ilmu agamanya, bahasa kesehariannya, dan kegiatan-kegiatan yang lainnya yang menggunakan bahasa Arab. Sayangnya dalam penyampaian pada berita itu tidak dijelaskan, apakah yang dimaksud menggunakan bahasa Arab itu adalah dalam percakapan sehari-hari ketika berkomunikasi full dengan bahasa Arab, buku-buku yang dipelajari ditulis dengan bahasa Arab semuanya, ketika berkomunikasi hanya menggunakan penggalan kata seperti ana dan antum seperti dalam bahasa Inggiris i dan you, atau apa? Ini perlu dijelaskan agar berita ini tidak terus berkembang dan ditafsirkan macam-macam.
Sebenarnya kita tidak terkejut bila selama ini yang diberitakan tertangkap sebagai terduga teroris di negeri ini adalah beragama Islam karena memang mayoritas penduduk negeri ini beragama Islam, sebagaimana kita juga tidak terkejut bila di negera-negara barat atau negara negara yang mayoritas penduduknya beragama non-Islam yang tertangkap sebagai teroris juga bukan beragama Islam.
Bila kita merujuk kepada beberapa penelitian, artikel, tulisan dan banyaknya berita yang mengatakan bahwa teroris itu erat kaitannya dengan radikal dan fanatik, artinya seseorang menjadi teroris (terorisme) karena ia sebelumnya bersifat radikal (radikalisme) dan sebelumnya berfaham fanatik (fanatisme), maka penelitian tentang penyebab seseorang menjadi teroris harus diperdalam, bila ia beragama Islam, dicari tahu apa sebab ia memiliki paham seperti itu, apakah betul karena ia belajar dari sumber hukum Islam seperti Al Qur’an, Hadits, atau kitab para ulama’, ataukah mereka berpaham seperti itu karena mendengar ceramah dari panutannya yang menjelaskan potongan-potongan ayat Al Qur’an, potongan-potongan hadits, potongan-potongan qoul ulama’ saja, atau membaca salah satu terjemahan potongan ayat, hadits, atau terjemahan kitab yang aslinya ditulis dengan bahasa Arab, bukan langsung membaca secara keseluruhan sumber-sumber aslinya yang ditulis dengan bahasa Arab.
Baca Juga: Makna dan Arti Kata dalam Bahasa Arab
Bila memang begitu, mereka tidak belajar kitab-kitab berbahasa Arab yang menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an (tafsir), hadits-hadits nabi, dan kitab-kitab hukum Islam secara komplit seperti di madrasah-madrasah atau pesantren-pesantren yang berbasis Nahdlatul Ulama atau lainnya yang biasanya mengkaji kitab-kitab berbahasa Arab mulai halaman pertama sampai halam terakhir, mengkaji kitab-kitab yang berbeda untuk menemukan maksud dari suatu ayat, hadits, dan hukum Islam sehingga bisa dipahami dari berbagai perspektif ulama’-ulama’ mu’tabar, baik dalam bidang tafsir, hadits, atau fiqih, bahkan saat bulan tertentu seperti bulan Ramadhan, para siswa atau santri bisa menghatamkan sekitar 10-an kitab atau lebih yang secara istiqomah dibaca dan dijelaskan mulai halaman pertama sampai halaman terakhir sehingga pemahaman mereka tentang isi kitab yang dipelajari itu bisa didapat secara utuh, tidak sepotong-sepotong.
Bila itu penyebabnya, sehingga mereka memiliki paham terorisme dan radikalisme, maka itu terjadi karena mereka tidak menguasai bahasa Arab yang cukup sehingga tidak bisa memahami ajaran dan ilmu agamanya yang bersumber dari kitab aslinya yang ditulis dengan menggunakan bahasa Arab dan mereka memilih mendengarkan penjelasan yang sepotong-sepotong dari panutannya, memilih membaca buku-buku terjemahannya, jadi ciri teroris itu bukan karena menggunakan bahasa Arab (bisa bahasa Arab), tetapi justru karena mereka tidak bisa bahasa Arab.
Untuk itulah, sebagai sebuah tawaran solusi; Bahasa Arab harus dijadikan mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di semua jenjang pendidikan seperti SD, SMP, SMA, SMK, Perguruan Tinggi, dan lain-lain dengan durasi waktu yang cukup dan didesain dengan kurikulum yang baik sehingga target capaiannya jelas yaitu para siswa atau mahasiswa bisa memahami kitab-kitab yang ditulis dengan bahasa Arab dan menjadi sumber ajaran agama Islam, sehingga dengan begitu setiap orang Islam akan bisa memahami ajaran agamanya secara kafah atau secara komprehensif dari sumber aslinya saat mereka mendengar atau membaca penjelasan yang sepotong-sepotong seperti di atas, dan akan memiliki wawasan yang luas karena untuk memahami satu obyek kajian mereka akan membaca banyak kitab, dengan begitu mereka akan menjadi orang-orang moderat sebab bisa menghargai perbedaan pandangan keilmuan dari berbagai kitab mu’tabar yang mereka baca.
Bila itu semua bisa direalisasikan dengan baik, maka bahasa Arab akan menjadi sarana untuk mencegah tumbuhnya paham terorisme dan radikalisme karena bahasa Arab memiliki peran penting untuk membuka wawasan keilmuan seseorang dari berbagai perspektif kitab-kitab yang tulis para sabahat nabi, para tabi’in, para tabi’at, dan para ulama’ salaf dan kholaf, jadi bahasa Arab bukan malah dituduh sebagai ciri seorang tetoris, tetapi justru bahasa Arab bisa mencegah terorisme.
Allahu a’lam bissowab.
*Oleh: Dr. Fathur Rohman (Dosen Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng)

