Apa itu Istiqomah? – Al Ta’rifat karya Imam al Jurjani sebagai salah satu ensiklopedi yang sangat membantu kita dalam mencari definisi istilah-istilah mengartikan istiqomah dengan banyak definisi. Diantara definisi yang beliau tulis dalam menggambarkan istiqomah adalah:
مرور العبد في طريق العبودية بإرشاد الشرع والعقل
“Perjalanan seorang hamba dalam menapaki jalan penghambaan dengan berpegang pada syara’ dan akal.”
Disamping mendefinisikan istiqomah seperti di atas, al Imam al Jurjani juga menggambarkannya dengan al Mudawamah yang dalam bahasa keseharian, kita memahaminya sebagai tindakan yang ajeg; selalu dilakukan, tidak ditinggalkan.
Baca Juga : Amalan Pelunas Utang
Dalam mengawal istiqomah ini tentulah tidak mudah, oleh karena itu sejak kami di MASS [Madrasah Salafiyah Syafi’iyyah] tingkat Tsanawiyah dan Aliyah di Tebuireng kami diajari do’a yang selalu kita baca sebelum mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar. Dan diantara isi do’a tersebut adalah meminta istiqomah sepanjang hayat. Berikut penggalan do’anya:
….وطول حياة في كمال استقامة
“(Kami meminta kepada Panjenengan, Wahai Tuhan Kami) kesempurnaan istiqomah sepanjang hidup kami….”
Kami masih sangat ingat saat Guru Kami, Allah Yarham Dr. KH. Johari saat menjelaskan sedikit dari pentingnya meminta istiqomah. Beliau menyatakan lebih urgen meminta istiqomah daripada karomah, karena istiqomah lah yang akan melahirkan karomah-karomah. Bukan dibalik.
Hal tersebut penting diingat dan disampaikan mengingat di usia-usia MTs dan MA, banyak santri-santri yang terobsesi untuk menjadi pendekar yang sakti mandraguna dibanjiri karomah-karomah. Dan tidak sedikit yang meyakini bahwa karomah lah sebagai puncak dari pencarian selama mondok. Perlahan pemahaman ini diluruskan, diantaranya dengan mengajari kami-kami para santri untuk berdo’a untuk meminta istiqomah, bukan karomah.
Ketika kita melacak amalan-amalan terbaik yang pernah ditanyakan oleh para sahabat kepada Hadhrotur Rosul, maka akan kita dapati salah satu hadits Hadhrotur Rosul yang menyatakan bahwa amalan yang paling lama dan terus menerus kita lakukanlah amalan yang terbaik, bahkan Hadhrotur Rosul menegaskan dengan pernyataan beliau: walau sedikit. Berikut hadits Hadhrotur Rosul tersebut:
عن أم المؤمنين عائشة رضي الله عنها، قالت: سُئل النبيُّ صلى الله عليه وآله وسلم: أيُّ الأعمال أحبُّ إلى الله؟ قال: أَدْوَمُها وإنْ قلّ.
Dalam hadits di atas, setidaknya bisa kita bedakan antara amal dan sifat pengamalannya. Terus-menerus adalah sifat pengamalan, sedangkan amalnya bisa berupa sholat, puasa, dzikir dan lain-lain. Sehingga bisa difahami bahwa sholat, puasa, dzikir atau amalan lain yang dilakukan secara terus-meneruslah yang dinyatakan sebagai amalan terbaik. Sekali lagi, ini dilihat dari jenis pengamalan bukan jenis amalnya. Bila melihat berdasarkan amal, yang wajib tentulah lebih utama dibanding yang sunnah.
Alangkah ni’matnya manakala yang wajib bisa kita istiqomahkan, syukur-syukur yang sunnah perlahan bisa diistiqomahkan. Mengingat analogi yang disampaikan Hujjah al Islam al Imam al Ghozali, amalan yang wajib diumpamakan modal dan yang sunnah sebagai laba. Tentulah modal dicari dahulu, setelah modal kembali barulah labanya didapat.
Alhamdulillah, hingga kini, do’a tersebut masih kami baca setiap akan memulai Kegiatan Belajar Mengajar di MASS Tebuireng. Semoga Istiqomah.
Achmad Roziqi,
Santri Tebuireng