• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Tingkatan Waliyullah Menurut Ibnu Arabi

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2023-02-16
in Pengajian
0
Tingkatan waliyullah

Tingkatan waliyullah cukup beragam (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Tingkatan waliyullah menurut Syekh Akbar Sayyid Muhyiddin Ibnul Arabi itu beraneka ragam, sesuai perkembangan spiritual masing-masing, antara lain yaitu:

  1. Wali Al-Aqthob (الأقطاب), berasal dari kata tunggal Quthub (قطب), yang bermakna pasak. Tingkatan wali yang pertama ini adalah tingkatan wali tertinggi. Jumlahnya hanya satu orang untuk setiap generasi.
  2. Wali Al-Aimmah (الأئمة), berasal dari kata tunggal Al-Imam (الإمام). Jumlahnya hanya dua orang disetiap generasi. Diantra kekaromahannya adalah pandangan hidupnya hanya tertuju pada alam malakut (berpenghuni malaikat, jin, dan iblis), terkadang juga hanya tertuju pada alam malaikat saja.
  3. Wali Al-Autad (الأوتاد), yang berasal dari kata tunggal وتد. Jumlahnya ada empat orang disetiap generasi dan tinggal di empat penjuru bumi, yaitu bumi bagian utara, selatan, barat, dan timur. Mereka bagaikan penjaga di setiap pelosok bumi.
  4. Wali Al- Abdal (الأبدل), yang berasal dari kata tunggal badal (بدل), yang artinya pengganti. Jumlahnya ada tujuh orang dalam satu generasi, tidak bertambah dan tidak berkurang. Apabila ada yang meninggal, maka Allah akan segeera mengangkat wali lain sebagai penggantinya. Ulama’ mengatakan bahwa bumi ini memiliki tujuh daerah, dan setiap daerah terdapat satu wali abdal.
  5. Wali Nuqoba’ (نقباء), berasal dari kata Naqiibun (نقيب), yang artinya pemimpin. Jumlahnya ada dua belas orang di setiap generasi. Diantara kekeramatannya adalah mereka sanagat menguasai tentang syari’at islam (hukum-hukum keagamaan). Selain itu mereka juga dapat mengetahui tentang rahasia yang tersembunyi di hati seseorang (mukasyafah). Merka mampu memebak karakter seseorang hanya dengan melihat bekas jejak kakinya.
  6. Wali Nujaba’ (نجباء), berasal dari kata tunggal (نجيب), yang artinya orang yang mulya. Jumlahnya delapan orang di setiap generasi. Pada umumnya, para wali ini banyak didatangi orang dan kemanapun mereka pergi disambut orang banyak. Mereka tidak merasakan bahwa dirinya wali. Akan tetapi wali yang tingkatnya lebih tinggi yang mengetahuinya.
  7. Wali Hawariyyun (حواريون), berasal dari kata tunggal Hawari (حواري), yang artinya penolong. Jumlahnya hanya ada satu orang di setiap generasi. Wali ini mempunyai sikap pemberani dalam membela agama Allah. Apabila ia meninggal, maka Allah akan menggantinya dengan yang lain. Pada zaman nabi hanya ada satu sahabat yang mencapai tingkatan wali Hawari, yaitu Zubair bin Awwam, sebagaimana sabda Nabi S.A.W.

لكل نبي حواريٌ وحواريْ زبير بن العوام

Artinya: Setiap nabi mempunyai wali hawari. Sedangkan hawariku adalah Zubair bin Awwam.

8. Wali Rojabiyun (رجبيون), berasal dari kata tunggal Rojabun (رجب), yang bermakna bulan Rajab. Jumlahnya empat puluh orang dalam setiap generasi, tidak bertambah dan tidak berkurang.

Jika ada yang meninggal, maka Allah akan menggantikan dengan yang lain. Mereka berada di setiap daerah, ada yang saling mengenal dan juga ada yang tidak saling mengenal.

Wali ini Allah angkat secara khusus mulai dari tanggal satu sampai akhir Bulan Rojab. Namun, ketika Bulan Rajab berakhir,mreka kembali normal seperti semula.

9. Wali Al-Khotamiyyun (الختميون), berasal dari kata tunggal Al-Khotamu (الختم), yang artinya penghabisan. Jumlahnya hanya ada satu orang di setiap generasi.

10. Wali Rijalul Ghoib (رجال الغيب), yang bermakna manusia misterius. Jumlahnya ada sepuluh dalam satu generasi. Ciri-ciri mereka adalah orangnya sangat khusyu’ dan tawadhu’.

Apabila berbicara dengan sangat pelan, karena mereka sangat merasa dan meyakini bahwa Allah senantiasa mengawasi mereka. Diantara wali ini adalah Syekh Abu Madyan, yang berkata kepada para muridnya.

Itulah sebagian dari tingkatan waliyullah dan masih banyak lagi tingkatan yang masih belum disebutkan di atas. Semoga senantiasa mendapat barokah beliau dan berkumpul Bersama beliau semua.

Oleh: Yusi Nurlaila Habibah

Tags: Gus DurKH. M. Hasyim Asy’aritingkatan waliyullah
Previous Post

Karomah Kiai Hasan Genggong

Next Post

Tujuan Hidup Menurut Ning Umi Laila

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Tujuan Hidup Menurut Ning Umi Laila

Tujuan Hidup Menurut Ning Umi Laila

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng