• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Cara Mudah Membagun Self Love menurut Fahruddin Faiz

Thowiroh by Thowiroh
2024-08-27
in Gaya Hidup, Tokoh
0
Cara mudah membangun self love menurut Fahruddin Faiz. (Ist)

Cara mudah membangun self love menurut Fahruddin Faiz. (Ist

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Self love atau cinta diri adalah salah satu dasar yang perlu dibangun oleh setiap pribadi manusia. Menurut Fahruddin Faiz, setidaknya terdapat 5 cara mudah untuk membagun self love dalam diri.

Self love berbeda dengan egois yang hanya memprioritaskan kepentingan pribadi tanpa memberi dampak lebih luas terhadap orang lain. Dalam self love terdapat indikasi untuk melahirkan kepekaan dan empati terhadap orang lain.

Oleh sebab itu, self love menjadi penting untuk dibangun dalam diri. Fahruddin Faiz menjelaskan, cinta diri adalah usaha untuk membentuk pribadi menjadi lebih baik terlebih dahulu untuk kemudian diabadikan kebaikannya terhadap orang lain.

Lima cara mudah dalam membangun self love, yang pertama adalah memafkan dan memaklumi masa lalu. Hal ini menjadi langkah awal untuk menghilangkan kebecian yang telah lama terpenjara dalam diri.

Kebencian tersebut bisa terbentuk dari berbagai faktor, rasa kecewa dan tidak puas terhadap diri sendiri adalah salah satunya. Namun, dengan belajar memaafkan diri, bisa menjadi lembar awal membentuk kecintaan seseorang terhadap diri.

Yang kedua, menjadi baik untuk diri sendiri. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa menjadi baik untuk diri sendiri bukan berarti sombong atau egois. Namun, upaya menjadi baik untuk diri sendiri nantinya bisa menjadi jalan untuk berbagi kebaikan untuk orang lain.

Fahruddin Faiz mengutip salah satu quotes yang menurutnya cocok untuk cara yang kedua ini. Sebuah quotes yang berbunyi “If there is no love for yourself, you are like an empty teapot. If it is empty, you have no tea to fill all the cups on the table“

(Kalau tidak punya cinta untuk dirimu, engkau seperti teko teh yang kosong. Kalau teko itu kosong, tidak ada isinya, maka tidak ada yang bisa dituangkan ke semua gelas dan cangkir yang ada di meja).

Cara ketiga adalah pintar mengambil kendali dalam hidup. Hal ini bisa dibentuk dengan upaya mencari posisi terbaik dalam merespon setiap keadaan. Fahruddin Faiz mengimbau untuk menghindari mentalitas korban dalam merespon keadaan atau yang biasa disebut playing victim.

Alih-alih ingin mencintai diri, memposisikan diri dengan menjadi playing victim hanyalah upaya melarikan diri dari situasi. Hal tersebut menjadikan diri sendiri tidak mau mengakui dan memperbaiki kekurangan atau kesalahan yang dilakukan dan bisa memperlambat diri untuk membangun self love.

Cara keempat adalah bertindak sesuai kebutuhan bukan keinginan. Sebab jika tindakan selalu didasarkan pada keinginan, maka sesungguhnya keinginan manusia tidak pernah habis. Hal tersebut menyebabkan seseorang menjadi tidak pernah puas terhadap apa yang sudah dimiliki karena selalu merasa semua keinginannya belum terpenuhi.

Berbeda dengan praktik manusia yang bertindak sesuai kebutuhan, maka ia akan selalu merasa bersyukur ketika apa yang dilakukan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini bisa mempermudah seseorang untuk membangun self love.

Cara terakhir adalah istiqamah. Yakni berkomitmen untuk mencintai dan memperbaiki diri secara terus menerus mengulanginya sehingga cinta kepada diri menjadi lebih mudah tumbuh.

Proses pengulangan yang terus menerus untuk memperbaiki, menyayangi dan cinta diri akan menjadi karakter dan pada akhirnya akan terbentuk prilaku cinta diri yang sebenarnya.

Meski tidak mudah, berusaha untuk mencoba adalah lebih baik daripada tidak sama sekali. Sebab, mencintai diri adalah langkah awal untuk mencintai orang lain dengan sebenarnya.

Baca juga: Fahruddin Faiz Jelaskan 6 Konsep dalam Slow Living

Previous Post

Melihat Kesalehan Ekologis sebagai Warisan Masa Depan

Next Post

Mahad Al Jamiah Luncurkan Buku Kedua Karya Mahasantri

Thowiroh

Thowiroh

Menulis untuk keabadian. Alumni Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Next Post
Mahad Al Jamiah Luncurkan Buku Kedua Karya Mahasantri

Mahad Al Jamiah Luncurkan Buku Kedua Karya Mahasantri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng