Di tengah derasnya arus modernisme dan rasionalisme, kepercayaan terhadap hal ghaib kian menipis, sebagian orang justru menganggapnya mitos atau takhayul. Pemahaman tersebut menjadi berbahaya jika bersinggungan langsung dengan agama, terlebih pada hal-hal yang sudah dijelaskan langsung dalam dalil nash, misalnya santet.
Anggapan bahwa santet tidak lebih dari sugesti atau ilusi sosial, membuatnya hanya masuk pada gangguan psikosomatis atau gangguan fisik (medis) yang disebabkan oleh faktor psikologi. Skeptisisme tersebut membuat kaum muslim awwam bertanya-tanya, “Bukankah Rasulullah Saw pernah terkena santet? Apakah ketika itu Rasul terkena gangguan psikologi?”
Baca juga: Sihir Bisa Menyerang Nabi? Ini Penjelasan
Dalam terminologi Islam, santet termasuk bagian dari sihir (السحر ). Al-Qur’an bahkan secara eksplisit menyebutkan bahwa sihir merupakan sesuatu yang nyata adanya dan terbukti dalam sejarah para Nabi (QS. Al-Baqarah [2]: 102), termasuk Rasulullah Saw sendiri yang pernah terkena santet.
Hal tersebut termuat dalam kitab Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul karya Jalaluddin as-Suyuthi pada bab asbabun nuzul surah al-Mu’awidzatain. Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthy dalam kitabnya Fiqhus Siratin Nabawiyyah menjelaskan bahwa sihir itu benar adanya serta tidak bertentangan dengan ketauhidan dan keyakinan akan satu-satunya kuasa hanya Allah Swt.
Semua yang tak kasat mata bukan berarti tidak nyata. Ada banyak sekali ilmu dari dimensi lain yang belum dapat dijelaskan oleh ilmu empiris modern, termasuk ilmu sihir. Dalam ilmu realitas metafisik, fenomena sihir justru dapat dielaborasi dengan konsep Quantum Entanglement.
Melalui pendekatan fisika kuantum, dua entitas di alam semesta dapat tetap “terhubung” satu sama lain walaupun terpisah dengan jarak ribuan kilometer. Albert Einstein menyebut fenomena ini dengan “spooky action at a distance” (aksi aneh dari kejauhan).
Pada tahun 2017, detik.com memuat kisah tentang dua anak kembar identik berusia 10 tahun (Audrey dan Gracia) yang terpisah sejak lahir di Cina. Entah bagaimana keduanya ketika dewasa saling mencari satu sama lain, padahal mereka diadopsi sejak lahir oleh dua keluarga Amerika yang berbeda.
Baca juga: Rasulullah Disihir hingga Turun Surat Mu’awidzatain
Sikap dua anak yang saling mencari tersebut merupakan gambaran bagaimana konsep Quantum Entanglement itu bekerja, memiliki dua sifat atau respon yang sama walaupun dipisahkan.
Apa yang terjadi pada satu partikel secara instan dapat memengaruhi partikel yang lain, walaupun tanpa adanya komunikasi fisik. Fenomena ini menunjukkan bahwa jarak fisik bukankah batas mutlak dalam interaksi antar entitas, sebuah konsep dengan cara kerja yang sejalan dengan sihir atau santet dalam Islam.
Hal tersebut bukan berarti sihir merupakan bagian dari mekanika kuantum, tetapi konsep tersebut memberikan kerangka logis dan kemungkinan ilmiah bahwa di alam semesta yang luas ini, terdapat medan energi dan eksistensi realitas metafisik yang belum sepenuhnya dipahami oleh sains modern.
Namun yang pasti, keberadaan sihir dan santet bukanlah alasan untuk hidup dalam kecemasan atau ketakutan berlebihan. Islam mengajarkan bahwa segala yang terjadi di dunia pasti tidak luput dari kekuasaan dan pengawasan Allah Swt. Tak satupun kebaikan ataupun keburukan akan menimpa seorang hamba, kecuali atas izin-Nya.
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal. (QS. At-Taubah [9]: 51)
Tugas kita hanyalah berikhtiar, bertawakkal, dan menjaga diri dengan dengan berdzikir sera berdoa. Wallahu a’lam.
Penulis: Heri Prasetyo
Editor: Zainuddin Sugendal