tebuireng. co – Pesantren Al-Inayah dampingi Suku Anak Dalam (SAD) masuk Islam dari syahadat hingga kebutuhan ekonomi. Hal ini terlihat dalam peringatan Isra Mi’raj di Desa Sungai Abang, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Tebo, Jambi puluhan SAD mengucapkan dua kalimat syahadat.
Prosesi ini dibimbing oleh Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, Ustadz Imaduddin dan Ustadz Muhajirin dari Pesantren Al-Inayah Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi.

Suasana haru terjadi saat lelaki, perempuan, dan anak-anak secara kompak mengucapkan kalimat syahadat di depan panggung pengajian Isra Mi’raj. Pemandangan semakin menguras emosi saat melihat lelaki dari SAD menjalani prosesi khitan massal.
“Alhamdulillah, baru masuk Islam 40 orang dari Suku Anak Dalam (SAD) binaan Pesantren Al-Inayah. Khusus untuk yang lelaki langsung dikhitan massal, terutama yang dewasa,” jelas Ustadz Imanuddin, Senin (7/3/2022).
Ia menambahkan, Pesantren Al-Inayah akan mendampingi proses belajar agama Islam dari SAD. Seperti mengucapkap syahadat, ta’awudz, basmalah, Al-Fatihah dan lain sebagainya.
[bctt tweet=”Suku kubu masuk Islam ” username=””]
Suku Kubu atau juga dikenal dengan Suku Anak Dalam merupakan penyebutan untuk masyarakat yang tinggal di kawasan hutan dataran rendah di Sumatera Tengah khususnya Jambi.
Baca Juga: Multikulturalisme Gus Dur
Penyebutan ini menggenarilasasi dua kelompok masyarakat yaitu Orang Rimba dan Suku Batin Sembilan. Kubu berasal dari kata ngubu atau ngubun dari bahasa Melayu yang berarti bersembunyi di dalam hutan.
“Kita mohon doa dan dukungannya dari masyarakat Muslim Indonesia. Semoga saudara seiman kita ini bisa istiqomah dalam iman dan Islamnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Inayah Hj Sumiyati Khilyatun Hasanah menjelaskan saat ini pihaknya juga mendukung SAD dari segi ekonomi. Dikarenakan pria dari SAD belum bisa bekerja setelah dikhitan.
Oleh karenanya, alumni Pesantren Pancasila Salatiga ini mempersilakan kaum umat Islam yang ingin ikut membantu ekonomi dari suku anak dalam ini bisa mengumpulkan bantuannya di Pesantren Al-Inayah.
“Saat ini membutuhkan sembako untuk makan sebulan karena suami-suami mereka dikhitan. Sehingga belum bisa bekerja,” ujarnya.
Selain itu, SAD yang baru masuk Islam ini juga memerlukan pakaian, jilbab, perlengkapan ibadah, perlengkapan ibadah dan lain sebagainya. Mereka tertarik dengan Islam karena agama ini mengajarkan perilaku baik, saling menolong dan persaudaraan.
SAD saat ini masih bermukim di kebun-kebun dengan rumah terpal ala kadarnya. Hanya saja SAD yang masuk Islam ini sudah mulai bertempat tinggal dengan cara menetap. Umumnya SAD hidup dengan cara berpindah dari satu hutan ke hutan yang baru.
“Mereka adalah saudara seiman kita yang harus sama-sama kita kuatkan hatinya, agar lebih kuat imannya. Pesantren Al-Inayah dampingi SAD secara aktif,” tandasnya.

