Peristiwa demonstrasi yang terjadi di berbagai daerah memancing atensi publik. Sebagian besar mereka mendukung aksi tersebut, namun dengan catatan tidak sampai melakukan tindak kriminal. Demikian pula sebagaimana pandangan KH Fahmi Amrullah Hadziq atau Gus Fahmi, ketua umum Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Jombang yang sekaligus cicit pendiri NU, KH Muhammad Hasyim Asy’ari. Himbauan tersebut disampaikan oleh Gus Fahmi dalam video yang diunggah di kanal Youtube PCNU Jombang pada Minggu, (31/08/2025).
Gus Fahmi menilai, bahwa demonstrasi merupakan bagian dari hak rakyat di negara demokrasi. Oleh karena itu, selayaknya aparat keamanan mengkawal dengan baik seluruh rakyat yang sedang menikmati haknya. Aparat keamanan juga bertanggung jawab penuh untuk memastikan terciptanya keamanan. “Kepada aparat keamanan, TNI dan Polri agar mengkawal dan mengamankan aksi rakyat yang menyalurkan aspirasi,” ungkapnya.
Selaras dengan branding instansi TNI-Polri yang selama ini digaungkan, Gus Fahmi juga berpandangan, bahwa sejatinya TNI-Polri adalah sahabat rakyat. Olah karenanya, sebagai sahabat, sudah semestinya saling menjaga. Bukan malah saling serang satu sama lain. “TNI dan Polri adalah sahabat rakyat, bukan musuh rakyat,” tambahnya.
Kendati demikian, Gus Fahmi tidak menafikan bahwa aparat keamanan perlu menindak tegas oknum yang memprovokasi massa demonstrasi. Hal tersebut memang layak dilakukan untuk memastikan berjalannya demonstrasi dengan baik, serta aspirasi dapat disalurkan dengan baik pula. “Tindakan tegas hanya bisa dilakukan kepada mereka yang melakukan tindakan kriminal,” tegasnya.
Dalam dua hari terakhir, penjarahan, pengrusakan, dan pembakaran marak terjadi di berbagai daerah. Di Jakarta, rumah pribadi sebagian pejabat telah dirusak dan barang-barangnya dijarah oleh oknum masyarakat. Yang pertama kali dijarah adalah rumah Ahmad Sahroni, kemudian dilanjutkan ke rumah Uya Kuya, hingga Eko Patrio. Ketiganya merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang menjadi sorotan publik sebab pernyataan dan sikapnya yang dinilai tidak memiliki empati kepada masyarakat.
Ahmad Sahroni misalnya, dalam salah satu wawancara dengan media dirinya menyebutkan bahwa masyarakat yang melaksanakan aksi demonstrasi mendesak pembubaran DPR adalah orang paling “tolol”sedunia. Ia juga terekam menyematkan kalimat “brengsek”kepada anak-anak usia sekolah yang ikut-ikutan demonstrasi.
Sedangkan Uya Kuya dan Eko Patrio menjadi sorotan publik lantara tampak berjoget ria di gedung DPR setelah mendapatkan kabar kenaikan gaji dan tunjangan rumah dengan angka yang besar bagi anggota DPR.
Selain rumah anggota dewan di atas, rumah Menteri Keuangan dalam Kabinet Merah Putih, Sri Mulyani juga tidak luput dari sasaran penjarahan. Rumah yang terletak di Jalan Mandar, Bintaro Sektor 3A, Tangerang Selatan, Banten, itu dijarah pada Minggu dini hari, 31 Agustus 2025.
Menyikapi hal ini, Gus Fahmi menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap tenang dan turut serta menjaga kondusifitas. Ia juga menghimbau supaya seluruh masyarakat, utamanya masyarakat NU untuk melantunkan do’a kedamaian bagi Indonesia. “Lakukan do’a-do’a dan istighosah di tempat masing-masing, memohon pertolongan kepada Allah agar krisis segera bisa dilewati dan dilalui dengan baik,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Fikri
Editor: Thowiroh
Baca juga: Kekosongan PCNU Jombang Disayangkan Generasi Muda

