• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Pengaruh Digitalisasi Terhadap Birrul Walidain

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-03-17
in Keislaman, News, Pesantren
0
Nikah Massal

peserta nikah massal minta doa ke Kiai Djamal (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Pengaruh digitalisasi terhadap Birrul Walidain yang kita bahas ini adalah hasil perenungan mendalam penulis selama ini.

Seperti yang kita ketahui pada saat ini teknologi dan digitalisasi sudah berkembang dengan sangat pesat, hampir semua kalangan usia memiliki handphone yang terkoneksi internet.

Telepon pintar ini dapat menghubungkan informasi atau akses dunia digital di seluruh penjuru dunia dalam hitungan detik.

Hal tersebut tentunya memudahkan banyak hal, tapi di sisi lain penggunaan teknologi juga  memiliki dampak positif dan negatif tersendiri tergantung kebijakan pemakainya.

Akses teknologi yang berkembang begitu pesat sangat berpengaruh dalam segala hal, baik perekonomian, keagamaan, pendidikan, muamalah dan masih banyak lagi.

Pelaku penggunaan teknologi saat ini didominasi oleh generasi milenial, generasi Z dan generasi alpha.

Dalam aktivitas sehari-hari tidak dapat dipungkiri pasti kita menggunakan akses teknologi, terlebih pada saat situasi pandemi yang mengharuskan  untuk mengurangi kontak fisik secara langsung.

Karena pada dasarnya manusia merupakan mahluk sosial yang pasti memerlukan komunikasi dalam aktivitas sehari-hari.

Jadi dalam keadaan pandemi, penggunaan akses komunikasi digital seperti sosial media pasti lebih meningkat.

Lalu bagaimana hubungannya digitalisasi terhadap “birrul walidain”?

Birrul walidain sendiri maknanya adalah etika dalam islam yang menunjukkan kepada tindakan berbakti kepada orang tua.

Berbakti kepada orang tua dapat berupa berkata sopan, bersikap tawadu’, tidak berdebat ataupun meninggikan suara ketika berbicara kepada mereka, menjaga kehormatan mereka, meringankan pekerjaanya dan membantu urusan-urusannya.

Seseorang yang masih memiliki orang tua pasti memilki tanggung jawab untuk berbakti kepada orang tua yakni ibu yang telah melahirkan dan merawat dengan penuh kasih sayang, begitu juga dengan ayah yang membesarkan.

Berbakti kepada orang tua juga merupakan suatu kewajiban. Bahkan dijelaskan dalam Q.S Luqman ayat 14 yang artinya :

“Dan kami memerintah kepada manusia untuk berbakti pada orang tua, ibu yang telah mengandung dalam keadaan lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kalian kepadaKu dan kepada orang tua. Karena hanya kepadaKu lah kamu kembali.”

Penggunaan akses teknologi juga dapat kita manfaatkan sebagai sarana untuk berbakti pada orang tua, semisal teknologi dimanfaatkan sebagai lahan kerja dan mendapatkan penghasilan yang dapat membantu meringankan beban mereka.

Untuk yang dalam keadaan jauh dari orang tua, merantau dan sebagainya, penggunaan teknologi juga bisa dimanfaatkan sebagai media komunikasi dalam memberi kabar kepada orang tua.

Namun di sisi lain, yang ditakutkan dari digitalisasi adalah penggunaan yang berlebihan dan kurang bisa memanfaatkan dengan baik sehingga menimbulkan dampak yang negatif.

Digitalisasi dapat berefek negatif terhadap kerusakan ahlak yang disebabkan penggunaan berlebihan dan tidak bisa mengendalikannya dengan bijak. Di sinilah perlu dikaji pengaruh digitalisasi terhadap Birrul Walidain

Contoh kecilnya seperti seorang anak yang berada di rumah dan diberi tugas oleh orang tua tetapi tidak melaksanakannya dengan baik karena masih fokus bermain gawai.

Bahkan lebih parahnya lagi sesorang yang terlalu larut dan hidup di dunia maya/digital membuat mereka melupakan tanggung jawabnya di dunia nyata.

Ketika diberi tugas atau dinasehati orang tua mereka malah mengabaikan bahkan melawan, mirisnya lagi karena terlalu fokus dengan bagaimana keadaan dunia maya bagaimana keadaan sosmednya,  mereka sampai teledor dengan keadaan orang tuanya. Miris bukan?

Namun, di setiap konflik pasti ada solusinya, Karena setiap ada usaha pasti ada jalan. Kita bisa memulai dengan memanajemen waktu untuk keluarga maupun berkomunikasi dengan sesama di dunia maya.

Sebagai seorang anak kita bisa memilah prioritas mana tanggung jawab yang perlu didahulukan dan bisa mulai mengurangi dan mengantisipasi sedikit demi sedikit pengaruh digitalisasi yang dapat menimbulkan efek negatif dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian, semoga kita bisa melakukan hal yang lebih baik dalam menggunakan dunia teknologi dengan istiqomah dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi orang tua, pengaruh orang tua dalam mendidik anak juga sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian mereka. Oleh karenanya perlu beberapa cara mendidik anak di era digital saat ini.


Pertama, membangun komunikasi dua arah bisa menjadi cara mendidik anak di era digital. Komunikasi adalah hal penting untuk mengetahui keinginan satu sama lain. Bukan sekadar melarang anak saja, tetapi orang tua juga mesti menjadi pendengar yang baik dan memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dialami sang anak.

Di saat anak terlihat mengakses konten dewasa di internet, orang tua harus melarang hal tersebut. Namun saat menyampaikan larangan tersebut, orang tua harus menyampaikannya secara halus dan mudah dipahami oleh sang anak.

Sebelum memperbolehkan anak memegang gadget, alangkah bijaksana jika orang tua mengomunikasikan kepada sang anak mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilihat. Tentunya, hal ini membutuhkan komunikasi dua arah yang baik.


Kedua, berikan batasan waktu penggunanan gawai. Agar anak tetap terkontrol saat bermain internet, orang tua perlu membatasi waktunya. Umumnya, durasi yang dianjurkan bagi anak, yaitu 2 jam per hari.

Meskipun begitu, di masa pandemi ini menjadi pengecualian. Kebutuhan internet bagi anak di masa pandemi juga menjadi sarana edukasi. Kegiatan belajar justru dilakukan secara tatap muka melalui online.

Namun, ke depan tetap menjadi perhatian bahwa mesti ada batasan waktu untuk anak bermain internet. Pengaruh Digitalisasi terhadap Birrul Walidain tidak bisa menyalahkan anak saja. Orang tua perlu dilihat juga perannya.

Ketiga, temanin anak bermain gawai. Cara mendidik anak di era digital selanjutnya adalah dengan langsung memantau aktivitas mereka saat bermain gadget.

Memang tidak semua orang tua bisa hadir setiap saat atau selama 24 jam. Akan tetapi, setidaknya orang tua dapat meluangkan waktu untuk memperhatikan anak saat bermain gadget.

Cara lain menemani anak bermain gadget bisa dengan memberikan edukasi langsung. Misalnya, orang tua bisa mengajarkan anak menggambar, menghafal, atau bernyanyi lewat tayangan Youtube.

Sambil mengerjakan sesuatu, orang tua juga sekaligus bisa mengarahkan anak untuk membuka konten-konten positif yang memang diperlukan sesuai  usia mereka.

Keempat, memberikan contoh baik. Di era digital, cara mendidik anak yang tepat adalah memberikan contoh langsung di depan mereka. Seperti kita tahu, anak mudah sekali meniru apa yang mereka lihat terutama dalam lingkungan keluarga dan sekolah.

Orang tua menjadi aktor utama yang akan ditiru oleh anak dalam kehidupan seperti perilaku ataupun tutur kata. Oleh karenanya, alangkah lebih bijaksana jika orang tua tidak sering menghabiskan waktu untuk membuka gadget atau laptop bila di depan anak-anak.

Gunakan waktu bersama anak untuk bermain, berbicara, atau kegiatan lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan gadget.

Kelima, perkuat religius. Memperkuat aspek religiusitas adalah cara ampuh bagi orang tua untuk mendidik anak di era digital. Religiusitas atau keyakinan (agama) dapat menjadi benteng bagi anak-anak.

Nilai-nilai agama tentu menjadi bekal baginya untuk menghindari pengaruh atau perilaku buruk yang didapat dari internet.

Penulis: Ahmad Faris Ihsan Syafri

Tags: birrul walidainorang tua
Previous Post

Jokowi Gunakan Sarung Merk Abu Rifat di IKN

Next Post

Kisah Rabi’ah al-Adawiyah dan Amalan Untuk Penjagaan Rumah

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Kisah Rabi’ah al-Adawiyah dan Amalan Untuk Penjagaan Rumah

Kisah Rabi’ah al-Adawiyah dan Amalan Untuk Penjagaan Rumah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng