teburieng.co – Beragama yang baik adalah tidak berlebihan. Menteri Agama 2014-2019 KH Lukman Hakim Saifuddin menyoroti fenomena beragama di Indonesia tanpa akal sehat. Sehingga terlalu berlebihan dan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Pernyataan ini disampaikannya saat mengisi webinar virtual Pasca sarjana Universitas Hasyim Asy’ari, Ahad (24/10).
“Fenomena munculnya tafsir-tafsir keagamaan yang tidak didasari dengan metodologi sesungguhnya. Tidak sesuai dengan kaidah yang semestinya diikuti dan dilalui. Sehingga pemahamannya melenceng dari maksud yang sesungguhnya sulit untuk dihindari saat ini,” katanya.
Menurutnya, fenomena beragama yang mengingkari nilai-nilai kemanusiaan merupakan tantangan bagi seluruh umat beragama.
Corak beragama yang konfrontasi dan suka mengklaim kebenara sepihak adalah wujudnya. Cara beragama yang demikian sebenarnya sangat bertentangan dengan tujuan agama yang sesungguhnya.
“Kita semua tidaklah asing dengan istilah Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Islam yang menjadi rahmat untuk sekalian alam. Seharusnya, dari Islam tercipta ketenangan, ketenteraman, kebahagiaan dan yang berdampak positif bagi seluruh ciptaan-Nya,” ujarnya.
Menurut Lukman, Islam punya visi besar untuk mencipta ketenteraman bersama. Ia mengutip pendapat KH Husein Muhammad, untuk menuju Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin harus memadukan kerja spiritual, moral, intelektual dan aksi-aksi kemanusiaan.
“Klaim kebenaran sepihak terhadap pemahamannya sendiri dan menganggap pemahaman orang lain keliru juga muncul akhir-akhir ini. Perguruan tinggi, tempat para intelektual harus menjawab ini,” pinta Lukman.
Ayah dari tiga anak ini juga mengatakan bahwa dengan memaksakan kehendak dan klaim kebenaran sepihak terhadap teks-teks agama berpotensi untuk mengingkari nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga sangat bertolak belakang dengan visi dan nilai keislaman yang sesungguhnya.
Fenomena munculnya orang beragama, berislam, tapi di sisi lain ia merusak dan mengoyak ikatan kebangsaan. Atas nama agama, ia menolak Pancasila. Padahal, dalam Pancasila tidak ada yang bertentangan nilai-nilai keislaman. Bahkan, sebenarnya Pancasila memuat nilai-nilai keislaman itu sendiri.
“Dengan modal intelektualitas dan nalar yang kuat, tugas kita adalah menganalisis dan mencari jawaban,” beber Menteri Agama dari PPP ini
Menganalisis yang dimaksud Lukman ialah mengamati, mencermati corak beragama masyarakat, kemudian membedakan mana golongan yang dalam beragama terlalu berlebihan hingga mengingkari nilai-nilai kemanusiaan.
Setelah itu, mencari jawaban terhadap persoaalan yang telah ditemukan merupakan tugas lanjutan yang harus dilakukan.
“Islam itu adalah agama yang moderat. Islam sudah tidak perlu untuk dimoderasi, karena Islam telah sempurna dari Allah SWT. Yang perlu dimoderasi di sini adalah cara kita berislam,” tandas pria kelahiran1962 ini.