tebuireng.co – Kiai Adib Daruqutni Saifuddin adalah putra kandung mantan Menteri Agama KH Saifuddin Zuhri. Adik kandung Nyai Farida Salahuddin (istri Gus Sholah).
Dalam Berangkat dari Pesantren (BDP), sang ayahanda menyebut nama Kiai Adib sebanyak tiga kali dan sekali dalam Kalimat Tasyakur BDP. Pada halaman 576, Kiai Saifuddin Zuhri menulis:
“Anakku yang ke-10, Adib, lahir di Jakarta pada tanggal 12 Agustus 1959. Pada usia 40 tahun, anakku berjumlah 10.”
Gus Adib lahir dari pasangan Kiai Saifuddin Zuhri dengan Nyai Solichah. Kiai Saifuddin Zuhri adalah Menteri Agama RI pada kabinet Kerja III, Kabinet Kerja IV, Kabinet Dwikora I, Diwkora II dan Kabinet Ampera I.
Pada usia 35 tahun Kiai Saifuddin Zuhri menjabat Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merangkap Pemimpin Redaksi Duta Masyarakat dan anggota Parlemen Sementara.
Presiden Soekarno mengangkatnya menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung RI pada usia 39 tahun, lalu mengangkatnya menjadi Menteri Agama ketika berusia 43 tahun.
Soekrano sangat mencintai Saifuddin Zuhri, bahkan saat Soekarno hendak membubarkan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), lalu tidak jadi karena Kiai Saifuddin Zuhri tidak setuju.
[Tweet “Kiai Adib merupakan putra Kiai Saifuddin Zuhri”]
Sementara sang ibu dari Kiai Adib adalah aktifis Muslimat NU, dalam Muslimat NU dimulai dari bawah ketika menjadi Ketua Muslimat NU wilayah Jawa Tengah tahun 1950-1955.
Baru sekitar 1956-1989, dia dipercaya sebagai salah satu ketua di PP Muslimat NU. Bahkan hingga Nyai Solichah wafat 6 Maret 1990, masih berstatus sebagai pengurus PP Muslimat NU.
Kiprahnya dalam Muslimat NU tampak di bidang kesehatan. Dia pernah menjabat sebagai Direktris Rumah Bersalin Muslimat NU di Hang Tuah, Jakarta Selatan.
Rumah bersalin itu dibangun di atas tanah wakaf suaminya KH Saifuddin Zuhri. Meski menjadi bagian dari Direktris, dia tetap menjalankan hobinya dalam hal menjahit dan berkebun.
Dari perkawinannya dengan KH Saifuddin Zuhri, Nyai Solichah dikaruniai 10 anak yakni Fahmi D Saifudin, Farida Salahuddin Wahid, Annisa S Hadi, Aisyah Wisnu, Andang Fatati, Ahmad Baehaqi Saifudin, Yulia Nur Soraya, Annie Lutfia, Adib Daruqutni, dan Lukman Hakim Saifudin yang suatu hari menjabat sebagai Menteri Agama RI mengikuti jejak ayahnya.
Kedua, nama Adib disebut saat Kiai Saifuddin menjelaskan jenjang pendidikan putra-putrinya pada halaman 640:
“Mereka ada yang melalui jenjang sekolah umum (SMA), seperti Fahmi, Aisyah, Tati, Baihaqi, Julia, Annie dan Adib, ada juga yang melalui jenjang madrasah (Muallimat NU Surabaya), seperti Farida dan Anis. Adapun Luqman melalui jenjang Pesantren Gontor di Ponorogo.”
Terakhir, tentang kegiatan di rumah. Kiai Saifuddin berkisah dalam halaman 668:
“Memang tidak semua anakku bisa berkumpul mengikuti saalat Maghrib berjamaah dan pelajaran agama sekedar 30 menit itu. Fahmi, karena sedang di tingkat V Fakultas Kedokteran UI ketika itu, tidak bisa mengikutinya secara tetap. Farida yang telah menyelesaikan pendidikannya pada Muallimat NU Surabaya, lalu melanjutkan pada Fakultas Ilmu Sosial UI, juga kadang-kadang baru pulang dari kuliahnya menjelang waktu Maghrib. Tapi Anis yang sudah di tingkat akhir PGA Mampang Jakarta Selatan, demikian pula adik-adiknya yang masih di SMA, SMP dan SD dengan rajin mengikuti pendidikan agama yang aku pimpin. Aisyah, Tati, Baihaqi, Julia dan Annie pada waktu siang pukul 14.00-16.00 memasuki madrasah tingkat tsanawiyah dan ibtidaiyah. Adib dan Luqman, karena masih belum bersekolah, langsung diberikan pendidikan agama oleh ibunya.’
Dalam Kalimat Tasyakur buku BDP, Kiai Saifuddin mengisahkan putranya dengan:
“Adieb, seorang pemuda yang sedang tumbuh, selain pekerjaannya sebagai karyawan swasta juga masih menyelesaikan kuliahnya di tingkat akhir pada Fakultas Ekonomi. Meskipun demikian dengan setia ia menjagaku setiap malam, baik ketika di rumah sakit maupun di rumah. Hingga kini aku harus ditemani waktu tidur.”
Kiai Adib wafat hari Kamis, 09 September 2021 M.
إنا لله و إنا إليه راجعون
اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه
أمين يارب العالمين
الفاتحة
Oleh: Hafifuddin/Abdurrahman