Peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan salah satu momen mengesankan bagi Nabi Muhammad SAW yang selalu dikenang oleh para umatnya, bahkan hingga hari ini. Peristiwa bersejarah di tanggal 27 Rajab itu terekam dalam Al-Qur’an Al-Kariim, Hadis Nabi, serta kitab-kitab klasik para alim ‘allamah dahulu. Maka demikian, terkait banyaknya literatur yang mengangkat seputar Isra’ Mi’raj tersebut, salah satu kitab gubahan Sayyid Muhammad berjudul Al-Anwar Al-Bahiyyah menjadi salah satu bacaan yang sangat direkomendasikan kepada para pembaca. Berikut uraian singkat mengenai kitab tersebut.
Al-Anwar Al-Bahiyyah Min Isra’ wa Mi’raj Khair Al-Bariyyah
Kitab anggitan Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas Al-Maliki Al-Makki Al-Hasani ini terbit perdana pada tahun 2003 M/1424 H. Bab-bab di dalamnya disusun berdasarkan topik menarik seputar perjalanan spiritual Nabi Muhammad menuju Sidratul Muntaha.
Sayyid Muhammad memulai kitab ini dengan menerangkan polemik dari praktik perayaan Isra’ Mi’raj yang dilakukan oleh umat. Dengan bab berjudul Adz-Dzikro Tafarrud Nafsiha (Perayaan itu Datang dengan Sendirinya), Sayyid Muhammad mencoba mengangkat permasalahan hukum perayaan Isra’ Mi’raj yang masih simpang siur (belum jelas hukumnya).
Perayaan Isra’ Mi’raj
Sayyid Muhammad menjelaskan bahwa perayaan-perayaan yang dilakukan oleh umat untuk mengenang momen-momen berharga Nabi Muhammad dahulu (Seperti Maulid Nabi, Perayaan Nuzulul Qur’an, dan termasuk Perayaan Isra’ Mi’raj) merupakan sebuah hal yang normal yang tidak ada hubungannya dengan syariat.
Jadi memang perayaan-perayaan tersebut tidak bisa dikatakan masyru’ (Disyariatkan) ataupun Sunnah.
وفي اعتبارنا أن هذا الأمر عادي لا صلة له بالتشريع الحكمي، فلا يوصف بأنه مشروع أو سنة. كما أنه ليس معارضا لأصل من أصول الدين. (الأنوار البهية من إسراء ومعراج خير البرية. ص ٧-٨)
“Mengingat perkara ini adalah perkara biasa dan tidak ada kaitannya dengan hukum syari’at, maka perkara ini tidak tergolong masyru’ dan tidak pula sunnah. Hal ini juga tidak bertentangan dengan satupun dasar agama.”
Meski demikian, jika memang perayaan-perayaan ini (Termasuk Perayaan Isra’ Mi’raj) diperuntukkan karena Allah dan untuk Allah, maka menurut Sayyid Muhammad hal tersebut akan diterima oleh Allah Swt.
ولا شك أن اجتماع هؤلاء الناس مادام أنه لله وفي الله، فإنه مقبول عند الله. فالواجب علينا استثمار مثل هذه الاجتماعات بتوجيههم إلى الخير والمعروف والإحسان والتمسك بما يجب عليه. (الأنوار البهية من إسراء ومعراج خير البرية. ص ٩)
“Tidak diragukan lagi, berkumpulnya orang-orang ini, asalkan karena Allah dan di dalam Allah, maka itu adalah diridhoi Allah. Adalah tugas kita untuk meneruskan perkumpulan-perkumpulan semacam itu dengan mengarahkannya kepada kebaikan, ma’ruuf, kebajikan, dan kepatuhan terhadap apa yang dituntut dari-Nya.”
Isra’ Mi’raj, Perjalanan Spiritual Nabi
Setelah kitab ini menerangkan panjang lebar tentang Perayaan Isra’ Mi’raj, Sayyid Muhammad kemudian melanjutkan pembahasan topik-topik menarik terkait peristiwa mendebarkan Nabi Muhammad tersebut.
Dimulai dengan kronologi perjalanan, dari kedatangan Jibril, syaaq shadr (Pembelahan dada Nabi), berangkat ke Masjid Al-Aqsa, naik ke Sidratul Muntaha, hingga ketika sampai kembali ke Mekah, semuanya diceritakan dengan gamblang.
Kitab ini juga mengangkat tafsiran dari beberapa ayat dalam Surah Al-Isra’, sesi dialog antara Nabi Muhammad dengan Nabi Musa as., serta beberapa hikmah dan fawaaid (Faedah-faedah) yang dapat kita ambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj. ‘Alaa kulli haal, kitab dengan tebal 112 halaman karya Sayyid Muhammad ini dapat membuat para pembaca tenggelam men-tadabburi perjalanan luar biasa Nabi Muhammad SAW. menuju keharibaan Allah Swt. itu.
Penulis : Syifa’ Q
Editor: Thowiroh
Baca juga: Isra’ Mi’raj, Perjalanan Cinta Rasulullah