• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Mengqadha Puasa Ramadan di Sya’ban

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-03-12
in Fiqih, Hadits, Keislaman, Pesantren, Tokoh
0
Mengqadha Puasa Ramadan di Sya'ban

Mengqadha Puasa Ramadan di Sya'ban (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Mengqadha puasa Ramadan di Sya’ban sering dilakukan oleh istri Rasulullah bernama Aisyah. Hal ini diceritakan oleh Abu Salamah dari Aisyah langsung:

  كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ»، قَالَ يَحْيَى: الشُّغْلُ مِنَ النَّبِيِّ أَوْ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  

Artinya: “Saya mempunyai tanggungan utang puasa Ramadan. Saya tidak mampu mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban. Menurut Yahya, Aisyah mengqadha di bulan Sya’ban dikarenakan ia sibuk melayani Nabi Muhammad ﷺ” (Muttafaq alaih).

Hadis di atas menjelaskan bahwa Aisyah mengqadha puasa Ramadan pada tenggat yang sangat mepet dikarenakan memiliki kesibukan melayani Rasulullah Saw.

Menurut catatan kaki Syaikh Musthafa Dib Al-Bugha dalam kitab Sahih Al-Bukhari dan catatan kaki Muhammad Fuad Abdul Baqi pada kitab Sahih Muslim, kesibukan Aisyah adalah dia selalu menyiapkan diri sepenuhnya untuk Rasulullah ﷺ termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan diri jika Rasulullah sewaktu-waktu ingin berduaan dengan Aisyah (atau istri yang lain).

Tidak hanya Aisyah saja, semua istri Rasulullah selalu menjaga kebahagiaan dan keridhaan Rasulullah ﷺ sedangkan mereka tidak tahu kapan dibutuhkan dan bisa sewaktu-waktu diperlukan oleh Nabi Muhammad. Oleh karena itu, mereka khawatir jika mereka berpuasa lalu menjadikan nabi terhalang keinginannya.

Baca Juga: Keutamaan Bulan Sya’ban

Menurut Ibnu Hajas Asqalani, arti kesibukan dalam hadis ini tidak berarti sebuah kesibukan yang menjadikan seseorang tidak kuat melaksanakan puasa, tapi lebih mengarah pada posisi selalu mempersiapkan diri dalam menyenangkan Rasul apabila dibutuhkan pada batas bercumbu melalui sentuhan atau ciuman, tidak sampai berhubungan badan. Karena nabi tidak tidur bersama istri yang tidak sedang dalam jatah gilirannya.

Bulan Sya’ban dipilih oleh Aisyah untuk mengqadha puasanya karena bulan ini adalah waktu yang paling banyak dibuat puasa sunah oleh Baginda Nabi Muhammad ﷺ.

[bctt tweet=”Qadha Puasa Ramadan” username=””]

Oleh karena itu salah satu istri nabi bergantian meluangkan waktu untuk mengqadha puasa. Atau kalau tidak begitu, karena mereka sudah pada bulan terakhir, mereka terdesak meminta izin kepada nabi untuk mengqadha puasa.

Syaikh Musthafa Dib al-Bugha menulis:  

وأما في شعبان فإنه صلى الله عليه وسلم كان يصوم أكثر أيامه فتتفرغ إحداهن لصومها أو تضطر لاستئذانه في الصوم لضيق الوقت عليها  

Artinya: “Adapun pada bulan Sya’ban, Nabi berpuasa pada sebagian besar hari-harinya. Kemudian salah satu istri-istri nabi meluangkan untuk berpuasa di dalamnya. Atau di antara mereka memang terdesak untuk meminta izin kepada Nabi untuk melaksanakan puasa karena waktunya sudah mepet” (Musthafa Dib al-Bugha, Ta’liq Shahih al-Bukhari, [Daru Thuqin Najah, 1422], juz 3, hal. 35)

Dari kisah Aisyah ini dapat diambil pelajaran bahwa mengqadha puasa Ramadan di Sya’ban bukan sesuatu yang jelek jika memiliki alasan yang kuat. Rasulullah di bulan Sya’ban memperbanyak puasa sunah.

Melakukan qada puasa setelah melebihi nisfu Syaban juga diperbolehkan sampai akhir Syaban (sebelum 1 Ramadan). Nisfu Syaban adalah malam pengampunan (maghfirah) yang jatuh di setiap 15 Syaban.

Tags: AisyahBahtsul Masaillailatul qadarPesantrenQadha Puasa RamadanRasulullah HumorisSantri
Previous Post

Mahasantri Diminta Perkenalkan Indonesia ke Dunia

Next Post

Pesantren Al-Inayah Dampingi SAD Masuk Islam

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Pesantren Al-Inayah Dampingi SAD

Pesantren Al-Inayah Dampingi SAD Masuk Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng