• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Memperbanyak Mengaji, Cara Menyambut Ramadan Ala Gus Baha

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2025-02-24
in Kiai, Tokoh
0
Memperbanyak Mengaji, Cara Menyambut Ramadan Ala Gus Baha. (Ist)

Memperbanyak Mengaji, Cara Menyambut Ramadan Ala Gus Baha. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pengasuh Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur’an (LP3IA) Rembang KH A Baha’uddin Nursalim atau Gus Baha menyebutkan salah satu cara terbaik menyambut Ramadan yaitu meniru cara ulama dengan meningkatkan intensitas belajar-mengajar atau mengaji.

Menurut Gus Baha, umumnya para ulama menyiapkan diri menyambut Ramadan dengan mengaji ilmu agama baik berkaitan dengan tafsir, fikih, akhlak, dan lain sebagainya. Beberapa kiai di pesantren sudah mulai membacakan kitab berisikan ilmu agama sejak pertengahan kedua dari bulan Sya’ban.

“Kesibukan saya jelang Ramadan standar saja, mempersiapkan mengaji, lebih banyak mengajinya. Biasanya orang datang ke rumah untuk mengaji, Ramadhan saya di rumah,” jelasnya seperti dikutip dari akun youtube Najwa Shihab, Ahad (16/02/2025).

Dalam tradisi pesantren, Gus Baha menjelaskan bahwa untuk mendalami literatur ulama terdahulu ada tradisi yang namanya pasaran. Di mana, seluruh civitas pesantren akan mengaji kitab dengan intesitas lebih banyak dibanding bulan-bulan selain Ramadhan.

Logikanya kata Gus Baha, Ramadan yang diyakini sebagai bulan berkah harus dimanfaatkan untuk hal baik seperti belajar-mengajar.

Tak mengherankan, seorang ulama pesantren yang ketika bulan selain Ramadhan hanya mengaji satu kitab, lalu mendekati Ramadhan menambah kitab yang dikaji. Contohnya, habis subuh sampai dua kitab, setelah Isya seorang kiai baca dua kitab lagi.

“Kalau tradisi di kami, di pesantren, misalnya satu kiai mengajar 2-3 kitab setelah shalat fardu. Bisanya kalau Ramadhan ini full. Karena ini untuk melengkapi orang Indonesia dapat berkahnya Ramadan,” imbuhnya.

Tujuan mengaji kata Gus Baha, yaitu mendidik dan menjelaskan hukum syariat kepada santri maupun masyarakat. Dengan membuka kajian fikih dan lain sebagainya, masyarakat bisa mengetahui niat puasa, syarat puasa, hal yang membatalkan puasa.

“Kalau kita belajar kitab atau membacakan kitab ke masyarakat supaya tahu caranya niatnya orang dulu ketika puasa atau cara pandang orang dulu tentang puasa,” ungkap Gus Baha.

Gus Baha menjelaskan, di antara ijazah dari KH Maimoen Zubair juga ijazah ayahnya, yaitu, perintah mengikuti jejak orang shaleh. Hal ini sesuai ayat ‘Ihdinas shiratal mustaqim (bimbinglah kami ke jalan yang lurus). Shirātal ladzīna an‘amta ‘alaihim ghairil maghdhūbi alaihim wa lad dhāllīn (jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan mereka yang dimurkai dan orang-orang yang sesat.

“Karena dalam ayat tersebut, Allah tidak hanya berfirman ihdinasirotol mustaqim atau “Tunjukan kami jalan yang lurus” semata. Allah juga berfirman bahwa jalan yang benar yakni jalan mereka yang telah Allah beri nikmat. Jadi, Allah menghendaki ini, ada masternya,” ujarnya.

Gus Baha menjelaskan, sebagai orang baru di dunia, manusia saat ini perlu meniru kebiasaan sebelum dan ketika Ramadan dari orang shaleh terdahulu. Karena kehidupan mereka mencerminkan kebaikan, keshalehan, dan bermanfaat.

Oleh karena itu, saat memasuki bulan Sya’ban, Gus Baha meliburkan beberapa rutinan di luar pesantren dan fokus mengaji di pesantren dan mendampingi santri untuk khataman Al-Quran.

“Jadi, kita tidak bisa shaleh tanpa meniru orang terdahulu. Kita tidak bisa baik tanpa meniru orang terdahulu,” tandasnya.

Penulis: Syarif Abdurrahman

Editor: Thowiroh

Baca juga: Pilih Dzikir Lirih atau Keras, Ini Saran dari Gus Baha

Previous Post

Sambut Ramadan, Siswa Lintas Agama di Jombang Kolaborasi Membersihkan Rumah Ibadah

Next Post

Terkait Awal Ramadan, Gus Baha Pilih Ikut Pengumuman Pemerintah di Televisi

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Terkait Awal Ramadan, Gus Baha Pilih Ikut Pengumuman Pemerintah di Televisi. (Ist)

Terkait Awal Ramadan, Gus Baha Pilih Ikut Pengumuman Pemerintah di Televisi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Sigap, Menag Bakal Libatkan Pimpinan Pesantren Bahas Standar Bangunan
  • Lima Prinsip Dasar Menjaga Lingkungan Menurut Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi
  • Buka MQK 2025, Menag Dorong Eksplorasi Turats untuk Pelestarian Lingkungan
  • Erick Thohir: Sport Tourism Memiliki Peran Vital Pembangunan Bangsa
  • Menag Salurkan Bantuan ke Pesantren Al Khoziny dan Pastikan Pencegahan Kejadian Serupa

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng