• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Terkait Awal Ramadan, Gus Baha Pilih Ikut Pengumuman Pemerintah di Televisi

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2025-02-24
in Keislaman, Tokoh
0
Terkait Awal Ramadan, Gus Baha Pilih Ikut Pengumuman Pemerintah di Televisi. (Ist)

Terkait Awal Ramadan, Gus Baha Pilih Ikut Pengumuman Pemerintah di Televisi. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pengasuh Pondok Pesantren LP3iA Rembang, KH A Bahauddin Nursalim (Gus Baha) memilih mengikuti pengumuman di televisi dari pemerintah terkait awal puasa Ramadan.

Keputusan Gus Baha tersebut dikarenakan ia ingin menjadi warga negara yang baik. Meskipun begitu, Gus Baha tetap mengapresiasi pihak yang berbeda dalam penentuan awal Ramadan.

“Kalau saya ditanya sama tetangga, besok puasa atau tidak, saya jawab menunggu pengumuman dari televisi. Saya ikut keputusan negara, tapi karena sebagai warga negara Indonesia,” jelasnya seperti dikutip dari akun youtube santri gayeng, Kamis (20/02/2025).

Gus Baha menambahkan, sebagai orang yang mempelajari ilmu falak, ia mengetahui cara kerja ulama dan ahli falak dalam penentuan awal Ramadan. Sehingga ia menganggap bahwa perbedaan yang terjadi dalam penentuan awal Ramadan adalah rahmat dan tradisi keilmuan yang tidak perlu disikapi sampai terpecah belah.

“Saya sampai sekarang ikut pemerintah, tapi tetap membiarkan khas-khasnya ulama dalam berbeda pendapat. Namun, sebagai ulama, saya memperbolehkan perbedaan pendapat,” imbuh alumnus Pesantren Al-Anwar Sarang ini.

Menurut Gus Baha, sikap yang ia pilih merupakan ciri khas Ulama. Seorang ulama harus tetap berpegangan pada prinsip bahwa jika terjadi perbedaan pendapat tentang hilal maka biarkan berbeda.

Seorang ulama yang mengetahui ilmu falak bisa memilih ikut hisab yang dilakukan pemerintah atau melakukan hisab sendiri. Sehingga ikut pemerintah atas nama stabilitas nasional. Cuma atas nama ilmunya ulama, yang nama hilal itu pasti khilaf.

“Misalnya seperti tarekat Naqsyabandiyah, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama kan sering berbeda. Itu mengikuti standar gaya ulama. Biarkan saja,” imbuhnya.

Gus Baha lalu menjelaskan secara keilmuan dan tradisi ulama, khilaf dalam bab hilal sangat mungkin. Karena ada yang menganggap satu derajat itu sudah ganti tanggal, ada yang berpendapat bahwa harus menunggu rukyatul hilal bil fi’li baru ganti tanggal. Maka tanggal satu akan ada dua versi.

Khususnya, kalau Sya’bannya 29 hari, maka akan muncul perbedaan pendapat, bagi yang menganggap asalkan hilal melewati ufuk, maka sudah dianggap tanggal 1 Ramadhan.

Pendapat lain, baru menganggap ganti tanggal jika hilal sudah 3 derajat atau 2,5 derajat dan baru dianggap masuk Ramadhan. Kalau belum ada 2 derajat, maka Ramadhan ditunda hari berikutnya.

“Asal tidak dalam kasus konteks menyempurnakan Sya’ban 30 hari. Kecuali sudah menyempurnakan Sya’ban 30 hari. Pasti kira sepakat bahwa berikutnya adalah Ramadan,”beber Gus Baha.

Namun, kata Gus Baha, sebuah negara harus memilih di antara perbedaan, agar ada pegangan. Sehingga bisa menjadi panduan dalam kegiatan dan dasar pengambilan keputusan negara.

“Hanya saja negara tidak boleh, harus milih salah satu. Negara tetap harus memilih satu keputusan. Jadi ini, konstitusi ulama harus lebih tinggi dari lembaga negara dalam bab agama. Bukan berarti ulama tidak ikut negara, tapi tidak ikut juga ada dalilnya,” tandasnya.

Penulis: Syarif Abdurrahman

Editor: Thowiroh

Baca juga: Memperbanyak Mengaji, Cara Menyambut Ramadan Ala Gus Baha

Tags: Gus BahaRamadan 2025
Previous Post

Memperbanyak Mengaji, Cara Menyambut Ramadan Ala Gus Baha

Next Post

Tiga Doa Malaikat Jibril dan Amin Rasulullah

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Tiga Doa Malaikat Jibril dan Amin Rasulullah. (Ist)

Tiga Doa Malaikat Jibril dan Amin Rasulullah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Etika Bertetangga dalam Hadis Nabi
  • Kemenag Resmi Memulai MQKN ke-8 dengan Tahapan Seleksi Via CBT Berbasis Kitab Kuning
  • Qailulah, Rahasia Tidur Siang Ala Nabi
  • Tafsir Surah Qaf Ayat 18: Pentingnya Menjaga Lisan
  • Dhau’ Al-Mishbah fi Bayani Ahkam An-Nikah, Panduan Pernikahan Karya Kiai Hasyim

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng