tebuireng.co – Jam’an Nurkhatib Mansur adalah nama asli dari Ustadz Yusuf Mansur (UYM). Ia lahir di Jakarta pada 19 Desember 1976. UYM adalah seorang da’i yang dikenal publik sebagai ‘da’i sedekah’. Sejak dulu, di mana-mana UYM memang gencar sekali mendakwahkan sedekah ke tengah-tengah jama’ah. Selain masih dengan dakwahnya, ia belum lama ini juga telah dikukuhkan sebagai salah satu dosen tetap di Institut Daarul Qur’an (Idaqu) dan juga sempat mengelola Lembaga Zakat Nasional (Laznas) PPPA Daarul Qur’an, lalu mendirikan Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an, juga Paytren dan masih banyak lagi.
Dalam suatu kesempatan, ia pernah menyampaikan bahwa ia pernah menghadiri sebuah acara di mana narasumbernya adalah KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ia menyaksikan acara itu di posisi belakang, saking padatnya peserta yang ikut. Ia kemudian bergumam dan berdo’a di dalam hati, agar suatu saat bisa seperti orang yang tengah menjadi narasumber. Dikagumi banyak orang, menjadi pusat perhatian, gagasannya cemerlang dan dielu-elukan banyak orang. Dan setelah sekian tahun lamanya, gumam dan doanya menjadi kenyataan. Ia kini menjadi orang yang terkenal dan kontroversial.
Sedang Viral Belakangan Ini
Ada apa dengan Ustadz Yusuf Mansur? Belakangan ia sedang viral, isu ‘investasi bodong’. Penipuan sedekah kembali diramaikan melalui media sosial. Bahkan UYM sedang dilaporkan oleh 12 orang jama’ahnya yang sekian lama merasa telah dirugikan. Saya juga ikut mencermati perkembangan beritanya, berikut setiap konten di YouTube maupun di media sosial yang lain, banyak sekali komentar-komentar keras yang menjatuhkan dan merendahkan. Saya ikut berempati kepada UYM, sebab tidak mudah menjadi orang yang berada di posisinya sekarang.
Saran saya, siapa pun harus membaca Ustadz Yusuf Mansur secara utuh, jangan sampai sekadar ikit-ikutan arus, asal jeplak dan ujung-ujungnya mengarah pada penyakit hati. Sebagaimana penuturan UYM di banyak media sosialnya, terutama di Instagram miliknya, bahwa sebagai manusia, ia mengakui bahwa ia banyak salah. Sekali lagi, UYM mengakui kesalahannya, ia bersedia memperbaiki, siap diadili dan bertanggungjawab. Ia selalu aktif di media sosial, alamat rumahnya jelas, sebagian jamaah yang merasa dirugikan sudah dikembalikan, termasuk ketika ditegur OJK, ia pun mematuhi sanksi edukasi OJK, kooperatif ketika dipanggil kepolisian. Jelas bukan?
Saya harus tegaskan ini, bahwa kita tidak boleh memotong cuplikan lama tausiyah UYM yang berdurasi lama dan berulang kali dilakukan. Toh tausiyahnya juga tidak sembunyi-sembunyi. Semua orang bisa secara leluasa menyimaknya, tapi itu tadi syaratnya: utuh. Tidak boleh setengah-setengah, apalagi sambil diiringi penyakit dengki. UYM juga tidak menipu, tidak menggunakan hipnotis atau gendam yang berkaitan dengan ilmu hitam. Ajaran dan ajakan sedekahnya bisa dipelajari, dan saya termasuk yang mempelajari, lalu mempraktikkannya, meksipun tetap ada perbedaannya, tidak seratus persen sama.

Sempat Dipenjara dan Berusaha Bangkit
Ustadz Yusuf Mansur pernah dipenjara, hidupnya kelam sekali, kuliahnya tidak jelas, banyak musuhnya, banyak hal yang buruk pernah dilakukan. Semuanya ia akui. Namun yang salut, ia tidak minder, tidak cepat menyerah. Ia justru bangkit dengan kakinya sendiri tanpa mengemis kepada Ormas, parpol dan lainnya dengan berbagai cara. Benar saja, UYM menjadi seseorang yang diperhitungkan, sekarang malah dirangkul NU, menjadi pengurus PWNU DKI Jakarta, menjadi semacam brand ambassador PBNU, sinergi dengan Pemerintah Jokowi, berjejaring dengan para Muslim dan artis hijrah, kerajaan bisnisnya di mana-mana, investasi di berbagai sektor juga trilyunan dan masih banyak lagi modal sosialnya.
Walhasil, saya menyarankan agar konten dan narasi yang menjatuhkan UYM sebaiknya dihapus. Tidak ada gunanya. Para jamaah dan siapa pun yang merasa dirugikan atau ditipu, catat berapa kerugiannya, bila perlu kumpulkan dalam satu wadah, lalu silaturahim baik-baik kepada UYM di rumahnya, dan silakan bicara dari hati ke hati, beri UYM waktu untuk secara berkala mengganti dan melunasi semua kerugian. Pelaporan yang telah terjadi silakan dilanjutkan, meskipun sebelumnya pernah terjadi berulang kali dan selesaikan masalah bukan dengan emosi-sensasi. Jangan pernah punya niat sedikit pun untuk menjatuhkan seseorang, karena jangan sampai nanti Anda sendiri yang justru akan jatuh.
Wallaahu a’lam
Mamang M Haerudin (Aa), Pesantren Bersama Al-Insaaniyyah (18 Desember 2021)