tebuireng.co – Makna sombong sebesar dzarrah yang benar bisa dilihat dari hadis Nabi Muhammad Saw. Kata dzarrah ada yang mengartikan debu dan ada pula yang mengartikan atom yaitu suatu benda terkecil yang ada di alam semesta ini
Sikap sombong adalah salah satu sikap tercela yang sangat dibenci dalam Islam. Sehingga ancamannya pun bagi orang yang sombong nggak bakalan masuk surga. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, nabi bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat dzarrah. Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91).
Makna kesombongan sebesar dzarrah dalam hadis di atas yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia, bahasa arabnya yaitu بطر الحق وغمط الناس
Menolak kebenaran yang dimaksud di sini adalah kebenaran yang datang dari Allah Swt dan Rasul-Nya, yakni kebenaran di dalam Al-Qur’an atau dalam hadis.
Dalam Al-Qur’an, Allah secara tegas menyeru orang-orang beriman untuk melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh, tanpa membeda-bedakan ajaran yang satu dengan ajaran yang lain:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208).
Simak dan renungkan firman Allah Swt berikut:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata”.( QS Al-Ahzab 36).
Islam sudah menampakkan kebenaran dalam pandangannya, ayatnya jelas, hadisnya jelas, tapi bila masih tetap saja enggan mengalahkan egonya, untuk tunduk pada kebenaran, inilah kesombongan.
Dalam arti lain, makna kesombongan sebesar dzarrah bukanlah orang yang pakai baju bagus, sandal bagus dan tentu bukan juga orang yg punya mobil dan rumah bagus. Bukan itu maksud kesombongan di sini, karena Allah itu Tuhan yang Maha Indah dan suka hal-hal yang bagus serta indah.
Sikap kesombongan membuat seseorang meremehkan sesama manusia. Baik berupa perkataan, perbuatan maupun tulisan di media sosial. Meremehkan yaitu merasa hebat dibandingkan orang lain, inilah yang namanya takabbur atau sombong yang ancamannyapun tidak main-main yakni tidak masuk surga.
Sebagian ahli Ilmi berkata terkait tafsir hadis dari Abdullah bin Mas’ud ini:
“Tidak akan pula masuk neraka, yaitu seorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meskipun hanya sebesar biji dzarrah.”
Maknanya, tidak akan kekal di dalam neraka. Seperti inilah sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, nabi bersabda:
“Akan dikeluarkan dari neraka, yaitu seorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meskipun hanya sebesar biji dzarrah” Kalangan Tabi’in memberikan tafsiran terkait ini, “siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh Engkau telah menghinakannya.”
Maksudnya, siapa yang Engkau (Tuhan) kekalkan di dalam neraka, maka sungguh Engkau telah menghinakannya. Abu Isa berkata: Ini adalah hadis hasan sahih gharib.
Begitulah makna sombong sebesar dzarrah yang ada di dalam hadis nabi.
Wallahu a’lam Bishshawab
Penulis: Abd Mukti
Pemerhati Kehidupan Beragama

