Rabiul Awal menjadi bulan bersejarah karena menjadi bulan lahir Nabi Muhammad Saw. Sebagian ulama menjelaskan bahwa orang Arab akan selalu mengawali penyebutan Rabiul Awal dengan Shahr ( bulan) karena kata Rabi‘ bersifat musytarak (memiliki dua makna). Yakni bisa bermakna bulan dan bisa bermakna musim.
Oleh karena itu, mereka menambahkan kata shahr jika maksudnya bulan, dan menghilangkannya jika yang dimaksud adalah musim, untuk memperjelas perbedaannya.
Menurut Al-Farrā’, ulama yang dikenal sebagai ahli bahasa mengungkapkan bahwa dinamakan Rabi‘ karena orang-orang Arab biasa tinggal (beristirahat) didalamnya setelah menetap serta menggembalakan rumput pada bulan tersebut.
Namun, dikatakan juga bahwa dinamakan demikian karena pada bulan tersebut mereka (orang Arab) biasa mengumpulkan hasil perolehan (harta rampasan) dari bulan Ṣafar. Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam bahasa al-rabī‘ berarti kesuburan.
Sementara, diantara alasan mengapa bulan Rabiul Awal dijadikan sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad ini sebagaomana disampaikan Habib Ahmad Bafagih yang diriwayatkan dari Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki dalam kitabnya Adz-Dzakhair Al-Muhammadiyah.
Sayyid Muhammad Al-Maliki berkata bahwa: “sesungguhnya menurut pendapat yang shahih, Nabi dilahirkan pada bulan Rabiul Awal bukan pada bulan mulia seperti Muharram, Rajab atau Ramadhan dengan alasan karena Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu namun masa atau waktu itulah yang menjadi mulia sebab kelahiran Nabi. Sehingga tidak menimbulkan persepsi bahwa Nabi mulia karena lahir di bulan mulia.”
Bahwa segala hal yang berkaitan dengan Nabi Muhammad akan menjadi mulia dan diangkat derajatnya oleh Allah Swt termasuk keutamaan menjadi umat Nabi menjadikan umat tersebut menjadi umat paling mulia.Imam al-Bushiri dalam Qasidah Burdahnya menyebutkan,
لَمَّا دَعَا اللهُ دَاعِيْنَا لِطَاعَتِهِ * بِأَكْرَمِ الرَّسْلِ كُنَّا أَكْرَمَ الْأُمَمِ
Artinya: “Tatkala Allah panggil nabi pengajak kita karena ketaatannya kepada Allah dengan panggilan rasul termulia, maka jadilah kita umat yang paling mulia pula.”
Syaikh Ali Utsman al- Jaradi dalam kitabnya an-Nafahatul Lathifah ‘alal Burdatis Syarifah menjelaskan
نَحْنُ أَكْرَمُ الأمم لأن التابع يشرف بشرف المتبوع. اذا كانَ الرَّجُلُ يَفْخَرُ على أقرانه بتبعيته لدولة قوية، فكيف لا يفخر من انتسب إلى الملة المحمدية
Artinya: “Kita semua adalah paling mulianya umat, karena yang ikut (umat Islam) menjadi mulia dengan mulianya yang diikuti (Nabi Muhammad). Jika ada seseorang yang membanggakan diri pada temannya karena menjadi pengabdi untuk suatu kerajaan yang kuat, lantas bagaimana tidak membanggakan diri orang yang memiliki kaitan dengan agama Nabi Muhammad?”
Wallahua’lam.
Baca juga: Amalan Bulan Rabiul Akhir yang Dianjurkan