• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Lupa Niat Puasa di Malam Hari, Bagaimana Solusinya?

Thowiroh by Thowiroh
2025-06-03
in Keislaman
0
Lupa Niat Puasa di Malam Hari, Bagaimana Solusinya. (Ist)

Lupa Niat Puasa di Malam Hari, Bagaimana Solusinya. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Niat merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan utamanya saat melaksanakan ibadah. Dalam ibadah puasa, niat tersebut harus diucapkan pada malam hari yakni mulai dari terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar. Lalu bagaimana jika seseorang lupa mengucapkan niat puasa di malam harinya?

Dalam hal ini terdapat perbedaan hukum tergantung dari jenis puasa yang dilakukan apakah wajib atau sunnah. Apabila puasa yang dilakukan termasuk puasa wajib seperti puasa Ramadan, qada’ dan nadzar maka menurut madzhab Syafi’i puasa yang dilakukan tidak sah.

Meski demikian, jika puasa tersebut di bulan Ramadan ia tetap harus melanjutkan puasanya (menahan diri dari makan dan minum) kemudian mengqada’nya di lain waktu.

Dalam kitab al-Iqna’ fi Halli Alfadzi Abi Syuja’ dijelaskan bahwa dalam puasa wajib, niat termasuk rukun puasa yang wajib dipenuhi dan harus diucapkan dalam hati di waktu malam hari.

وَفَرَائِضُ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الْأَوَّلُ النِّيَّةُ لِقَوْلِهِ {إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ} وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ، وَلَا تَكْفِي بِاللِّسَانِ قَطْعًا. وَيُشْتَرَطُ لِفَرْضِ الصَّوْمِ مِنْ رَمَضَانَ أَوْ غَيْرِهِ كَقَضَاءٍ أَوْ نَذْرِ التَّبْيِيتُ وَهُوَ إيقَاعُ النِّيَّةِ لَيْلًا

“Rukun puasa ada empat hal. Pertama adalah niat, berdasarkan sabda Nabi: (Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat). Tempatnya niat adalah hati, dan tidak cukup hanya diucapkan dengan lisan secara mutlak. Dalam puasa wajib, baik itu puasa Ramadan maupun puasa lainnya seperti qadha atau nazar, disyaratkan untuk menetapkan niat pada malam hari, yaitu melaksanakan niat di malam hari (mulia dari terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar).

hal ini juga sebagaimana yang disebutkan dalam hadis

مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

“Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari maka tak ada puasa baginya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Berbeda jika puasa yang dilakukan merupakan puasa sunnah seperti puasa tarwiyah, puasa arafah, puasa senin kamis, puasa ayyamul bidh dan lainnya maka tidak masalah mengucapkan niat puasa setelah terbitnya fajar. Hal tersebut disadarkan pada hadis riwayat Aisyah


عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ. قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ «هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ؟» فَقُلْنَا: لَا. قَالَ «فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ» ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ! أُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ«أَرِينِيهِ. فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صائما» فأكل

Dari ‘Aisyah, Ummul Mu’minin (raḍiyallāhu ‘anhā), ia berkata:”Suatu hari, Nabi ﷺ masuk menemuiku lalu bertanya: ‘Apakah kalian punya sesuatu (untuk dimakan)?’ Kami menjawab: ‘Tidak ada.’ Maka beliau bersabda: ‘Kalau begitu, aku berpuasa.’ Kemudian, pada hari lain beliau datang kepada kami, lalu kami berkata: ‘Wahai Rasulullah, kami telah diberi hadiah berupa hais (makanan dari kurma, mentega, dan tepung).’ Maka beliau bersabda: ‘Perlihatkan kepadaku. Sungguh, sejak pagi tadi aku dalam keadaan berpuasa.’ Lalu beliau pun memakannya.”

Imam an-Nawawi dalam Syarḥ Muslim menjelaskan bahwa dalam hadis ini terdapat dalil untuk mazhab jumhur (mayoritas ulama) bahwa puasa sunnah sah dengan niat yang dilakukan di siang hari sebelum tergelincirnya matahari (sebelum waktu Zuhur).

Demikian penjelasan terkait permasalahan niat puasa yang lupa diucapkan di malam hari. Wallahua’lam.

Baca juga: 3 Hikmah Syariat Puasa dalam Surah Al-Baqarah

Previous Post

Baca Panjang Hamzah dalam Takbir Jadikan Shalat Tidak Sah, Ini Penjelasan Gus Baha

Next Post

Menelaah Ulang Larangan Potong Kuku dan Rambut Bagi Orang yang Hendak Berkurban

Thowiroh

Thowiroh

Menulis untuk keabadian. Alumni Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Next Post
Menelaah Ulang Larangan Potong Kuku dan Rambut Bagi Orang Yang Hendak Berkurban. (Ist)

Menelaah Ulang Larangan Potong Kuku dan Rambut Bagi Orang yang Hendak Berkurban

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Buka MQK 2025, Menag Dorong Eksplorasi Turats untuk Pelestarian Lingkungan
  • Erick Thohir: Sport Tourism Memiliki Peran Vital Pembangunan Bangsa
  • Menag Salurkan Bantuan ke Pesantren Al Khoziny dan Pastikan Pencegahan Kejadian Serupa
  • Buku-buku yang Pernah Dilarang di Indonesia
  • Benarkah Membaca Sastra dapat Meningkatkan Empati?

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng