Puasa merupakan salah satu ibadah utama dalam Islam yang memiliki berbagai hikmah dan manfaat. Kepala Marhalah Tsyaniah (M2) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Dr Ahmad Ubaid Hasbillah menjelaskan bahwa diantara salah satu tujuan atau hikmah dari syariat puasa yang bisa direnungi, yakni seperti dijelaskan dalam beberapa ayat dalam surah Al-Baqarah.
Menurutnya, setidaknya terdapat tiga tujuan atau hikmah puasa yang ditegaskan Allah dalam surah Al-Baqarah. Pertama, untuk meningkatkan takwa seperti yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 183:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan terkait kewajiban puasa ini telah diperintah oleh Allah bahkan kepada umat sebelum umat Nabi Muhammad sudah diberi kewajiban berpuasa dengan tujuan yang sama yakni untuk meningkatkan takwa.
Dengan takwa, setiap manusia akan menjadi pribadi yang selalu menjaga diri dari hal-hal yang tidak disukai Allah sehingga ia akan dijaga oleh Allah SWT.
Kedua, untuk menjadikan manusia pribadi yang selalu bersyukur kepada Allah sebagaimana yang disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat ke-185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” (QS.Al-Baqarah:185)
Alumni Pesantren Tebuireng yang juga Pengasuh Ma’had Al-Jami’ah Unhasy Tebuireng ini menjelaskan terkait bagaimana korelasi antara syukur dan syariat puasa? Sementara, secara umum, bersyukur atau berterimakasih biasanya dilakukan setelah diberi nikmat.
Sedangkan, secara dzohir-nya puasa adalah sesuatu yang dianggap berat karena justru harus meninggalkan sesuatu yang nikmat seperti makanan, minuman dan kenikmatan lainnya.
Para ulama menjelaskan bahwa justru hakikat syukur adalah ketika kita bisa berterimakasih pada hal-hal yang dirasa tidak begitu nikmat. Dalam hadis disebutkan:
من لم يشكر القليل لم يشكر الكثير
Artinya: “Barang siapa yang tidak bersyukur atas yang sedikit, maka ia tidak akan bersyukur atas yang banyak.”
Ketiga, untuk menjadikan manusia menjadi Ar-Rasyid, yakni pribadi yang cerdas dan mudah menemukan kebenaran atau hakikat dari setiap kondisi. Seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 186:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Artinya: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Ayat ini merupakan ayat yang berada dalam urutan ayat tentang puasa. Allah menegaskan bahwa ibadah yang harus diperbanyak ketika puasa yakni doa, dengan tujuan agar manusia bisa menjadi Ar-Rashid atau pribadi yang cerdas baik secara spiritual, intelektual dan lain-lain.
Demikian tiga tujuan atau hikmah dari syaariat puasa yang dijelaskan Dr Ahmad Ubaidi Hasbillah yang terdapat dalam surah Al-Baqarah. Wallahua’alam.
Baca juga: Menjaga Pahala Puasa: Hindari Perbuatan yang Dapat Menghapusnya