• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Kritikan yang Dilarang Menurut Gus Baha

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2025-09-01
in News
0
Kritikan yang Dilarang Menurut Gus Baha. (Ist)

Kritikan yang Dilarang Menurut Gus Baha. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menyebutkan satu hal yang memiliki kerusakan cukup besar saat ini yaitu pembunuhan karakter seseorang.

Menurut Gus Baha, pembunuhan karakter menjadi masalah serius di era modern. Terutama sejak kemunculan media sosial seperti whatsapp, instagram, facebook, tiktok dan lainnya yang membuat informasi mudah tersebar dengan cepat.

“Di era modern, yang paling bahaya itu kritik yang membunuh karakter terutama bagi yang saleh, terkadang sering melakukan hal begini tanpa terasa,”jelas Gus Baha seperti dikutip dari akun youtube PP Damaran 78 Mazroatul Ulum Official, Ahad (31/08/2025).

Gus Baha lalu menyebutkan contoh dari pembunuhan karakter, semisal ada seorang bernama Zaid yang pernah belajar di pondok. Lalu ada temannya bernama Umar mengatakan ke publik atau membunuh karakter Zaid dengan membeberkan bahwa Zaid saat di pondok terbiasa qhada shalat, hafalan sulit, dan nakal.

Umar mengatakan begitu karena ambisi ingin jadi imam masjid maka sengaja membunuh karakter Zaid. Padahal Zaid akan menjadi cahaya atau tokoh di daerahnya (sayasiru nur fiiqaumihi) karena dari daerah tertinggal. Zaid melatih masyarakat dalam bab istinja’, thaharah, melatih cara puasa, meskipun di pondok sulit hafalan dan nakal.

“Pokoknya jangan suka membunuh karakternya orang, kasihan sekali. Dampak lainnya membuat tidak laku nikah, karena ada yang iri lalu menginformasikan begini dan begini. Cuma kalau ada seseorang yang potensi menyesatkan, maka boleh disampaikan,” imbuhnya.

Gus Baha menegaskan, bisa jadi orang seperti Zaid yang dianggap Umar tidak penting dan tidak sebaik dirinya adalah rujukan atau pimpinan kaumnya dalam memahami agama Islam. Zaid yang mondok selanjutnya akan mendidik agama di daerahnya.

Sementara itu, Umar yang ingin jadi Rais Aam, imam masjid, ketua Majelis Ulama, atau apapun itu yang sifatnya bukan fardlu ain, kemudian Umar secara terbuka mengatakan Zaid suka qadha’ shalat, lalu terkena mental dan tidak percaya diri jadi tokoh agama di daerahnya setelah disebarluaskan aibnya. Sehingga selamanya tidak berani tampil di masyarakat.

Padahal sosok seperti Zaid merupakan pengajar atau calon pengajar agama yang bersifat fardlu ain. Sedangkan keinginan jadi imam masjid dari Umar bukan hal mendesak. Seandainya, orang seperti Umar tidak jadi pun masih ada orang lain. Hal serupa bisa juga terjadi pada hal lain seperti ambisi jadi pejabat negara,

“Saya peringatkan kepada yang jadi kiai atau yang shaleh, kadang-kadang malah membunuh karakter sesama orang yang berjuang di jalan Allah dan anak bangsa yang berpotensi menjadi tokoh agama,”tegas tokoh asal Rembang ini.

Contoh lain, kata Gus Baha, pembunuhan karakter seseorang terjadi menjelang pemilihan pemimpin di tingkat desa, kabupaten, hingga nasional. Bisa pemimpin organisasi Islam maupun pemerintahan.

Dampaknya, lalu ada masyarakat mengatakan bahwa yang dijatuhkan harga diri tersebut tidak sah menjadi pemimpin karena ada kiai lain yang pernah menceritakan kejelekannya. Hal ini juga alasan mazhab Sunni menolak paham takfiri, seakan menghukumi seseorang tidak dalam rahmat Allah Swt.

“Sering kali seseorang buat ukuran dengan sendirinya. Padahal dalam agama, mana yang mendesak terlebih dahulu dan dampaknya besar. Sekarang ada orang yang berjuang di daerah plosok Salatiga, masyarakatnya belum tahu apa-apa bab agamaa. Ini hal penting banget,”kata Gus Baha.

Gus Baha beralasan, larangan membunuh karakter seseorang ini karena dampaknya cukup besar dan panjang. Jika orang seperti Zaid tidak mau lagi tampil, di daerah tersebut tidak ada tokoh agamanya, tidak ada nur fii qaumihi. Ini hal yang membahayakan. Padahal hakikatnya dulu ada tokoh agama, sekarang tidak ada lagi karena dibunuh karakternya oleh tokoh lain.

“Pembunuham karakter itu tidak harus tentang zina, mengadili atau mengatakan sesuatu yang membuat orang terbunuh karakternya. Ini sudah masuk terdzolimi. Nanti pahalanya diberikan ke orang yang didzolimi. Membunuh karakter, membuat orang tidak punya masa depan,” tutup Gus Baha.

Penulis: Syarif Abdurrahman

Editor: Thowiroh

Baca juga: Baca Panjang Hamzah dalam Takbir Jadikan Shalat Tidak Sah, Ini Penjelasan Gus Baha

Previous Post

Ribuan Santri Pesantren Tebuireng Ikuti Istighosah Doakan Kedamaian Bangsa

Next Post

Ketua PCNU Jombang; Presiden harus Menenangkan Masyarakat

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Ketua PCNU Jombang; Presiden harus Menenangkan Masyarakat. Foto: Youtube PCNU Jombang.

Ketua PCNU Jombang; Presiden harus Menenangkan Masyarakat

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng