tebuireng.co – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Kiai Marzuqi Mustamar mengatakan saat ini masih ada pihak yang demi memperjuangkan ideologinya sampai menolak hingga menghilangkan hadis sahih.
Hal ini disampaikannya saat peringatan haul pendiri Pondok Pesantren Roudlotun Nasyi’in Beratkulon, Kemlagi, Mojokerto ke-34 KH Arief Hasan, Ahad (31/10/2021).
Dalam buku jejak keteladanan KH Arief Hasan dijelaskan jika ia salah satu murid Hadlratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari pada dasawarsa 1930-an selama kurun waktu 6 tahun.
“Ada hadis di Sahih Bukhari Muslim yang dihilangkan, seperti bab menjelaskan diperbolehkannya wirid dibaca keras, tertulis di kitab Fathul Bari juz 2 halaman 324 tapi mereka menafikan,” jelasnya.
Kiai Marzuqi menambahkan, kelompok model ini menganggap bid’ah haul, padahal Nabi Muhammad melakukan peringatan hari wafatnya Sayyidah Khadijah. Keterangan ini terdapat di hadis Bukhari Juz 2 halaman 370. Namun, keterangan ini tidak jadi sorotan atau diacuhkan.
“Golongan ini membahayakan kemanusiaan. Orang yang meninggal belum tentu amaliah dan ubudiahnya diterima Allah untuk itu mereka butuh bantuan doa dari orang yang masih hidup, doa lah yang mampu menolongnya,“ imbuhnya.
Pengasuh Pesantren Sabilur Rosyad Malang ini menjelaskan, kelompok yang memalsukan hadis ini sering bertindak berlebihan dan radikal. Ciri mudahnya yaitu gemar mengkafirkan golongan lain, mengharamkan wirid setelah salat, maulid Nabi Muhammad dan do’a bersama.
“Gerakan Radikalisme teroris ini membahayakan negara, keamanan, nyawa dan merusak agama jika diurut dari atas gerakan tersebut adalah proyek dari kelompok non muslim,” ungkap Kiai Marzuqi.
Dikatakan, untuk mengantisipasi gerakan ini, ia menyarankan kaum nahdliyin untuk tidak salah dalam memilih guru agama untuk keluarganya. Salah satu penyebab terbinanya ideologi radikalisme karena salah memilih guru ngaji.
“Mohon kepada Keluarga besar Pondok Pesantren Roudlotun Nasyi’in (santri, alumni, wali santri) tetap memondokkan putra-putrinya di pesantren yang berfaham Ahlussunah wal jamaah,” tegasnya.
KH Marzuqi Mustamar ingatkan kelompok penolak maulid Nabi Muhammad ini bahaya karena memiliki ideologi radikalisme. Gerakan-gerakan ini berafiliasi dengan Wahabi yang mempunyai target membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Tahun 1924 di Arab Saudi terjadi pemberontakan Wahabi, makam sahabat, ulama dan syuhada digusur sehingga kehilangan bukti sejarah, negara-negara berfaham Ahlussunah wal jamaah diperangi, Yaman, Suriah dan Libya,” tandas Kiai Marzuqi.
Jurnalis: Nur Hayati Kartini