Ketua Dewan Masyaikh Pesantren Tebuireng, KH Musta’in Syafi’ie (Kiai Ta’in) mengajak seluruh masyarakat untuk membangun solidaritas yang kuat dengan asas Ukhuwah Islamiyah. Utamanya dalam menyikapi konflik Iran-Israel. Hal tersebut sebagaimana disampaikannya dalam Khutbah Jum’at di Pesantren Tebuireng pada Jum’at, (20/06/25).
Seperti diketahui bahwa konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang masih berlanjut, dimana peristiwa ini memancing seluruh mata di dunia untuk menyorotinya. Tidak sedikit negara yang berpihak pada Iran. Demikian pula tidak sedikit yang berdiri di belakang Israel.
Selain karena dua negara ini disebut sama-sama memiliki senjata nuklir (mengutip kompas.com, Israel memiliki 90 hulu ledak, sedangkan Iran masih sebatas tuduhan tanpa bukti yang kuat akan kepemilikannya), dua negara ini dengan dominasi penduduknya yang cenderung terhadap agama tertentu menyebabkan konflik yang muncul seolah juga ada kaitannya dengan rivalitas agama.
Kiai Ta’in mengingatkan, bahwa Islam seringkali dipojokkan atas peristiwa kejahatan yang dilakukan oleh sebagian kecil oknum muslim. Ia mencontohkan, aksi teror yang dampaknya tidak sebesar genosida lebih banyak dibahas sebagai kejahatan yang tidak dapat diampuni oleh dunia.
Namun saat Israel dengan terang-terangan membantai ribuan orang penduduk Gaza, dunia diam. Sekalipun berbicara, tapi tidak sama bobotnya dengan kecaman yang dialamatkan kepada Islam.
Kaitannya dengan peristiwa yang sedang terjadi ini, lagi-lagi yang memercikkan api konflik adalah Israel itu sendiri. Namun saat dibalas oleh Iran, justru mereka merasa sebagai pihak yang paling didzalimi. “Dunia cenderung diam atas pembantaian di Palestina, tapi bicara saat Israel mulai diserang,” ungkapnya.
Dalam khutbah tersebut, Kiai Ta’in mengajak semua jama’ah mampu bersikap bijak sebagaimana garis pemikiran KH M Hasyim Asy’ari, Ia menjelaskan bahwa sikap Kiai Hasyim adalah menebarkan kedamaian. “Hadhratussyaikh adalah orang yang betul-betul Rahmatan lil ‘Alamin,” ungkapnya.
Kiai Ta’in juga menegaskan pentingnya mengokohkanUukhuwah Islamiyah yang sempurna. Untuk merajut ukhuwah yang sempurna ini, salah satu syarat utamanya dengan meninggalkan ego sektoral.
“(dalam menyikapi konflik Iran-Israel; Red) Jangan bicara syi’ah atau tidak. Tapi mereka adalah saudara kita sebagai sesama umat Islam,” tegasnya.
Adapun untuk mengimplementasikan ukhuwah tersebut, maka semuanya harus memiliki peran. Dalam hal ini, peran yang dapat dicapai tentunya sesuai kapasitas masing-masing.
Jika mampunya hanya dengan do’a, maka berdo’alah berdoalah atas nama solidaritas sebagai sesama muslim. “Tentunya kita berdo’a semoga segera damai saja. Tapi jika memang harus terpaksa berperang, maka kita harus menentukan sikap,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Fikri
Editor: Thowiroh
Baca juga: Wasiat KH Hasyim Asy’ari dan Larangan Belajar Kitab Durratun Nasihin