• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Kecerdasan Pak Nuh dan Muktamar NU

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-12-25
in Galeri, News, Tokoh
0
Kecerdasan Pak Nuh dan Muktamar NU

Kecerdasan Pak Nuh dan Muktamar NU (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kecerdasan Pak Nuh terlihat saat mengikuti dua agenda persidangan pleno penting di Muktamar NU hari Rabu dan Kamis (22-23/12). Hal ini membuat saya harus mengapresiasi kecerdasan emosional (EQ) Prof Dr M Nuh DEA (Pak Nuh).

Saat memimpin sidang pleno tatib dan sidang tabulasi AHWA, kepiawaian memimpin sidang menunjukkan bahwa ia mempunyai kemampuan sempurna untuk memahami, mengendalikan, dan mengevaluasi emosi peserta sidang.

Kemampuan untuk mengekspresikan dan mengendalikan emosi sangat penting dalam memimpin sidang. Demikian juga kemampuan untuk memahami, menafsirkan, dan menanggapi emosi orang lain.

Bayangkan sebuah pleno yang dihadiri ribuan orang dan berlangsung keras, diwarnai hujan interupsi dan teriakan keras yang membuat sidang harus diskors puluhan kali.

Penulis yakin tidak semua orang akan mampu sesabar itu menghadapi sekian banyak orang yang ngeyel, tidak bisa mau saling mengerti ketika orang lain bicara, dan berebut microphone.

Para psikolog menyebut kemampuan ini sebagai kecerdasan emosional. Beberapa ahli bahkan menyatakan bahwa kecerdasan itu lebih penting daripada IQ dalam keseluruhan kesuksesan dalam hidup.

Ketika poin pembahasan tentang keabsahan peserta sidang tatib, misalnya, sekelompok pria maju bareng di sisi kanan dan kiri panggung, saling berdebat dan ada yang saling menudingkan jari sambil mengatakan ketidak-setujuan pada pembahasan rapat pleno tersebut.

Pak Nuh tetap tenang dan berulang kali menskors sidang sambil tetap tersenyum untuk mengendalikan situasi. Ketika hujan interupsi semakin gencar, ia mendinginkan situasi dengan melakukan skors lalu turun panggung melakukan lobi kepada tokoh dua kandidat yang bersaing di arena.

Situasi pun akhirnya terkendali dengan trik, yaitu dia pending di satu bagian yang disengketakan. Sungguh tidak mudah untuk bisa memahamkan banyak orang.

Baca Juga: Pesan Gus Solah untuk Muktamar NU

Biasanya orang dengan EQ rendah akan suka berdebat tentang sesuatu yang remeh sementara menolak untuk mendengarkan apa yang orang lain katakan.

Bahkan jika Anda memberi mereka bukti bahwa mereka salah, mereka akan berargumen bahwa fakta Anda yang salah. Dalam sidang kadang ada orang yang merasa mereka harus selalu menang dengan segala cara dan merasa tidak mungkin untuk hanya “setuju untuk tidak setuju”.

Ketidakmampuan untuk mengatasi situasi bermuatan emosi dapat menjadikan sidang berakhir dengan baku hantam. Penulis melihat kesabaran dan kecerdasan Pak Nuh patut diacungi jempol.

Dengan sangat ramah dan rendah hati, ia dapat mengolah dan membelokkan emosi peserta sidang sehingga mampu menyelesaikan rapat pleno tatib yang sangat alot sampai malam hari.

Selanjutnya dalam sidang tabulasi AHWA di Unila, Kamis (23/12/2021) siang, penulis memimpin delegasi para pimpinan wilayah NU untuk menjadi saksi perhitungan suara bagi calon anggota AHWA.

Ketika memasuki ruang rapat, sebelum dimulai penghitungan suara, penulis berbicara kepada petugas persidangan agar menyetujui klausul untuk mengesampingkan usulan sejumlah PCNU yang dianggap bermasalah keabsahannya sesuai keputusan rapat pleno tatib.

Petugas persidangan yang masih berusia muda menolak dengan nada agak keras sehingga kita bersilang pendapat beberapa saat. Lalu penulis berinisiatif menelpon panitia untuk memberikan penjelasan sesuai kesepakatan sidang pleno tatib sebelumnya.

Pihak panitia persidangan tetap bersikukuh menolak untuk memisahkan berkas usulan dari PCNU yang bermasalah. Hingga hampir dua jam tidak ada titik temu karena saling ngotot.

Padahal dalam rapat pleno sebelumnya sudah disepakati untuk dipending dan diselesaikan di sidang abitrase secara terpisah. Bersyukur kemudian Pak Nuh datang dan memberikan keputusan tepat sesuai keputusan pleno sehingga penghitungan dapat segera dimulai.

Bahkan Pak Nuh memimpin sendiri proses awal pembukaan kotak suara dengan sangat santun dan melegakan semua pihak. Sampai penulis berkelakar, “masak untuk buka kotak suara saja perlu bantuan Profesor Nuh“.

Alhamdulillah, segera kemudian rapat tabulasi rekap suara AHWA dimulai dan berlangsung lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Menghasilkan data yang valid secara manual.

Usai penghitungan manual, ada sedikit masalah karena panitia sidang telat menyiapkan semua form berita acara. Para saksi harus sabar lama sekali menunggu untuk bertanda tangan sampai Paspampres datang mengosongkan ruang sidang.

Penulis keukeuh bertahan di dalam ruangan tidak mau keluar karena bermaksud menjaga agar pengetikan tabulasi sesuai data. Sampai sidang dibuka kembali, data tetap belum tersedia secara fisik sehingga perlu skors lagi menunggu.

Karena dirasa terlalu lama maka Pak Nuh kemudian meminta ditampilkan segera ditampilkan di layar saja. Eh lagi-lagi panitia agak berbelit tidak langsung kepada data akhir.

Penulis sudah berdiri siap meminta interupsi. Sekilas Pak Nuh menoleh dan langsung meminta data akhir yang sesuai dengan rekap yang penulis kirim WA ke Pak Nuh dan keluarlah data yang dimaksud sesuai rekap saksi.

Berkat kecerdasan Pak Nuh semua peserta sidang menjadi puas dan merasa senang. Maturnuwun Pak Nuh, semoga panjang umur, senantiasa diberi kesehatan dan kekuatan untuk terus berkhidmat di NU. Amin.

Lampung, 24 Desember 2021.

Penulis: DR H Ahmad Fahrur Rozi. Penulis adalah Wakil Ketua PWNU Jatim, Pengasuh PP ANNUR 1 Bululawang Malang

Tags: Gus SholahHadratussyaikhKH. M. Hasyim Asy’ariMuktamar ke-34Nahdlatul UlamaPak NuhSantri
Previous Post

Gus Yahya Jadi Ketum PBNU, Ini Kata Gus Hans

Next Post

Kebersahajaan KH Said Aqil Siradj

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Jelang Muktamar ke-34 NU, Kiai Said Dapat Dukungan Tebuireng

Kebersahajaan KH Said Aqil Siradj

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng