Beberapa tahun kemarin, pertama kali masuk pada salah satu ruangan yang ada di kompleks pondok induk Pesantren Tebuireng saya menemukan foto KH Yusuf Hasyim yang dipajang di dinding. Dalam foto tersebut tertulis kalimat (jika tidak salah), “Kalau ingin tahu karakter seseorang, lihatlah cara dia saat makan.”
Peletakan foto tersebut, saya kira sangat tepat karena diletakkan di ruang makan pengurus pondok putra dan sebagian karyawan yang bekerja di lingkungan pondok putra.
Tidak lama dari itu, melalui status-status Facebook yang ditulis oleh Kiai Faizi, saya menemukan cara lain dalam upaya mengetahui karakter seseorang. Menurut Kiai Faizi, untuk mengetahui karakter seseorang cukup lihat bagaimana saat dia berkendara di jalan. Sebab, di jalan, terdapat hak diri kita dan hak orang lain. Demikian pula terdapat kewajiban kita dan kewajiban orang lain yang harus ditunaikan.
Apabila di jalan kita suka sembarangan, suka merampas hak orang lain, dan tidak mengindahkan peraturan lalu lintas. Kemungkinan besar, dalam keseharian kita juga seperti itu adanya.
Bersamaan dengan itu, kita juga tahu bahwa memenuhi hak diri sendiri lebih sering kita prioritaskan. Bahkan, dalam keadaan tertentu hak tersebut didapatkan sekalipun dengan cara merebut, melanggar aturan, atau merusak.
Tulisan ini hendak mengulat (mengulas singkat) buku yang ditulis oleh Kiai Faizi dengan judul Tirakat Jalanan.
Kiai Faizi merupakan pengasuh pesantren, sastrawan, pemerhati transportasi, pemerhati seni musik, juga pemerhati isu-isu sosial. Namun yang lebih kental pada dirinya adalah sosok Kiai dan Sastrawan itu. Dari tangan emasnya, lahir salah satu buku seperti yang telah disebutkan di atas yang membahas tentang kehidupan di jalan raya dari segi Syari’at (aqidah, fiqih, dan tasawuf).
Buku tersebut merupakan bentuk lain dari buku-buku sebelumnya yang juga membahas tentang perjalanan. Jika buku sebelumnya berisi catatan perjalanan, buku ini berisi seputar refleksi kehidupan di jalan dengan perspektif Syari’at.
Dalam pengantar buku, dan juga dalam salah satu forum bedah buku ini Kiai Faizi mengatakan, bahwa kaidah-kaidah fiqih banyak menghiasi analisisnya terhadap fenomena sosial yang terjadi di jalan.
Buku mungil ini menawarkan cara pandang yang unik. Di mana Anda bisa mengetahui, bahwa dengan melanggar aturan lalu lintas juga berpotensi kufur, haram, dan amoral.
Kufur karena tidak bersyukur atas hidup yang diberikan. Haram karena mengambil hak orang lain atau melanggar pemerintah, dimana agama menuntut kita patuh pemerintah selagi tidak dalam rangka mendzalimi. Dan, amoral karena mempertunjukkan ketidak beretikaan kita di mata orang banyak secara terang-terangan.
Kebayang nggak sih kalau tindakan kita berkendara dapat berdampak pada kualitas keberagaman dan nilai moral kita sebagai manusia? Kalau kebayang, syukurlah. Kalau tidak kebayang, ya ayo segera dibayangkan atau direnungkan, lalu kemudian sadar.
Ini juga yang menjadi alasan mengapa buku ini diberi judul Tirakat Jalanan. Yaitu, karena orang-orang sudah terbiasa berkendara dengan tidak semestinya. Sehingga saat ada yang berkendara sebagaimana mestinya, lantas disebut sedang tirakat.
Selain itu, buku ini juga menyadarkan pembaca tentang kekeliruan pemahaman dalam menggunakan fitur-fitur kendaraan. Seperti klakson yang sebaiknya digunakan saat darurat saja.
Artinya, jika dalam kecepatan tinggi dan hendak menghindari kecelakaan karena ada gangguan di depan, selagi bisa dengan cara menghindar baik dengan menginjak rem atau membelokkan setir, ya jangan bunyikan klakson. Sebab itu berpotensi mengganggu. Atau bahkan arogan.
Demikian pula dengan lampu hazzard atau lampu double sein yang dihidupkan dengan memencet tombol segitiga di mobil. Ia hanya layak dihidupkan saat memarkir mobil di pinggir jalan yang sebagian badannya memakan jalan. Bukan saat hendak jalan lurus di suatu perempatan.
Meski tergolong cukup tipis hanya 158 halaman untuk membahas banyak sudut dalam menemukan karakter seseorang di jalanan, Namun buku ini sangat baik dibaca oleh semua orang utamanya oleh para santri. Sebab selain mereka adalah pengguna jalan dan kendaraan, santri juga memiliki kehidupan yang kental dengan nilai-nilai agama.
Judul buku: Tirakat Jalanan
Penulis: M. Faizi
Penerbit: DIVA Press
Tahun terbit: 2024
ISBN: –
Halaman: 158
Resensator: Ahmad Fikri
Editor: Thowiroh