• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Harapan Pada Buya Arrazy Hasyim

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-04-14
in Keislaman, Tasawuf, Tokoh
0
Harapan Pada Buya Arrazy Hasyim

Harapan Pada Buya Arrazy Hasyim (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Harapan pada Buya Arrazy Hasyim. Pertama kali saya mengenalnya ketika dia mengambil kelas ushul fikih yang saya ampu bersama Prof Said Agil Husain Al-Munawwar di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.

Waktu itu dia sedang studi program doktor di sana. Beberapa kali saya masuk ke kelasnya. Kesan saya, dia memiliki penguasaan literatur keislaman yang cukup baik terutama di bidang hadis dan kalam.

Ketika sudah lulus, saya dikasi disertasinya yang sudah diterbitkan. Saya pernah ngobrol agak lama ketika yang bersangkutan masih menjadi dosen luar biasa di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta.

[bctt tweet=”Harapan Pada Buya Arrazy Hasyim” username=””]

Saat itu, saya baru tahu bahwa dia juga sedang menekuni ilmu tasawuf. Sejauh yang saya ketahui, tak terlihat ada keganjilan dalam pemikiran keislamannya.

Semuanya masih dalam ruang yang dibolehkan berselisih pendapat (فى مجال الاختلاف). Jika belakangan dia tampak kontroversial, itu salah satunya karena materi pengajian terbatasnya tersiar ke publik luas melalui media sosial.

Materi yang seharusnya hanya dikonsumsi secara terbatas di ribathnya bocor ke luar. Saya berharap, setelah kontroversinya mereda, Buya Arrazy Hasyim menempuh cara seperti Al-Imam Junaid Al-Baghdadi dan Al-Imam Al-Ghazali: membagi materi kajian ke dalam dua bagian– materi pengajian umum untuk publik umum dan materi kajian khusus untuk kalangan khusus.

Buya Arrazy Hasyim menyebut bahwa kritik terhadapnya mulai masif sejak ia mengisi kajian Isra’ dan Mikraj di Kementerian Agama pada 28 Februari 2022. Menurutnya, sejak itu mulai banyak kritik, bahkan tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya.

Baca Juga: Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

Menurut Buya Arrazy Hasyim, ini ada kaitannya dengan trend politisasi agama yang senang naik di Indonesia belakangan ini. Di Indonesia, politisasi agama sudah “gawat”.

“Dulu saya kajian, bapak-bapak sekalian, soal makrifatur ruh, tidak ada yang protes. Giliran saya ngisi di Kemenag, dicari-cari kesalahan saya. Oh, kayaknya memang ada yang gak seneng kita buka ilmu ini,”jelasnya seperti dikutip dari youtube Ribath Nouraniyah, Kamis (14/4/2022).

Sekalipun mendapatkan kritik dan tuduhan yang beraneka macam, ia mengingatkan jamaahnya untuk tidak membalas.

“Jadi antum tidak usah balas-balas ya. Biarin aja ya. Jadi gak usah khawatir,” pintanya.

Menurut Buya Arrazy Hasyim, ada beberapa hal yang dipersangkakan kepada dirinya. Terutama ia dituduh menetapkan seorang figur tertentu sebagai Wali Ghauts atau Al-Mahdi.

“Saya kemudian diperkarakan masalah Al-Ghauts, Al-Mahdi. Antum coba cek, apakah saya pernah me-nash-kan menyebutkan Al-Mahdi seseorang. Ada tidak dalam kajian saya. Pak Hasyim, ikut saya kan selama ini. Ini kemana-mana ikut saya ngaji. Ke puncak juga ikut. Pernahkah tidak saya mengatakan Al-Ghauts Al-Mahdi si fulan? Pernah gak, gak ada. Justru saya mencintai seluruh ahlul bait. Karena saya khawatir nanti dari keluarga mereka keluar al-mahdi,” bebernya.

Ia menegaskan bahwa persoalan “ismu ruh”, bukan masalah akidah. Tidak percaya juga tidak apa-apa. Seperti dalam persoalan kalam dan fikih, dalam pembahasan tentang tasawuf juga tidak lepas dari persoalan khilafiyah atau perbedaan pendapat.

Buya Arrazy Hasyim juga menjelaskan bahwa pada mulanya, ia juga inkar dengan konsep ismu ruh ini. Namun, perlahan ia mempelajarinya baik dari gurunya maupun dari literatur kitab-kitab tasawuf.

“Saya pernah berdoa, Ya Allah pertemukan saya dengan waliyullah. Ada waliyullah aslinya Jakarta, tapi ketemunya di Uzbekistan. Dada saya ditunjuk, kamu punya sirr dalam dirimu. Sirr mu itu ada ruh di dalamnya. Ruh kenal dengan ruh. Sirr kenal dengan sirr,” tandasnya.

Ayo, tetap semangat!

Harapan pada Buya Arrazy Hasyim ini disarikan dari tulisan Abdul Moqsith Ghazali

Kamis, 7 April 2022

Salam

Tags: Buya Arrazy HasyimIsmu RuhMoqsith Ghazali
Previous Post

Ade Armando, Diantara Kekerasan Fisik dan Naratif

Next Post

Ratusan Jamaah Palestina Diserang Usai Subuhan

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Ratusan Jamaah Palestina Diserang Usai Subuhan

Ratusan Jamaah Palestina Diserang Usai Subuhan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil
  • Gus Ulil Sebut Platform X sebagai Medan Penting dalam Perang Narasi Global

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng