Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan bahwa menjadi santri merupakan upaya untuk menjaga pintu agama sebagai jalan yang benar dalam melaksanakannya. Hal tersebut sebagaimana disampaikan dalam acara Lirboyo Bersholawat dalam rangka Mensyukuri Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur pada Senin (20/10/2025).
Di hadapan ribuan santri dan jamaah, Gus Yahya menegaskan kembali bahwa menjadi santri merupakan pilihan terbaik yang seharusnya dibanggakan. Bahwa belajar pada para ulama merupakan salah satu cara untuk melaksanakan agama islam yang benar sebagaimana dicontohkan oleh Nabi.
“ Kita semua telah memilih menjadi santri. Sebuah pilihan sadar untuk menapaki jalan ilmu dan kebenaran. Sebab menjadi santri bukan sekadar status, tetapi jalan hidup untuk melaksanakan ajaran Islam dari sumber yang benar,” ungkapnya.
Menurutnya, menjadi santri berarti berkomitmen menjaga sanad keilmuan yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ memalui para ulama. Pandangan ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, bahwa para ulama merupakan pewaris ilmu kenabian, penjaga kemurnian ajaran Islam, dan pelanjut perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan agama yang lurus.
Gus Yahya menjelaskan bahwa para ulama merupakan pintu ilmu. Karena itu, sudah seharusnya seseorang memasuki rumah melalui pintunya, jika tidak maka ia akan disebut sebagai pencuri. Begitu pula dalam memahami agama, seseorang harus menempuh jalan para ulama, bukan menempuh jalan pintas tanpa bimbingan mereka.
“Kita memilih menjadi santri karena kita ingin memasuki agama dari pintu yang benar,” ujarnya.
Pentingnya melaksanakan agama dengan benar-benar melalui pintu yang benar juga sebagaimana disebutkan dalam hadis:
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
“Ilmu agama ini adalah bagian dari agama itu sendiri, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.”
“Menjadi santri berarti meyakini bahwa para mashayikh adalah pintu ilmu dan dari merekalah kita belajar dan mewarisi ajaran Islam yang bersambung langsung dari Nabi, tanpa perubahan dan tanpa penyelewengan,” sambung Gus Yahya
Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya juga mengajak para santri untuk tidak patah semangat dan menyesal telah memilih menjadi santri meskipun juga tidak sedikit orang yang menghina dan mencemoh pesantren, santri dan kiai. Ia mengutip ayat
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik membencinya.” (QS. At-Taubah: 33)
Janji Allah ini menjadi penguat keyakinan bahwa ajaran yang benar, sebagaimana diajarkan para ulama, akan tetap berjaya hingga akhir zaman.