tebuireng.co – Merenung ulang ceramah Ustaz Ararzy Hasyim adalah tulisan Abdul Wahab Ahmad. Ia seorang peneliti di Aswaja NU Center Jawa Timur dan sekaligus dosen yang akrab disapa sebagai Gus Wahab.
Ia adalah penulis muda yang konsen dalam bidang ilmu kalam dan fikih. Tulisannya banyak diterbitkan di NU Online dan tersebar di media sosial, utamanya Facebook. Di bawah ini adalah tulisannya:
Sebelumnya, saya yakin Ustaz Arrazy adalah orang baik, jadi jangan anggap tulisan saya ini seolah menganggap beliau tidak baik atau hanya untuk memburuk-burukkan seorang tokoh.
Hanya saja beliau adalah manusia biasa yang sewajarnya melakukan kesalahan, seperti juga saya dan para pembaca semua. Adalah wajar bila kritik ilmiah disampaikan ketika ada pernyataan keliru yang berkonsekuensi sangat serius, dari siapa pun itu, termasuk andai itu muncul dari saya sendiri. Itulah perlunya merenung ulang ceramah Ustaz Arrazy.
Secara umum, ceramah-ceramah beliau terdahulu isinya baik dan insya Allah pahalanya sangat besar. Namun ada beberapa statemen yang saya rasa sangat serius sehingga perlu merenung ulang ceramah Ustaz Arrazy dan ditanyakan validitasnya.
Saya ambil salah satu video yang beredar di media sosial yang tentunya memang untuk dikonsumsi publik. Karena itu, sanggahan ini juga tidak perlu saya sembunyikan. Justru materi yang disebar ke publik sepatutnya disanggah di depan publik pula sehingga tidak ada misinformasi yang dikonsumsi khalayak.
Berikut ini hal-hal yang sepatutnya direnungkan dari video ini, saya buat dalam beberapa poin:
1. Pada detik ke 50, dia mengatakan “artinya nama itu tidak kekal”.
Betul, nama memang tidak kekal dan tidak ada yang menganggap bahwa nama seseorang kekal. Jangankan namanya, orangnya pun tidak kekal.
Hanya saja bila menganggap bahwa nama sewaktu di dunia tidak berlaku di akhirat, maka bagaimana dengan beberapa pernyataan Nabi Muhammad sendiri yang menyatakan bahwa seseorang dipanggil dengan namanya dan nama ayahnya?
Saya sudah membuat tulisan khusus tentang ini sebelumnya yang berjudul “Dengan Nama Apa Kita Dipanggil Di Akhirat?”.
Berikut linknya: https://www.facebook.com/wahabjember/posts/10209663558301943. Apakah semua penuturan Nabi Muhammad itu akan kita kesampingkan begitu saja demi perkataan ustadz ini? Ini yang patut kita renungkan.
2. Pada menit 01:37 dia mengatakan: “Nama ini itu kalau boleh disebut nama meminta supaya nama kita nanti masuk daftar orang yang Nabi beri syafaat di padang mahsyar. Itu hakikatnya”.
Ini adalah persoalan yang paling serius, sehinga merenung ulang ceramah Ustaz Arrazy dirasa penting dalam bab ini. Peristiwa yang disinggung ini oleh para ulama disebut sebagai Syafa’at Udzma atau syafaat paling besar yang diberikan secara umum yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain selain Nabi Muhammad.
Berikut ini adalah salah satu redaksi hadis yang menceritakan perihal ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِلَحْمٍ فَرُفِعَ إِلَيْهِ الذِّرَاعُ، وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ فَنَهَشَ مِنْهَا نَهْشَةً، ثُمَّ قَالَ: ” أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَهَلْ تَدْرُونَ مِمَّ ذَلِكَ؟ يَجْمَعُ اللَّهُ النَّاسَ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، يُسْمِعُهُمُ الدَّاعِي وَيَنْفُذُهُمُ البَصَرُ، وَتَدْنُو الشَّمْسُ، فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنَ الغَمِّ وَالكَرْبِ مَا لَا يُطِيقُونَ وَلَا يَحْتَمِلُونَ، فَيَقُولُ النَّاسُ: أَلَا تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ، أَلَا تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ؟ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ: عَلَيْكُمْ بِآدَمَ، فَيَأْتُونَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَيَقُولُونَ لَهُ: أَنْتَ أَبُو البَشَرِ، خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ، وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ، وَأَمَرَ المَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ، أَلَا تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ آدَمُ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ قَدْ نَهَانِي عَنِ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ، فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ: يَا نُوحُ، إِنَّكَ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ، وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُهَا عَلَى قَوْمِي، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ، فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ: يَا إِبْرَاهِيمُ أَنْتَ نَبِيُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ، فَيَقُولُ لَهُمْ : إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنِّي قَدْ كُنْتُ كَذَبْتُ ثَلَاثَ كَذِبَاتٍ – فَذَكَرَهُنَّ أَبُو حَيَّانَ فِي الحَدِيثِ – نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى فَيَأْتُونَ، مُوسَى فَيَقُولُونَ: يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ، فَضَّلَكَ اللَّهُ بِرِسَالَتِهِ وَبِكَلَامِهِ عَلَى النَّاسِ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنِّي قَدْ قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، فَيَأْتُونَ عِيسَى، فَيَقُولُونَ: يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِي المَهْدِ صَبِيًّا، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُولُ عِيسَى: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ قَطُّ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَلَمْ يَذْكُرْ ذَنْبًا، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ، فَيَأْتُونَ مُحَمَّدًا فَيَقُولُونَ: يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتِمُ الأَنْبِيَاءِ، وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ، فَأَنْطَلِقُ فَآتِي تَحْتَ العَرْشِ، فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّي عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا، لَمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ قَبْلِي، ثُمَّ يُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي، فَأَقُولُ: أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنَ البَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ، ثُمَّ قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ مَا بَيْنَ المِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الجَنَّةِ، كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَحِمْيَرَ – أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى – ” (بخاري)
Maaf saya tidak sempat menerjemah hadis panjang ini namun saya kira isinya sangat masyhur dan sudah sering diceritakan di mimbar-mimbar ceramah. Dari hadis itu ada beberapa poin yang bisa kita catat dan renungkan:
a. Nabi Muhammad memulai keterangan dengan menyebut أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ القِيَامَةِ (Aku adalah pemimpin seluruh manusia di hari kiamat).
Kemudian beliau menyatakan: يَجْمَعُ اللَّهُ النَّاسَ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ (Allah mengumpulkan generasi awal dan generasi belakangan). Dari dua kalimat di atas kita tahu betul bahwa yang berkumpul di padang mahsyar saat itu adalah seluruh manusia sejak masa Nabi Adam hingga kiamat.
Mereka semua kesusahan sehingga memohon syafaat pada para nabi tetapi yang bisa memberikan syafaat hanyalah Nabi Muhammad. Sebagian ulama menyebutkan bahwa yang memohon syafaat hanyalah mereka yang beriman saja.
Diberikan pada siapa syafaat itu? Tentu pada semuanya sehingga beliau menyebut dirinya sebagai pemimpin umat manusia tanpa pengecualian. Lalu dari mana Ustaz Arrazy berkata bahwa pentingnya nama ruh adalah agar “nanti masuk daftar orang yang Nabi Muhammad beri syafaat di padang mahsyar”?
Mulai kapan syafaat udzma dibatasi dengan nama ruh? Apakah sayyidunnas (pemimpin umat manusia) di situ maksudnya hanyalah pemimpin kelompok yang mengajarkan nama ruh?
Dari hadis yang mana kesimpulan baru dan aneh ini? Apa mungkin hal sepenting mendapat syafaat di padang mahsyar ini tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad?
Baca Juga: Rahasia Nama Buya Arrazy Hasyim
Adakah ulama muktabar di masa lalu yang mengajarkan pengetahuan baru yang setahu saya tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad ini? Ini pertanyaan yang wajib dijawab sebab serius sekali implikasi ajaran baru ini.
b. Dalam hadis tersebut kita bisa membaca dengan jelas nama-nama Nabi tetap seperti nama dunia mereka. Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan terakhir Nabi Muhammad adalah nama yang dipakai di dunia dan nama yang juga dipakai saat itu di akhirat.
Nabi Isa menyebut nama Nabi Muhammad sebagai “Muhammad”, bukan Ahmad atau nama beliau yang lain. Umat manusia saat itu juga menyebut “Ya Muhammad”, bukan “ya Ahmad” atau lainnya yang dalam video Ustaz Arrazy lainnya disebut sebagai nama ruh.
Dari sini tentu kita perlu merenung kembali dari mana doktrin tentang nama ruh yang dianggap maha penting ini?3. Pada menit ke 02:13, setelah menjelaskan bahwa yang berhak memberi syafaat di padang mahsyar adalah Nabi Muhammad saja, tiba-tiba secara ajaib Ustaz Arrazy mengatakan:
“Dan hak memberi syafaat itu hanya ada pada Nabi dan al-Ghauts fi akhiriz zaman. Imam Mahdi lah zaman kita ini imam Mahdi”.
Dari mana sumber munculnya tokoh al-Ghauts alias Imam Mahdi ini? Di hadis tersebut di atas dan hadis-hadis lain sama sekali tidak ada secuil pun penyebutan tokoh ini terlibat dalam pemberian syafaat udzma di padang mahsyar.
Yang ada hanya Nabi Muhammad saja yang kemudian dalam tafsir Surat al-Isra’: 79 disebutkan sebagai pemilik “Maqaman mahmuda” (Kedudukan yang terpuji).
Di kitab hadis, di kitab tafsir mau pun seluruh kitab muktabar lainnya semua ulama sepakat bahwa kedudukan spesial “Maqaman mahmuda” ini hanya dimiliki oleh Nabi Muhammad.
Lalu dari mana munculnya klaim orang kedua yang menjadi sekutu Nabi Muhammad ini? Saya mencoba melupakan video lainnya yang mengesankan bahwa dia, Arrazy, sudah pernah bertemu Ghauts ini dan membuang jauh keterangan beberapa orang yang menyebut bahwa si Ghauts yang dimaksud adalah seorang WNI yang masih hidup sekarang.
Anggap saja semua info yang menggelitik ini tidak ada dan fokus saja pada pertanyaan di atas agar tidak melebar.4. Pada menit 03:48, dia berkata bahwa rujukannya adalah “al-qismul khamis dari kitab al-Ghunyah”.
Kitab ini adalah kitab yang dinisbatkan pada Syaikh Abdul Qadir al-Jilani. Namun apakah keterangan baru sepanjang itu disebutkan di kitab itu? Sama sekali tidak. Yang disebut di sana hanya sebaris kalimat pendek sebagai berikut:
ويلقب بألقاب يتميز بها بين أحباب الله تعالى، فيدخل في خواص الله، ويسمى بأسماء لا يعلمها إلا الله
“Allah memberi gelar dengan gelar-gelar yang menjadikannya istimewa di antara para kekasih Allah Ta’ala. Karenanya, dia masuk dalam golongan orang-orang khusus di sisi Allah. Dia juga diberi nama-nama yang hanya Allah yang mengetahuinya.” (al-Ghunyah, 2/270)
Bila Anda membaca kutipan itu secara objektif, tentu anda tahu bahwa tidak ada hubungannya kutipan itu dengan penjelasan aneh-aneh yang disebutkan di atas bahwa nama ruh itu adalah kunci untuk menerima syafaat, bahwa nama dunia tidak berlaku, bahwa yang tahu adalah ghauts dan seterusnya.
Keterangan Syaikh Abdul Qadir itu hanyalah menyebutkan bahwa para wali akan diberi gelar istimewa dan nama-nama khusus sebagai penghargaan baginya. Yang memberi pun adalah Allah dan yang mengetahuinya juga hanya Allah.
Itu kata Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sendiri. Adapun sisipan keterangan tentang ghauts itu hanyalah keterangan pribadi Ustaz Arrazy yang tentu saja tidak bisa dinisbatkan pada Syaikh Abdul Qadir sebab beliau tidak mengatakan itu.
Baca Juga: Santri Mandiri Ekonomi
Jadi tidak berdasar sama sekali bila kitab tersebut dibawa-bawa sebagai rujukan.Andai saja dia sekedar mau mengatakan bahwa para wali diberi nama lain oleh Allah, maka itu bisa-bisa saja asalkan dia berhenti di titik itu, seperti halnya Syaih Abdul Qadir juga berhenti di sana.
Namun masalahnya ustaz yang sering disebut Buya ini menjelaskan banyak hal yang jauh dari ketengan Syaikh Abdul Qadir dan sayangnya sepanjang penelusuran saya keterangannya bertentangan dengan pernyataan Nabi Muhammad. Itulah kenapa merenung ulang ceramah Ustaz Arrazy ini perlu.
Bila ternyata saya yang terbukti kurang membaca sehingga melewatkan hadisnya, maka saya akan gembira dan berterima kasih pada yang bisa memberitahukannya.
Namun bila memang tidak berdasar, maka seharusnya ajaran tersebut segera disudahi agar tidak menyesatkan.Ini baru satu video, masih banyak video lain yang membuat kita bertanya-tanya.
Namun saya kira ini sudah memberikan gambaran jelas. Semoga tidak ada yang menjawab tulisan ini dengan jawaban khas ala aliran sesat seperti:
“Ah kamu masih terhijab”, “levelmu belum sampai”, “kamu kan orang syariat tidak paham hakikat” atau “bahasa syariat memang berbeda dengan hakikat”.
Jawaban semacam itu hanya mengesankan bahwa ajaran Ustaz Arrazy sama seperti aliran sesat. Bila ada yang hendak menjawab, maka silakan jawab seluruh poin ini dengan jawaban ilmiah seperti yang dilakukan para ulama sufi yang muktabar ketika ajarannya dipertanyakan. Semoga bermanfaat.
Penulis: Abdul Wahab Ahmad
Mungkin anda salah faham ustadz, coba tabayyun biar tidak ada kesalahfahaman. Tabayyun lebih baik daripada menulis sesuatu yg tulisanx sendiri banyak bertanya tanya.
Daripada bertanya tanya kan mending tabayyun lebih pasti kebenarannya.