• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Mengelola NU Harusnya Generasi Melek Teknologi

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-10-24
in Gus Ipang, News
0
Muktamar NU Bukan Pilpres

Foto Munas dan Konber NU tahun 2021 (NU Online)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Gus Ipang atau Irfan Asy’ari Sudirman Wahid meminta pengurus Nahdlatul Ulama (NU) pasca muktamar ke-34 di Lampung untuk merangkul generasi muda mengelola NU karena melek digital.

Hal ini dikarenakan zaman maju begitu cepat. Sehingga dibutuhkan pihak yang tidak gagap teknologi dan tanggap pada perubahan. Penguasa zaman adalah penguasa teknologi digital.

“Muktamar akan terlaksana dalam waktu dekat. Saya dihubungi oleh dua kandidat yang siap maju pada muktamar untuk membantu mereka. Saya membagikan pemikiran kepada mereka. Ke depan NU harus dipimpin oleh yang muda-muda,” jelasnya dalam webinar nasional virtual di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng, Ahad (24/10).

Menurutnya, ide yang ia sampaikan bukanlah hal yang sulit. Karena ciri khas NU terbuka pada perubahan zaman dan pemikirannya lebih moderat. Hal ini juga yang membuat interaksi dan komunikasi dunia Islam menjadi lebih mudah bersama NU.

Ke depan katanya, tantangan terbesar warga NU adalah menanggalkan kebanggaan tentang NU-nya. Jadi NU bukannya untuk menumpang hidup, menjadi lebih bermanfaat.

Generasi muda yang memiliki waktu, semangat dan kecakapan sangat dibutuhkan dalam mengelola NU.

Ke depan adalah eranya milineal, tranformasi digital, kewirausahaan, memberikan manfaat sebanyak-banyaknya, maka kita harus melibatkan mereka. Ini tantangan terbesar NU. Itu saya sampai kan kedua calon, Kiai Said dan Gus Yahya,” imbuh putra dari KH Salahuddin Wahid ini.

Gus Ipang menjelaskan, pemikirannya ini terinspirasi dari garis besar value yang dipegang Kiai M Hasyim Asy’ari yang memiliki visi yang besar. Cara dakwahnya yang out of the box. Cara berdakwah Kiai Hasyim juga toleran, mengayomi, komunikatif, dan cinta negara.

“Penting sekali kita warga NU melek digital. Dakwah sekarang, dakwah digital. Kita paham digital, maka kita bisa melakukan yang kita mau. Di dunia digital bisa dilihat jutaan orang,” ujarnya.

Gus Ipang mengaku sudah mulai melakukan transformasi digital di NU lewat aplikasi kartanu. Dalam aplikasi tersebut bisa melakukan berbagai transaksi seperti beli pulsa dan voucher listrik.

“Kita memiliki sekitar 90 juta jama’ah.  NU hari ini sudah mendunia, ada 30 cabang istimewa. Ormas terbesar di dunia. Ada 5. 450 MWC dan 150 perguruan tinggi. Ini potensi yang harus dirawat,” ungkapnya.

Secara garis besar, menurut Gus Ipang ada tiga warisan KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang perlu dijaga secara konsisten. Pertama yaitu Pesantren Tebuireng, Nahdlatul Ulama dan karya tulis.

Jika melihat fakta sejarah berdirinya Pesantren Tebuireng, lokasi pesantren ini bukanlah tempat ideal. Karena di kelilingi yang sangat minim sekali mengenal agama, kemaksiatan merajalela dan meskipun begitu KH Hasyim berinisiatif membangun pesantren karena tidak ada yang dakwah di sana.

Kiai Hasyim mengajak masyarakat mencintai Islam disertai mencintai Indonesia. Ini yang diwariskan Kiai Hasyim. Selain melek digital, Gus Ipang juga meminta NU tidak melupakan ekonomi.

Kemapanan ekonomi akan satu tarikan nafas dengan pengelolaan potensi umat yang serius. Cinta kepada Agama, vertical kepada Allah dan horizontal kepada manusia.

Guna melanjutkan dan mengembangkan nilai tersebut, Gus Ipang bekerja sama dengan banyak pihak untuk membangun “omah asa”.  Di mana di dalamnya membahas tetang kebudayaan, ekonomi dan lain” yang berbasis moderasi agama.

Targernya adalah masyarakat yang belum mau bergerak dan tidak memiliki motivasi serta rencana apapun ke depannya.

“Ekonomi benar-benar dijaga dan diurus secara serius. Jangan terlalu sibuk mengurusi politik pribadi. Kita berpikir jauh-jauh ke depan. Alhamdulillah keduanya calon ketua NU menerima pemikiran saya,” tandasnya.

Tags: Gus DurGus IpangGus Sholahmelek teknologiNahdlatul UlamaSantri
Previous Post

Menteri Agama RI 2014-2019: Jangan Berlebihan

Next Post

Kementerian Agama Menurut Gus Sholah

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Kantor Kementerian Agama RI di Jakarta tampak depan

Kementerian Agama Menurut Gus Sholah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng