Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar secara resmi membuka event Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Nasional Ke-8 dan MQK Internasional Ke-1 bertema Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian dengan Kitab Turats yang dilaksanakan di Pondok Pesantren As’adiyah, Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025).
Menurut Menag, eksplorasi turats terkait pelestarian lingkungan menjadi bagian penting sebagai salah satu kontribusi pesantren untuk dunia. Seperti yang diketahui bahwa lingkungan yang sehat dan iklim yang stabil memiliki potensi besar terhadap kesehatan dan keberlangsungan hidup manusia.
Oleh karenanya, dalam event internasional tersebut, ia mengajak para peserta untuk mendalami turats guna menjadi solusi yang bisa menjawab tantangan zaman utamanya terkait perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang rawan terjadi.
“Mari kita mengeksplorasi ajaran turats tentang lingkungan,” ajak Menag Nasaruddin.
Event MQK tahunan ini menjadi lebih spesial karena para peserta tidak hanya berkompetisi di tingkat nasional tetapi juga yang pertama kali diadakan hingga tingkat internasional. Hal ini menjadi ajang para peserta untuk bertukar ilmu, silaturahmi dan memperbanyak relasi.
Selain itu, Kegiatan tersebut juga menjadi momentum penting untuk memperkenalkan sejarah, budaya, dan tradisi keilmuan pesantren Indonesia kepada dunia internasional.
Beberapa negara yang mengikuti ajang MQK 2025 ini yakni Myanmar, Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam. Sejak tanggal 30 September lalu, para kafilah dari negara tersebut sudah berdatangan di bumi Anging Mammiri.
Event ini akan berlangsung selama enam hari mulai dari tanggal 2-7 Oktober 2025 dengan beberapa rangkaian acara seperti seperti Pramuka Santri, Expo Kemandirian Pesantren di Lapangan Merdeka, Halaqah Internasional di Macanang, dan Gerakan Ekoteologi di Pesantren.
Menurut Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pendidikan Al-Qur’an Direktorat Pesantren Kemenag RI, Azis Syafiuddin menjelaskan bahwa event MQK ini menjadi bukti bahwa pesantren di Indonesia telah menjadi pusat perhatian dunia.
Hal ini sekaligus membuktikan pada dunia bahwa kitab kuning bukan hanya sekadar teks yang acap terlihat kuno akan tetapi merupakan warisan keilmuan yang bisa dikaji dan menjadi solusi atas tantangan zaman.
Baca juga: Menag Ungkap Tiga Isu Penting dalam Dunia Pendidikan