Generasi Z atau dikenal dengan sebutan Genzi rentan sekali mengalami masalah kesehatan mental. salah satu penyebab utamanya adalah tingkat overthingking yang begitu tinggi.
Pembahasan overthingking seringkali dikeruncutkan pada pembahasan mental health (kesehatan mental). biasanya mereka akan berselancar di internet mencari quotes yang relate dengan kondisinya. Ironisnya, tak jarang mereka akan mencari pembenaran atas tindakannya melalui quotes yang mungkin mereka sendiri tidak tahu asal usul dan konteks yang melingkupi lahirnya quotes tersebut.
beberapa faktor yang bisa mengganggu kesehatan mental seseorang diantaranya tekanan akademis, pengaruh media sosial, kurangnya dukungan sosial, dan ketidakpastian masa depan. Berikut adalah beberapa penyebab yang lebih detail:
- Tekanan Akademis:
- Generasi Z seringkali dihadapkan pada tuntutan akademis yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan.
- Beban tugas sekolah yang berat dan tekanan untuk berprestasi dapat memicu stres berlebihan, bahkan burnout.
2. Pengaruh media sosial
- Paparan berlebihan terhadap media sosial dapat menimbulkan kecemburuan sosial, FOMO (Fear of Missing Out), dan cyberbullying.
- Media sosial juga bisa menjadi distraksi dan menyebabkan kecanduan, terutama di kalangan generasi yang sangat terhubung dengan teknologi.
- Beberapa remaja bahkan membuat akun kedua di media sosial untuk menampilkan kepribadian yang berbeda, yang bisa menunjukkan masalah kepercayaan diri.
3. Kurangnya dukungan sosial
- Generasi Z seringkali merasa terisolasi dan kesepian karena kesibukan dan gaya hidup individualistik.
- Kurangnya dukungan sosial dari keluarga, teman, atau lingkungan sekitar dapat memperburuk kondisi kesehatan mental.
Jika kita lihat dan renungkan lebih jauh, muara dari kesemua penyebab ini ialah ketidak percayaan terhadap diri sendiri (insecurity). Padahal jika kita mempelajari kekuatan kepercayaan atau keyakinan atas diri sendiri sangatlah luar biasa.
Gregg Braden telah meneliti ajaran spiritual kuno di Mesir, Peru, Tibet, dan kitab-kitab yang terlupakan, untuk memahami kekuatan keyakinan dan cara kerjanya.
Tradisi spiritual kuno dan sains modern mengungkap bahwa apa pun yang kita alami tak lain adalah pantulan dari kondisi batin kita sendiri. Baik kebahagiaan maupun penderitaan bermula dari keyakinan di dalam hati, yang kemudian mewujud ke dalam kenyataan.
Dalam penelitiannya Gregg Braden menyebutkan bahwa bukti-bukti saintifik mengindikasikan bahwa semesta bekerja seperti komputer mahabesar berbasis kesadaran. Sebagaimana setiap komputer menggunakan sebuah bahasa agar bisa bekerja, komputer kesadaran menggunakan keyakinan sebagai bahasa pemrograman untuk “berbicara” kepada matriks energi yang menyusun seluruh semesta.
Karena keyakinan adalah program kesadaran, maka segala sesuatu, mulai dari DNA hingga kedamaian dunia, didasarkan pada apa yang kita yakini.
Tatkala kita menyadari kekuatan agung yang tersembunyi di dalam keyakinan, kita harus berpikir-ulang tentang hakikat diri kita.
Kunci untuk tetap hidup waras di zaman yang dipenuhi ajaran dan keyakinan palsu penyebab insecurity, overthingking dan people pleaser atau bahkan peperangan, penyakit, dan bencana-bencana lainnya ini adalah dengan memahami apa itu keyakinan dan bagaimana cara kerjanya, demi mengubah keyakinan kita dan menciptakan keajaiban-keajaiban hidup secara spontan.
Penulis: Achmad Shidiqur Razaq
Editor: Thowiroh
Baca juga: Menyikapi Isu Kesehatan Mental ala Ibnu Sina