Apa saja macam-macam bentuk kesalehan di era sekarang? Ajaran agama mana pun pasti mengajarkan umatnya untuk menjadi manusia yang saleh. Dalam Islam sendiri, menurut Syaikh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsir Munir-nya menjelaskan bahwa orang saleh itu bukanlah orang suci yang tidak memiliki kesalahan sedikit pun. Menurutnya, orang saleh adalah orang yang baik batinnya, serta kebaikan orang tersebut lebih dominan daripada keburukannya.
Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menyebutkan bahwa salah satu sifat yang pasti dimiliki orang-orang saleh adalah mereka dapat memenuhi huququllah (hak-hak Allah)–seperti menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya–dan huququl ‘ibad (hak para hamba-Nya)–seperti berhubungan sosial terhadap sesama dengan baik, bermuamalah sesuai ajaran Islam, dan yang lainnya. Dari qoul Ibnu Hajar ini, untuk sementara dapat diambil dua bentuk kesalehan; Pertama, saleh ritual. Kedua, saleh sosial. Dua bentuk kesalehan ini juga pernah dipopulerkan oleh KH A Mustofa Bisri dahulu.
Di sisi lain, hari ini perkembangan teknologi informasi telah banyak memengaruhi aspek-aspek kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut meliputi segala hal yang masih berkaitan dengan dinamika kehidupan manusia sehari-hari, seperti budaya, pendidikan, ekonomi, bahkan dalam ranah agama. Maka, bentuk kesalehan yang awalnya hanya dibagi menjadi saleh ritual dan saleh sosial seperti disebutkan di atas, kemudian bertambah dikarenakan bertambahnya dimensi sosial baru yang terjadi saat ini, yakni saleh digital.
Untuk lebih jelasnya, mari disimak macam-macam bentuk kesalehan di era sekarang sebagai berikut.
Saleh Ritual
Bentuk kesalehan yang pertama adalah saleh ritual. Bentuk kesalehan satu ini merujuk pada bagaimana hubungan hamba dengan Tuhannya (hablun minallah) dan bagaimana hamba tersebut dapat memenuhi hak-hak Tuhan (huququllah).
Saleh ritual dapat dilihat dengan mengacu pada kualitas iman dan peribadatan seorang hamba kepada Tuhan, seperti seberapa besar usaha yang dia lakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqorrub ilallah), menjalankan perintah-Nya (imtistal awamirillah), dan menjauhi larangan-Nya (ijtinab nawahihi). Usaha-usaha mencapai kesalehan ritual ini dapat dilalui dengan mengerjakan berbagai bentuk ibadah, misalnya salat, puasa, berzikir, membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.
Saleh Sosial
Kategori saleh kedua adalah saleh sosial. Tentunya bentuk saleh model ini merujuk pada hubungan manusia dengan manusia lainnya (hablun minannas) dan bagaimana sesama manusia dapat memenuhi hak-hak sesamanya (huququnnas/huququl adami).
Saleh sosial dapat terlihat melalui kualitas interaksi seorang hamba dengan hamba Tuhan lainnya. Di berbagai aktivitas yang dilakukan manusia bersama manusia lainnya, serta di saat memenuhi hak-hak sesamanya, kesalehan sosial harus dikerjakan sebaik mungkin, seperti ketika bermuamalah, maka bermuamalahlah sesuai ajaran agama yang telah disyariatkan.
Saat berinteraksi dengan orang lain, menyelesaikan masalah di masyarakat, menegakkan norma dan aturan yang berlaku di lingkungan sekitar, serta berbagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama lainnya, maka lakukanlah dengan sebaik-baiknya dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan yang telah diajarkan oleh agama.
Saleh Digital
Bentuk saleh terakhir ini merupakan varian baru dari bentuk kesalehan yang telah dijelaskan di atas. Saleh digital merupakan percabangan saleh sosial namun dilakukan dalam dimensi sosial yang berbeda. Saleh sosial dikerjakan di dunia sosio-riil (interaksi sosial yang nyata/fisik), sedangkan saleh digital dilakukan di dunia social-cyber (interaksi sosial maya/internet). Sederhananya, saleh digital merupakan saleh sosial yang dilakukan di dunia maya/internet.
Kehidupan sosial di dunia maya hampir sama sekali tidak ada batasan dan aturan. Oleh karena itu, untuk hidup di dunia tersebut harus memerhatikan nilai-nilai kebajikan, khususnya nilai-nilai yang diajarkan oleh agama sebagai bentuk usaha seorang pengguna agar tidak terjerumus ke dalam lembah keburukan. Hal ini yang mendasari betapa pentingnya saleh digital pada hari ini.
Saleh digital dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas positif di internet. Apalagi di media sosial, kesalehan digital sangat perlu untuk diteguhkan semaksimal mungkin.
Misalnya, menghindar dari penyebaran berita bohong atau hoaks. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang disebutkan dalam Surah An-Nur ayat 11–20. Kemudian, melarang perilaku buzzer yang mana hal tersebut memang beriringan dengan Surah Al-Hujurat ayat 11–12.
Contoh saleh digital yang lain seperti berkomentar baik, tidak melihat hal-hal yang dilarang oleh agama ketika berselancar di internet, membagikan hal-hal positif dan bermanfaat untuk sesama pengguna di media sosial, dan aktivitas positif lainnya yang sesuai dengan ajaran agama.
Semua contoh tersebut merupakan perwujudan dari saleh digital. Dengan kata yang lebih ringkas, berbagai aktivitas positif di dunia maya/internet yang mana hal tersebut sejalan dengan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh agama dapat dikategorikan sebagai saleh digital. Wallahua’lam.
Penulis: Syifa’ Q
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca Juga: Sunnah Nabi, Oase di Tengah Degradasi Moral