Entrepreneur adalah seorang aktivis entrepreneurship yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam mengenalkan produk-produk baru, menentukan cara produksi, mengelola manajemen operasi, memasarkan, hingga mengelola modal operasional bisnis. Rasulullah sebelum diutus menjadi Nabi juga merupakan seorang entrepreneur sukses.
Hal ini bisa kita ketahui dari sejarah perjalanan hidup beliau yang sejak umur 6 tahun hidup sebagai anak yatim piatu dan kemudian ditinggal wafat oleh kakeknya pada umur 8 tahun, sehingga beliau harus tinggal bersama pamannya, Abu Thalib. Kondisi tersebut mengharuskan Rasulullah untuk hidup secara mandiri dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akhirnya pada umur 8 tahun, Muhammad muda mulai bekerja dengan mengembala kambing-kambing elit kaum Quraisy. Pekerjaan ini Muhammad jalani selama empat tahun lamanya.
Pada usia 12 tahun, Rasulullah kemudian banting setir. Ia tidak lagi menjadi pengembala kambing. Melainkan memilih untuk ikut magang di perusahaan pamannya, Abu Thalib menjadi karyawan bisnis dalam sektor ekspor-impor. Bahkan pada usianya yang cukup belia, Muhammad muda kerap kali ikut berdagang bersama pamannya ke Negeri Syam. Hal tersebut Rasulullah jalani selama kurang lebih lima tahun, hingga berusia 17 tahun.
Dari sinilah, Rasulullah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang banyak dalam berbisnis. Ia menyerap semua ilmu bisnis dan dagang dari pamannya. Mulai dari kondisi pasar, penawaran dan permintaan konsumen, produksi barang, karakteristik pembeli dan lain sebagainya. Sehingga pada usia 17 tahun, Rasulullah sudah menjadi entrepreneur sukses yang melakukan perdagangan lintas negara. Bahkan, ia berdagang sampai ke 17 Negara kurang lebih. Diantaranya, Syam, Yordania, Bahrain, Yaman dan lainnya.
Seiring berjalannya waktu, bisnis Rasulullah pun semakin maju. Apapun yang dijual pasti untung. Pemilik modal dan para pembeli dari Rasulullah juga senang. Mereka puas dengan barang dan cara Rasulullah dalam berdagang. Kesuksesan Rasulullah dalam berbisnis dapat kita lihat dari mahar yang diberikan kepada Sayyidah Khadijah. Jika dinilai dengan nilai mata uang sekarang, maka mahar yang diberikan oleh Rasulullah kepada Sayyidah Khadijah mencapai sekitar enam miliar rupiah.
Untuk bisa sampai pada puncak kesuksesan dalam berbisnis selain karena pengalaman yang cukup, Rasulallah tentu memiliki beberapa langkah dan strategi yang diterapkan dalam berdagang. Diantaranya, melakukan segmentasi dan menetapkan target pasar. Sebelum menjual suatu barang, biasanya Rasulullah sudah mengetahui kebiasaan, serta kebutuhan hidup yang diperlukan masyarakat setempat.
Rasulullah juga pandai melakukan segmentasi, sehingga ketika ingin pergi ke sebuah kota untuk berdagang ia akan mengetahui barang apa saja yang akan dibawa dan dibutuhkan masyarakat setempat. Misalnya jika ke kota Yaman, ia akan membawa barang ini dan itu. Barang yang menjadi kebutuhan tempat tersebut. Sebaliknya jika ke kota lain, ia akan membawa lagi barang yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Dan begitu seterusnya.
Tidak hanya itu, Rasulallah juga selalu menjaga hubungan baik dengan para pelanggannya. Bahkan ia melakukan ekspansi bisnis ke beberapa wilayah lain, tidak hanya pada satu wilayah saja. Sebagai seseorang yang dikenal dengan gelar Al-Amin (Terpercaya), Rasulullah selalu mengedepankan sifat jujur, ikhlas, profesional dalam berdagang. Ia selalu menjelaskan kepada para pelanggannya kekurangan dan kelebihan barang dagangannya. Menetapkan harga sesuai dengan kualitas produknya dan tidak pernah perang harga dengan pengusaha lainnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Nabi Saw:
وَأخرج الْأَصْبَهَانِيّ عَن معَاذ بن جبل قَالَ: قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم: إِن أطيب الْكسْب كسب التُّجَّار الَّذين إِذا حدثوا لم يكذبوا وَإِذا وعدوا لم يخلفوا وَإِذا ائتمنوا لم يخونوا وَإِذا اشْتَروا لم يذموا وَإِذا باعوا لم يمدحوا وَإِذا كَانَ عَلَيْهِم لم يمطلوا وَإِذا كَانَ لَهُم لم يعسروا.
“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan.”
Dari kisah Rasulullah di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa untuk menjadi entrepreneur sukses tidak bisa didapatkan dalam waktu yang singkat, akan tetapi butuh pengalaman dan wawasan yang luas. Bahkan menurut Laode Masuhi Kamaluddin, masa Rasulullah sebagai entrepreneur lebih lama durasinya dibandingkan masa ia menjadi seorang Rasul. Rasulullah menjalani hidup sebagai pengusaha selama 25 tahun kurang lebih. Sementara, ia menjadi seorang Rasul hanya 23 tahun lamanya.
Apabila ditarik dalam konteks yang lebih luas, data menunjukkan bahwa pemuda yang bergerak di bidang entrepreneur masih sangat jauh dari harapan. Di Indonesia, pemuda yang bergerak di bidang entrepreneur baru di angka sekitar 31,8%. Jauh bila dibandingkan dengan Thailand 4,26% dan Malaysia 4,74%, bahkan sangat jauh bila dibandingkan dengan Singapura yang mencapai angka 8,76%. Tidak heran jika masyarakat di negara-negara tersebut hidup sejahtera dan banyaknya peluang pekerjaan.
Sementara di Indonesia, angka pengangguran dan kemiskinan terus bertambah setiap harinya. Menurut data dari BPS bulan Maret 2023 angka kemiskinan mencapai 9,36% lebih, atau sekitar 25,90 juta jiwa. Hal tersebut perlu kita carikan solusi, dan tidak mungkin hanya mengandalkan pemerintah untuk menyelesaikan problem ini. Peran serta dari masyarakat khususnya para anak muda sangat dibutuhkan untuk ikut membantu menyelesaikan problematika bangsa ini, sehingga lahirnya entrepreneur-entrepreneur muda bisa menjadi salah satu jawaban.
Kenyataan di atas, sangat membutuhkan perhatian dari semua pihak agar para pemuda dikenalkan dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan entrepreneurnya. Sejak dini, para pemuda harus ditanamkan mental entrepreneur seperti kreatif, inovatif, dan berani dalam mengambil keputusan. Para pemuda harus mulai memiliki pemikiran untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan mulai membangun usaha sendiri setelah memiliki pengalaman yang cukup dari perjalanan karirnya dalam bidang entrepreneur.
Sebagaimana Rasulullah Saw yang mulai membangun karirnya secara mandiri pada usia yang terbilang muda yaitu 17 tahun, setelah menjalani masa-masa training bersama pamannya, Abu Thalib. Hal ini bisa menjadi teladan bagi para pemuda untuk menjadi entrepreneur sukses yaitu dengan memperbanyak wawasan dan pengalaman kemudian mulai membangun usaha. Apalagi Rasulullah Saw juga sudah menegaskan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki berasal dari kegiatan perdagangan.
وقال صلى الله عليه وسلم عليكم بالتجارة فإن فيها تسعة أعشار الرزق
“Hendaklah kalian berdagang, karena berdagang merupakan sembilan dari sepuluh pintu rezeki”
Fakta bahwa entrepreneur di Indonesia masih jauh dari kata ideal, sekaligus menjadi jawaban bahwa peluang untuk menjadi entrepreneur masih sangat besar. Kebanyakan orang tidak ingin menjadi entrepreneur biasanya karena bidang ini dipenuhi dengan resiko dan butuh banyak keberanian, maka untuk bisa melangkahkan kaki di bidang ini selain memiliki wawasan dan pengalaman yang cukup juga perlu tekad dan keberanian yang besar.
Oleh karena itu, kiranya menjadi relevan jika para pemuda didukung untuk berani memulai kegiatan entrepreneur seperti yang pernah dilakukan Rasulullah Saw agar nantinya mereka sudah memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman dalam ber-entrepreneur. Dengan demikian, kedepannya mereka tidak hanya mengharapkan lapangan pekerjaan dari orang lain. Akan tetapi, mereka akan menjadi penyedia lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Sudah saatnya lembaga pendidikan tidak hanya fokus pada kuantitas, infrastruktur dan nominal semata akan tetapi juga fokus dalam mendidik para pemuda untuk melek teknologi, bisnis dan berbagai soft skill lainnya. Selain itu para pemuda juga diharapkan dibekali dengan mental yang kuat, berani dalam mengambil langkah dan menerima resiko dari setiap keputusan yang dipilih. Pemuda harus tau bahwa hidup yang tidak diperjuangkan tidak akan pernah dimenangkan. Sebagaimana yang kita ketahui, untuk menjadi pemenang kita biasanya akan mengalami berbagai kegagalan. Tapi dengan mental yang kuat, hal tersebut akan menjadi penyemangat untuk terus belajar dan berusaha agar sampai pada tujuan.
Untuk itulah para pemuda di Indonesia harus ditanamkan semangat entrepreneur sejak dini. Terlebih lagi, adanya pesan Rasulullah Saw yaitu jangan sampai kita meninggalkan anak-anak kita dalam keadaan lemah, baik lemahnya iman, aqidah, akhlak, pendidikan, maupun harta. Disini lemah harta juga menjadi titik konsentrasi Nabi Saw, karena kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran.
Ketika kegiatan entrepreneur sudah menyebar ke semua lapisan masyarakat dari semua tingkatan, khususnya para pemuda sudah pasti kesejahteraan Bangsa Indonesia tinggal menunggu waktu. Perlu kita ingat, jadikanlah Rasulullah Saw selalu bergembira karena melihat umatnya menjadi golongan yang kuat (termasuk kuat ekonominya). Dengan ekonomi yang kuat, peluang untuk menjadi orang yang bermanfaat akan jauh lebih besar.
Penulis: Rizki Amalia
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: The Journey, Film yang Cocok Ditonton di Bulan Maulid

