tebuireng.co- Kisah haru seorang gadis berusia 7 tahun bersama adiknya ditemukan terimpit di bawah reruntuhan bangunan akibat gempa Turki, gadis itu melindungi kepala adik laki-lakinya dari reruntuhan akibat gempa, foto keduanya viral di sosial media Twitter melalui unggahan sorang Perwakilan PBB Mohammad Safa di akun Twitter-nya @mhdksafa.
Dalam keterangannya, Mohammad Safa mengatakan bahwa gadis berusia 7 tahun itu dengan sabar memegangi kepala adiknya agar tak terkena reruntuhan gempa selama 17 jam, sebelum akhirnya dievakuasi.
Dilansir dari news.okezone.com, kakak beradik itu dalam kondisi terhimpit di bawah tembok besar yang hanya menyisakan celah bagi tubuh mereka. Tampak gadis itu meringkuk di bawah reruntuhan bangunan sembari tangannya mengapit kepala adiknya yang terbaring di sebelahnya.
“Gadis berusia 7 tahun yang memegangi kepala adik laki-lakinya untuk melindunginya saat mereka berada di bawah reruntuhan selama 17 jam telah berhasil selamat,” tulisnya dikutip Rabu (8/2/2023).
Selain kisah gadis 7 tahun dan adiknya tersebut, petugas penyelamat juga menemukan bayi yang masih hidup. Bayi itu baru saja lahir dan ditemukan di bawah puing-puing bangunan di Suriah.
Dilansir AFP, Rabu (8/2/2023) Bayi itu masih terikat tali pusar ibunya. Sayangnya, ibunya tewas tertimpa reruntuhan.
“Kami mendengar suara saat sedang menggali,” kata saksi mata, Khalil al-Suwadi, kepada AFP.
“Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit.”
Gempa dahsyat mengguncang Turki dan Suriah pada Senin lalu. Gempa dengan magnitudo (M) 7,8 ini telah memakan ribuan korban jiwa. Gempa juga telah merusak berbagai fasilitas.
Menurut detik.com Jumlah korban tewas sementara akibat gempa di Turki dan Suriah mencapai 7800 orang dan kemungkinan akan terus bertambah selama dalam proses evakuasi yang masih terus berjalan.
Ribuan bangunan roboh, rumah sakit dan sekolah hancur dan puluhan ribu orang terluka atau kehilangan tempat tinggal di beberapa kota Turki dan Suriah. Ini merupakan gempa paling mematikan di Turki sejak 1999 – dan yang kedua satu jam kemudian.
Cuaca musim dingin yang ekstrem juga menghambat upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan. Kondisi ini membuat keadaan korban gempa semakin menyedihkan. Beberapa daerah bahkan sudah kehabisan bahan bakar dan warganya hidup tanpa listrik.
Otoritas Turki mengatakan sekitar 13,5 juta orang terkena dampak di wilayah yang membentang sekitar 450 km (280 mil) dari Adana di barat hingga Diyarbakir di timur, dan 300 km dari Malatya di utara hingga Hatay di selatan. Otoritas Suriah telah melaporkan kematian di wilayah selatan Hama, sekitar 100 km dari pusat gempa.
“Sekarang berpacu dengan waktu,” kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa.
“Setiap menit, setiap jam berlalu, peluang untuk menemukan orang yang selamat semakin berkurang,” sambungnya.