Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jombang menggelar hearing bertajuk “Bersama Membangun Jombang Membaca: Peran Duta Baca Nasional di Komunitas Literasi” pada Rabu (20/08/25) pagi. Acara yang berlangsung di Gedung DPRD Jombang ini menghadirkan Yusron Aminulloh, M.M., tokoh literasi nasional sekaligus Master Trainer Menebar Energi Positif (MEP) di Jombang.
Sosok kelahiran 25 Januari 1964 ini dikenal luas sebagai penulis 17 buku, penggagas Gerakan Menebar Energi Positif, CEO DeDurian Park, CEO Saieda Estate, Ketua Dewan Pembina Iqra Semesta, sekaligus Provokator Literasi Nasional. Selain itu, ia juga dipercaya sebagai Ketua Bidang Bisnis dan Pedesaan ICMI Jawa Timur dan Ketua ISMI Jawa Timur.
Dalam paparannya yang berjudul “Aktualisasi Literasi untuk Pembangunan Masa Depan Kota Jombang”, Yusron menegaskan bahwa literasi adalah fondasi penting bagi pembangunan masyarakat. Menurutnya, literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, melainkan mencakup enam aspek dasar yang saling terkait: literasi baca-tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewarganegaraan. Enam literasi ini, merupakan bekal utama yang harus dimiliki generasi muda agar mampu bersaing di tengah derasnya arus globalisasi.
Ia menyoroti bahwa kelemahan besar Indonesia masih terletak pada literasi numerasi. Hal ini tidak terbatas pada hitung-hitungan sederhana, tetapi juga mencakup kemampuan memahami angka dalam berbagai sektor kehidupan: mulai dari coding hingga manajemen industri.
Ia mencontohkan pentingnya numerasi dalam pengaturan suhu penyimpanan ikan, ayam, atau buah-buahan di cold storage yang menjadi faktor krusial dalam industri pangan. Demikian pula literasi finansial yang menurutnya menjadi kunci kemajuan bangsa, sebab mencakup keterampilan mengelola pola hidup, membuat perencanaan, hingga mengatur cara memperoleh dan menggunakan uang secara bijak.
Selain itu, Yusron menyinggung pentingnya literasi etika dan literasi tinggi yang berkaitan dengan kepemimpinan. Ia menegaskan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang mengabdi kepada rakyat, karena melayani rakyat merupakan kebahagiaan itu sendiri.
Prinsip ini, menurutnya, harus menjiwai proses pembangunan agar tidak terjebak pada kepentingan sesaat. Ia menjelaskan bahwa dalam tataran psikologis, bangsa ini kerap terjebak dalam perang narasi dan persepsi yang dimainkan oleh media maupun kebijakan.
Namun dalam level sosiologis, yang lebih penting adalah menghidupkan perpustakaan dan taman baca dengan berbagai inovasi. Ia mengusulkan agar pihak dinas terkait turut berperan dengan mengalokasikan pokok pikiran dewan untuk mendukung penguatan budaya baca, misalnya dengan membangun atau menghidupkan kembali perpustakaan desa, kecamatan, puskesmas, hingga taman bacaan masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Yusron juga mengajak seluruh peserta hearing untuk membudayakan afirmasi positif. Ia mengutip semboyan, “Kalau orang lain bisa, kita harus bisa; kalau orang lain tidak bisa, kita tetap harus bisa.”
Menurutnya, semangat positif ini penting untuk membangun mentalitas maju dan pantang menyerah di tengah masyarakat. Ia bahkan mengarahkan agar penulis di Jombang selalu membiasakan diri melalui afirmasi postitif, seperti “Pesantren adalah ibunya literasi” dan “Jombang adalah ibunya literasi nusantara”, menandakan peran strategis pesantren dan Jombang dalam melahirkan tradisi keilmuan.
Gagasan yang ditawarkan Yusron bukan hanya sebatas wacana besar, melainkan juga program nyata yang bisa dilakukan tanpa menunggu anggaran besar. Ia mengusulkan kampanye Jombang 2045 melalui lomba menulis dan menggambar, sinergi pesantren untuk melahirkan 10.000 karya tulis tentang masa depan Jombang, serta pemanfaatan papan informasi pemerintah untuk menampilkan pesan inspiratif tokoh Jombang.
Ia juga mendorong pemasangan banner dengan ajakan “Ayo Membaca, Menulis, dan Menabung” di setiap sekolah dan desa, kampanye literasi pertanian dan industri yang melibatkan anak muda, hingga pengembangan kreativitas dan inovasi berbasis literasi sains, digital, dan kecerdasan buatan. Menurutnya, dengan cara ini Jombang dapat melahirkan generasi wirausaha tangguh yang memiliki daya juang tinggi.
Hearing yang dihadiri Taman Baca Masyarakat (TBM), komunitas literasi, dan pegiat pendidikan itu berlangsung hangat dengan sesi dialog interaktif. Para peserta tidak hanya menyimak, tetapi juga aktif menyampaikan gagasan dan pertanyaan, menunjukkan bahwa semangat membangun Jombang membaca merupakan agenda bersama.
Lliterasi harus menjadi gerakan kultural, bukan sekadar program formal. Jika literasi tumbuh subur, Jombang bukan hanya akan menjadi kota membaca, tetapi juga pusat inspirasi nasional yang melahirkan generasi cerdas, kreatif, dan berdaya saing tinggi.
Pewarta: Hari Prasetia, Anggota TBM Samperin Buku Jombang
Editor: Thowiroh
Baca juga: Kemerdekaan Digital: Antara Kebebasan Ekspresi dan Kolonialisme Algoritma