Menjaga lisan sangat penting untuk diperhatikan. Dalam Riwayat hadis disebutkan Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.
Dalam surah Qaf ayat 18 dijelaskan terkait pentingnya seseorang menjaga lisan sebab semua yang diucapkan tidak luput dari catatan malaikat.
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ ١٨
Artinya: Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (QS. Qaf:18)
Para ulama berselisih pendapat mengenai apakah malaikat menuliskan semua ucapan, ataukah hanya ucapan yang mengandung pahala dan dosa saja.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan: Ibn al-Jawza’ dan Mujahid mengatakan bahwa dituliskan atas manusia segala sesuatu, bahkan rintihan di saat sakit pun dicatat.
Sedangkan ‘Ikrimah mengatakan: tidak dicatat kecuali yang mengandung pahala atau dosa. Dan ada pula pendapat yang menyatakan bahwa seluruh ucapan ditulis, tetapi jika pada akhir hari tidak terkait dengan pahala atau dosa seperti ucapan “pergilah”, “duduklah”, atau “makanlah” yang bersifat netral maka akan dihapus.
Sementara, Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa zahir (makna lahiriah) dari ayat tersebut menunjukkan keumuman, yakni semua ucapan dicatat.
Menjaga lisan utamanya di era teknologi digital yang mana setiap ucapan yang terekam ataupun tulisan yang ter-upload di media sosial akan menjadi jejak digital yang sulit untuk dihilangkan.
Imam As-Syaukani menjelaskan bahwa makna surah Al- Qaf ayat 18 tersebut yakni tulisan ini (catatan malaikat) tidak hanya khusus pada ucapan saja, tetapi mencakup juga perbuatan.
Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah : “إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ “Melainkan di sisinya ada pengawas yang siap mencatat.” maksudnya, tidaklah ada satu ucapan pun kecuali telah ada yang mengawasi dan bersiap untuk menuliskannya, tidak ada satu kata pun maupun gerakan yang luput darinya.
Sebagaimana firman Allah:“Dan sesungguhnya bagi kalian ada penjaga-penjaga (malaikat), mulia lagi mencatat, mereka mengetahui apa yang kalian lakukan.” (al-Infithar: 10–12).
Pentingnya menjaga lisan bukan hanya menjaga dari ucapan yang buruk tetapi juga menjaga dari ucapan yang sia-sia. Imam Syafi’I berkata
من أراد أن ينوِّر الله قلبه، فليترك الكلام فيما لا يعنيه
Artinya: Barangsiapa yang menginginkan agar Allah menyinari hatinya, maka hendaknya ia berhenti membicarakan hal yang bukan urusannya.
Oleh karena itu, dianjurkan untuk selalu berdzikir atau membaca shalawat sebagai salah satu cara menghindari dari ucapan yang buruk maupun sia-sia.
Baca juga: Doa Pelunas Utang dari Rasulullah