• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Kehebatan Gus Dur dalam Pandangan Gus Baha

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-07-20
in Kiai, News, Tebuireng, Tokoh
0
Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menyerahkan buku tentang Kiai HAsyim ke Gus Baha

Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menyerahkan buku tentang Kiai HAsyim ke Gus Baha (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

KH Ahmad Bahaudin Nur Salim (Gus Baha) saat hadir di Haul ke-10 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur menjelaskan bahwa kehebatan Presiden ke-4 RI itu tak bisa dilepaskan dari kiprah sang kakek Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari.

Hal ini bisa dilacak lewat Kitab Asy-Syaikh Hasyim Asy’ari, Wadli’ Lubnat Istiqlali Indunisya (Syaikh Hasyim Asy’ari, Penaruh Pondasi Kemerdekaan Indonesia) karya Muhammad Asad Syahab. Gus Baha dalam acara ini juga membawa langsung kitab tersebut dan membaca beberapa kehebatan KH Hasyim Asy’ari.

Di kitab tersebut dijelaskan bagaimana Kiai Hasyim tidak memaksa seseorang untuk masuk Islam. Namun, pendiri Nahdlatul Ulama itu meminta seseorang tersebut untuk mempelajari hingga yakin baru masuk Islam. Inilah rahasia kehebatan Kiai Hasyim yang juga ditiru Gus Dur

Hal lain tergambar juga dalam karakter Gus Dur yang tidak memaksa orang dalam beragama. Di masa dewasa, Gus Dur dikenal sebagai bapak pluralisme Indonesia. Kebijakan terbesarnya yaitu melegalkan agama Khonghucu. Pada tahun 1930-an Kiai Hasyim sering menerima tamu-tamu dari luar negeri, salah satunya yaitu orientalis dari Jerman. Kedatangannya untuk berdiskusi panjang dengan Kiai Hasyim.

Karena keluasan wawasan dan kemodernan cara berpikir Kiai Hasyim akhirnya orang Jerman ini masuk Islam tanpa paksaan.   Dalam diskusi, Kiai Hasyim sanggup berbicara lewat logika lawan bicara lalu memasukkan pemikirannya secara pelan tanpa paksaan. Sehingga lawan bicaranya merasa nyaman.  

Selain itu, menurut Gus Baha berdasarkan kitab di atas juga disebutkan bahwa KH Hasyim Asy’ari punya pergaulan yang luas hingga mancanegara. Ini juga ditiru Gus Dur yang punya begitu banyak teman dan sahabat baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Baca Juga: Biografi Gus Baha

“Saya ingin bahas Gus Dur dari sisi lain Kehebatan Gus Dur berkaitan erat dengan kakeknya KH M Hasyim Asy’ari. Setiap kakek pasti mendo’akan keturunannya agar menjadi generasi yang baik (ذريةً طيبة),” jelasnya, Sabtu (21/12/2020).

Ketika Kiai Hasyim berada di Mekkah, lanjut Gus Baha, tokoh Pendiri Pesantren Tebuireng inilah yang mengumpulkan para delegasi dari berbagai negara untuk merumuskan konsep bela negara melawan kolonialisme.  

“Tebuireng adalah tempat perjuangan agama dan bangsa yang sudah mendunia sejak awal berdirinya, sebagaimana kisah Mbah Hasyim yang termaktub dalam kitab ini,” jelasnya.  

Secara khusus Gus Baha juga berpesan kepada santri Tebuireng dan Nahdliyin untuk mempelajari kitab karya Asad Syahab ini. Sangat aneh bila ada santri Tebuireng yang tidak paham kepribadian dan semangat juang dari KH M Hasyim Asy’ari. Setidaknya bisa meniru kehebatan Kiai Hasyim dan Gus Dur dalam berpikir dan bertindak

Bahkan secara langsung Gus Baha mewaqafkan kitab Wadli’ Lubnat Istiqlali Indunisya tentang Mbah Hasyim ini kepada santri Tebuireng. Ia juga mendiskusi hal ini kepada Pengasuh Tebuireng KH Salahuddin Wahid agar kitab karya tokoh Lebanon ini dikaji di Tebuireng secara rutin. “Semoga kitab ini dikaji di sini,” tandasnya.

Abdurrahman

Tags: Gus BahaGus Dur
Previous Post

Nabi Perempuan dalam Pendapat Ulama

Next Post

Cak Nur dan Pentingnya Beragama yang “Ngintelek”

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Cak Nur, Gus Dur dan Cak Nun adalah tiga tokoh Jombang yang populer

Cak Nur dan Pentingnya Beragama yang "Ngintelek"

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng